Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan di Beirut, Lebanon Disinyalir Berasal dari 2.750 Ton Amonium Nitrat, Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
Karim Sokhn/Instagram/Ksokhn + Thebikekitchenbeirut/via REUTERS
Asap membubung setelah ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon, p-ada 4 Agustus 2020.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sebuah ledakan hebat terjadi di Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) petang waktu setempat.

Mengutip CNN (5/8/2020), korban tewas telah mencapai 73 orang, seperti dilaporkan Menteri Kesehatan Hamad Hassan.

Selain itu ribuan orang terluka dalam insiden ledakan tersebut.

Perdana Menteri Hassan Diab menyatakan, sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian disinyalir menjadi penyebab insiden.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Bom di Kereta Guncang Madrid, 193 Orang Tewas, Ribuan Luka-luka

Pupuk itu, kata PM Diab, disimpan selama bertahun-tahun dalam gudang di tepi laut.

"Tidak dapat diterima ada 2.750 amonium nitrat disimpan di gudang selama enam tahun, tanpa adanya langkah pengamanan sehingga membahayakan keselamatan warga," imbuhnya.

Dilansir AFP Selasa (4/8/2020), Diab menegaskan mereka akan segera menggelar penyelidikan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab.

"Apa yang terjadi hari ini tidak akan dibiarkan begitu saja. Mereka yang bertanggung jawab akan menerima akibatnya," janjinya.

Baca juga: Viral Diduga Bom Rakitan Palsu di Sulsel Dibuat oleh Pelajar SMP, Ini Faktanya

Apa itu amonium nitrat

Mengutip laman Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), amonium nitrat masuk dalam golongan garam anorganik.

Amonium nitrat digunakan sebagai pupuk, peledak, piroteknik, herbisidum, insektisidum, campuran pembeku, zat pengoksidasi, dan zat pengkatalisis.

Juga digunakan sebagai ekspektoran dan urinary acidifier, industri nitrous oxide, dalam campuran pembekuan, korek api, kembang api dan pupuk.

Amonium nitrat memiliki risiko bahaya bila digunakan dengan cara yang salah.

Baca juga: Saat Asia Disebut sebagai Pusat Bahaya Kolesterol...

Apabila terhirup, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dengan gejala batuk, sakit tenggorokan dan napas yang pendek.

Menyebabkan juga methemoglobinemia, sianosis, konvulsi, takikardia, dispnea, bahkan hingga kematian.

Dapat menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan tenggorokan sakit, batuk, sesak napas dan edema paru tertunda.

Baca juga: Mengenal Jenis dan Gangguan Kesehatan Mental

Kerusakan mental

Methemoglobinemia ditandai dengan pusing, mengantuk, sakit kepala, sesak napas, sianosis dengan kulit kebiruan, detak jantung cepat dan darah coklat-coklat.

Inhalasi dapat menyebabkan asidosis sistemik dan methemoglobinemia.

Bila terkena kulit, dapat menyebabkan iritasi dengan gejala kulit memerah, gatal dan terasa perih. Amonium nitrat bila kontak dengan mata, dapat menyebabkan iritasi, mata memerah dan perih.

Sama halnya bila tertelan, dosis nitrat dalam jumlah besar menyebabkan pusing, sakit perut, muntah, diare yang berdarah, lemah, kejang dan kolaps.

Baca juga: Viral Info Ashraf Sinclair Meninggal karena GERD, Ini Penjelasan Dokter

Menelan jumlah besar dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal. Methemoglobinemia ditandai dengan pusing, mengantuk, sakit kepala, sesak napas, sianosis dengan kulit kebiruan, detak jantung cepat dan darah berwarna cokelat-cokelat.

Paparan yang lama dan berulang dalam dosis yang kecil dari amonium nitrat dapat menyebabkan lemah, depresi, sakit kepala, dan kerusakan mental.

Dapat menyebabkan methemoglobinemia, yang dicirikan oleh darah berwarna cokelat-cokelat, sakit kepala, lemah, pusing, sesak napas, sianosis (kebiruan kulit akibat kekurangan oksigenasi darah), denyut jantung cepat, ketidaksadaran dan kematian mungkin.

Selain itu, amonium nitrat juga dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan.

Baca juga: Ramai soal Motor Terbakar di Yogyakarta Disebut karena Hand Sanitizer, Ini Faktanya...

Bahan mudah terbakar

Amonium nitrat memiliki reaktivitas yang stabil tetapi dapat terurai jika dipanaskan.

Kondisi yang harus dihindari yakni, panas yang berlebihan, bahan mudah terbakar, bahan organik, agen reduktor, asam kuat, logam bubuk.

Bahan tak dapat campur dengan berbagai macam bahan seperti, bahan pereduksi, bahan yang mudah menyala, bahan organik, logam dan bahan alkali, asam asetat, aluminium, amonium klorida, dan bismut antimon.

Kemudian, kadmium, karbon, klorida, kobalt kromium,tembaga, timah, magnesium, tembaga sulfat (anhidrat), kalium klorat dan air, logam bubuk, nikel, bahan organik, fosfor, kalium dan amonium sulfat, natrium, natrium hipoklorit, natrium perklorat, campuran natrium-kalium dan amonium sulfat, sulfur, dan seng.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penerbangan Pan Am 103 Meledak akibat Bom dalam Pemutar Kaset

Cara penyimpanan

  • Bahan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.
  • Disimpan di tempat yang dingin, kering, ventilasi yang baik
  • Hindari kontak dengan panas, percikan, nyala dan bahan mudah terbakar lainnya
  • Hindari wadah yang rusak untuk mencegah kerusakan fisik
  • Terpisah dari bahan yang mudah menyala, bahan organik dan bahan yang mudah teroksidasi
  • Hindarkan tempat penyimpanan yang berlantai kayu
  • Jangan disimpan di atas temperatur 54 derajat celsius (130 derajat fahrenheit) dan sebaiknya di bawah temperatur kurang dari 30 derajat celsius atau 86 fahrenheit).
  • Wadah bahan ini mungkin berbahaya ketika kosong karena mereka mempertahankan residu produk (debu, padat); amati semua peringatan dan tindakan pencegahan yang terdaftar untuk produk.
  • Jangan menekan, potong, las, mengeraskan, solder, bor, menggiling, atau mengekspos wadah kosong untuk panas, percikan atau nyala api terbuka.

 Baca juga: WHO Peringatkan Risiko Semprot Disinfektan pada Manusia: Mudah Terbakar hingga Keracunan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi