Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Penyederhanaan di Kurikulum Sekolah Saat Pandemi Covid-19, Tepatkah?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF
Dua siswa SDN Marmoyo, mengerjakan tugas dengan berkelompok menggunakan gawai secara bergantian di rumah warga Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (22/7/2020). Banyaknya siswa yang tidak punya gawai dan akses jaringan internet menjadi kendala utama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh bagi pelajar yang tinggal serta sekolah di daerah pelosok Kabupaten Jombang, sehingga mereka harus mengerjakan tugas secara berkelompok dan menumpang di rumah warga yang bisa mengakses jaringan internet.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyatakan ada penyederhanaan kompetensi dasar siswa pada kurikulum selama pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Kebijakan itu diumumkan Nadiem bersamaan dengan pengumuman diperbolehkannya pembelajaran tatap muka pada sekolah yang berlokasi di zona kuning.

Nadiem menyebut penyederhanaan kompetensi dasar di kurikulum ini sebagai bagian dari kurikulum darurat.

"Untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK kami telah menyusun kurikulum darurat yaitu penyederhanaan kompetensi dasar yang ditunggu-tunggu guru," kata Nadiem dalam konferensi pers virtual tentang Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, Jumat (7/8/2020).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski begitu, penyederhanaan mengacu pada kurikulum 2013. Penyederhanaan mengurangi secara dramatis kompetensi dasar siswa untuk setiap mata pelajaran.

Sehingga, peserta didik akan fokus kepada kompetensi yang esensial dan kompetensi yang menjadi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran ke tingkat selanjutnya.

Selain itu, khusus PAUD dan SD, Kemendikbud menyiapkan modul pembelajaran berisi panduan untuk guru, siswa, hingga orangtua dalam melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Baca juga: Kurikulum Darurat, Sekolah Bisa Pilih 3 Opsi Kurikulum Ini

Lalu, sudah tepatkah kebijakan tersebut?

Pengamat pendidikan, Darmaningtyas, menilai langkah penyederhanaan kompetensi dasar siswa pada pembelajaran di masa pandemi virus corona ini sudah tepat.

"Karena kondisi pandemi, maka saya bisa memaklumi itu dan justru itu yang diharapkan oleh masyarakat," kata Darmaningtyas pada Kompas.com, Sabtu (8/8/2020).

Memang, kata dia, pengetahuan yang akan diterima para siswa akan berkurang dari seharusnya.

Akan tetapi, itu lebih baik daripada anak-anak tidak mendapatkan apa-apa.

"Karena diringkas saja, maka buku yang ada masih bisa digunakan, artinya tidak harus ganti buku, bisa memakai buku yang ada, hanya saja, tidak semua isi buku disampaikan seperti ketika tidak diringkas," katanya.

 

Sementara itu, pengamat pendidikan, Ina Liem, mengapresiasi atas penyederhanaan kompetensi di dalam kurikulum 2013 oleh Kemendikbud.

Menurutnya, adanya penyederhanaan kompetensi di kurikulum bisa berdampak baik, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bisa lebih mendalam. 

Sebab, Ina menilai para guru juga tidak serasa dikejar untuk menyelesaikan materi yang terlalu banyak.

"Selama ini mata pelajaran di Indonesia justru terlalu banyak. Di luar negeri kan cuma sekitar 5 mapel, tapi waktu di tes PISA mereka unggul. Berarti bukan berarti anak Indonesia terima mapel banyak jadi makin pintar kan?" kata Ina kepada Kompas.com, Sabtu (8/8/2020).

Dia mencontohkan, selama ini Indonesia merasa sudah sangat maju karena mengajar matematika lebih cepat daripada di luar negeri.

Akan tetapi, menurutnya sebagian besar anak-anak tidak menangkap logika di balik materi, hanya menghafalkan rumus.

Begitu masuk dunia kerja dan diberi 20 soal matematika SD, Ina mengatakan, mereka tidak bisa menjawab jika lupa rumusnya.

Ina menyoroti pendidikan di Indonesia yang hingga saat ini masih berfokus kepada pengetahuan low order thinking skill atau kemampuan berpikir pada tahap menghafal dan dasar. Padahal, di zaman sekarang bisa dicari di Google.

Seharusnya, ia menyarankan standar pendirikan di Indonesia dinaikkan ke high order thinking skill atau HOTS yang mendorong kemampuan otak untuk berpikir secara kritis.

"Terbukti anak-anak makin terbebani dengan banyaknya mapel, apalagi di masa pandemi. Dampaknya malah tidak suka belajar," ujarnya.

Baca juga: Sekolah Zona Kuning Boleh Buka, Serikat Guru Khawatir Jadi Klaster Baru Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi