Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19 di Jawa Disebut Belum Capai Puncak, Ini Pesan Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona, Covid-19
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Angka infeksi virus corona di Indonesia masih terus bertambah setiap harinya.

Per Sabtu (8/8/2020), berdasarkan data www.covid19.go.id, total jumlah kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 123.503.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 57,3 persen atau 67.995 kasus virus corona berada di enam provinsi di pulau Jawa.

Rinciannya adalah Jawa Timur dengan 24.115 kasus, DKI Jakarta dengan 23.936 kasus, Jawa Tengah dengan 10.151 kasus, Jawa Barat dengan 6.995 kasus, Banten dengan 1.979 kasus, dan DI Yogyakarta dengan 819 kasus.

Meski demikian, pakar epidemiologi dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, mengatakan pandemi virus corona di pulau Jawa belum mencapai puncak.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Situasi pandemi Indonesia khususnya Jawa belum puncak dan juga belum yang terburuk," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (8/8/2020).

Ia menjelaskan, masyarakat masih akan menghadapi situasi yang lebih buruk, terutama karena masih terlalu banyak kasus Covid-19 di masyarakat yang belum terdeteksi.

Baca juga: UPDATE: Kini Ada 123.503 Kasus Covid-19 di Indonesia, Bertambah 2.277

Dicky mengatakan yang paling mengkhawatirkan, selain DKI Jakarta, cakupan tes dan pelacakan yang sangat rendah.

"Padahal angka kematian di Indonesia tinggi," ujarnya.

Menurut Dicky, yang lebih membuat ancaman kasus semakin bertambah banyak yaitu daerah dengan cakupan tes rendah merasa dalam zona aman.

"Sehingga aktivitas sosial menjadi longgar, selain belum optimalnya kepatuhan semua pihak pada protokol kesehatan," ujar dia.

Selain itu, Dicky juga menilai perlu adanya sinergi dari setiap daerah dalam pengendalian penyebaran virus corona, termasuk dengan para pakar epidemiologi.

Sebab, pengendalian pandemi yang salah, ujar dia, hanya mengakibatkan semakin banyak korban baik kesakitan dan kematian akibat Covid-19.

"Menunjukkan bahwa masih banyak yang belum paham peran aplikasi ilmu ini dalam menentukan keberhasilan program pengendalian pandemi baik pada tingkat wilayah maupun di lingkup institusi," tutur Dicky.

 

Opsi WFH

Dicky menilai pandemi virus corona hingga saat ini masih belum menjadi perhatian serius, salah satunya di lingkungan perkantoran.

Ia mengatakan banyak perkantoran yang masih melakukan aktivitas yang mengabaikan pencegahan Covid-19. Selain itu, belum menjadikan work from home (WFH) sebagai pilihan utama pola kerja di masa pandemi.

"Belum dijadikannya WFH sebagai opsi utama selama masa rawan pandemi," ujar Dicky.

Menurutnya, hal tersebut membuat perkantoran berpeluang meningkatkan jumlah kasus Covid-19.

Oleh karena itu, Dicky menilai, masyarakat harus patuh dan taat dalam menerapkan protokol kesehatan. Seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Terlebih, kata dia, vaksin yang nantinya ditemukan berdasarkan penelitian keefektivitasannya kurang dari 80 persen.

"Artinya walaupun nanti ada vaksin tapi kemungkinan tidak memiliki efektifitas yg mampu membuat kita terbebas langsung dari keharusan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan," kata dia.

Baca juga: Pakar Peringatkan Kemungkinan Vaksin Covid-19 Tidak Bisa 100 Persen Efektif

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi