Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Potensi Resesi Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19...

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock.com
Ilustrasi resesi ekonomi
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pandemi corona belum berakhir dan saat ini masih menginfeksi ratusan negara di dunia, termasuk Indonesia.

Dampaknya, perputaran ekonomi mengalami hambatan, bahkan perekonomian negara-negara di dunia terancam jatuh ke jurang resesi.

Diketahui, negara Asia yang sudah mengumumkan resesi adalah Jepang, Singapura, Filipina, dan Korea Selatan.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi, Dampak, dan Penyebabnya...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com (6/8/2020), BPS melaporkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2020 minus mencapai angka 5,32 persen.

Secara kuartalan, ekonomi terkontraksi 4,19 persen dan secara kumulatif terkontraksi 1,26 persen.

Sementara itu, kontraksi lebih dalam dari konsensus pasar maupun ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia yang berada di kisaran 4,3 persen-4,8 persen.

Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...

Apabila benar pertumbuhan ekonomi masih minus pada kuartal III 2020, hal ini menjadi resesi pertama yang dialami Indonesia sejak 1998.

Lantas, apakah mungkin Indonesia akan mengalami resesi saat pandemi corona?

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menyampaikan, Indonesia dapat terjadi resesi jika produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih mengalami angka negatif pada triwulan III.

"Jadi resesi itu kalau tumbuh negatif dua triwulan berturut-turut, asalka di triwulan III Indonesia tidak tumbuh negatif ya Indonesia tidak masuk resesi," ujar Enny saat dihubungi Kompas.com, Kamis (6/8/2020).

Baca juga: Berikut Syarat Pembukaan Kembali Sekolah di Tengah Pandemi

Dua faktor penentu

Ia mengatakan, cara agar triwulan III tidak mengalami angka negatif harus betul-betul dijaga dua faktor utama yang menjadi penentu yakni konsumsi rumah tangga dan investasi.

"Faktor utamanya ada dua yakni konsumsi rumah tangga dan investasi. Nah investasi terbesar adalah UMKM. Jadi kalau Indonesia enggak pengin tumbuh negatif di triwulan III ya tinggal mengelola dua hal itu saja," lanjut Enny.

Baca juga: Aturan Baru PNS, Mulai dari soal Cuti hingga Pemberhentian

Selain itu, pemerintah harus memikirkan bagaimana daya beli masyarakat ini bisa ditopang, supaya tidak menjadi anjlok minus, dan bagaimana seterusnya UMKM masih bisa bertahan.

Menurutnya, dari angka tersebut agar tidak menjadikan resesi di Indonesia, setidaknya pada triwulan III harus positif.

"Harus positif. Meskipun positifnya hanya 0,5 atau 0,1 yang penting positif. Itu biar Indonesia tidak resesi," ujar dia.

Enny menuturkan, kini apa yang dilakukan pemerintah justru tidak fokus.

Baca juga: Ancaman Resesi di Tengah Pandemi

Dampak corona pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Diketahui, jika terjadi resesi bisa menyebabkan deflasi atau penurunan harga, tapi resesi yang berkelanjutan justru menyebabkan hyper inflasi (kenaikan harga sangat tinggi).

Selain itu, selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan memebuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

Menilik hal ini, Enny menegaskan, Indonesia tidak akan resesi jika triwulan III tidak berada pada angka negatif.

Baca juga: 10 Universitas Terbaik di Indonesia 2020 Versi Webometrics

Ia menjelaskan, penyebab Indonesia pada triwulan II tumbuh negatif dikarenakan dampak pandemi corona.

Kendati demikian, supaya tidak tumbuh negatif, Indonesia harus menunggu pandemi corona selesai agar triwulan III tidak tumbuh negatif.

"Persoalannya ini malah corona makin naik, bukan melandai, kalau kayak gini, Indonesia resesi juga," ujar Enny.

Baca juga: Pro Kontra Pemberlakuan Ganjil Genap di Tengah Pandemi Corona

Meski berpotensi resesi, Enny mengungkapkan, setidaknya Indonesia tidak cepat resesi seperti negara-negara lain yang telah dulu mengalami resesi.

Enny menambahkan, pandemi corona dimungkinkan masih akan berlangsung lama di Indonesia.

"Memang betul corona ini kemungkinan besar tidak dalam jangka pendek, walaupun anti virusnya sudah ditemukan, tetapi anti virus itu tidak langsung diproduksi secara massal, harus ada uji coba dan sebagainya yang memerlukan waktu lama," lanjut dia.

Intinya, jika pandemi berlangsung lama, hal ini yang akan memengaruhi juga aktivitas ekonomi.

"Ancaman resesi bisa berkepanjangan," tutur Enny.

Baca juga: Jepang Hadapi Babak Baru Pandemi Corona, Bagaimana Situasinya?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Menengal Apa itu Resesi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi