Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Petugas Kebersihan dan Sopir di Hong Kong di Tengah Pandemi Covid-19...

Baca di App
Lihat Foto
AFP/ANTHONY WALLACE
Foto tertanggal 13 Mei 2020 menunjukkan Gary Stokes pendiri LSM lingkungan hidup Oceans Asia, memegang sampah masker sekali pakai yang berserakan di Discovery Bay di Pulau Lantu yang terpencil di Hong Kong. Selain berserakan di sepanjang garis pantai, beberapa sampah masker sekali pakai juga hanyut ke laut.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Cerita ini tentang Chiu, pria berusia 53 tahun, yang sehar-hari bekerja membersihkan lingkungan perumahan dan perkantoran, serta pusat perbelanjaan di Causeway Bay Hong Kong dan North Point.

Ia telah menjalani profesi ini selama lebih dari 20 tahun.

Dilansir dari SCMP, Sabtu (8/8/2020), Chiu tidak pernah melewatkan satu hari kerja pun sejak wabah Covid-19, meski ia melihat beberapa rekannya menyerah karena takut terinfeksi.

Namun, ia tetap melakukan pekerjaannya setiap hari dan menganggap pekerjaan itu justru lebih menantang di tengah pandemi.

Chiu mengatakan, ia tak pernah merasa stres di tempat kerja krena beban kerja yang meningkat maupun khawatir akan kondisi kesehatannya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Pembersih berkontribusi pada upaya anti-pandemi kota, tetapi tidak ada yang mengenalinya. Kami dianggap sebagai pekerja kelas rendah," ujar Chiu.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Hong Kong Ubah Pusat Pameran Menjadi RS Darurat

Tetap jaga kota dari Covid-19

Selain dokter, Chiu adalah salah satu pekerja garis depan yang menjaga kota tetap berjalan.

Bahkan, pekerjaannya memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi ketika Hong Kong memerangi gelombang ketiga kasus Covid-19 yang parah.

Diketahui, lonjakan kasus infeksi sejak Juli telah meningkatkan kasus yang dikonfirmasi di kota itu menjadi lebih dari 3.900, dengan jumlah kematian lebih dari 40.

Dia dan rekan-rekannya, sekitar 100 orang yang berusia antara 40-an dan 70-an tahun, saat ini harus mendesinfeksi area setiap jam selama shift 10 jam.

Selain itu, lebih banyak sampah untuk dikumpulkan dari blok permukiman karena lebih banyak warga Hong Kong bekerja dari rumah.

Chiu mengisahkan, ia mengumpulkan sekitar delapan barel sampah dari setiap bangunan tempat tinggal setiap hari.

Awalnya, persediaan barang pelindung seperti masker sangat sedikit sehingga beberapa pembersih menggunakan penutup wajah yang sama selama berhari-hari, atau tidak sama sekali.

Saat ini, Chiu mendapatkan dua masker setiap hari. Mereka juga menjalani pemeriksaan suhu dua atau tiga kali sehari.

Sempat ada seruan untuk memberi pekerja garis depan ini lebih banyak perlindungan dan kompensasi.

Namun, pandemi tidak hanya mengakibatkan lebih banyak pekerjaan dan lebih banyak risiko, tetapi juga penurunan gaji untuk beberapa pekerja.

Chiu mengatakan, ada lebih banyak pembersihan dan desinfeksi yang harus dilakukan akhir-akhir ini.

Selain petugas kebersihan, pekerja angkutan umum dan karyawan manajemen properti juga diharapkan tetap bekerja, berurusan anggota masyarakat.

Baca juga: Kasus Corona Meningkat, Hong Kong Kewalahan Hadapi Lonjakan Pasien

Karantina mandiri

Setiap pagi dan malam, Chiu memindai daftar terbaru pemerintah tentang tempat-tempat dengan kasus Covid-19 yang terinfeksi untuk melihat apakah ada rekannya yang tinggal di sana atau di sekitarnya.

Ia mengatakan, petugas kebersihan yang tinggal di gedung dengan kasus yang dikonfirmasi, atau bahkan di daerah tersebut, harus melakukan karantina sendiri selama dua minggu.

Atau, mereka harus melakukan tes virus corona dan menunggu hasilnya sebelum melanjutkan pekerjaan.

Bagi pekerja yang terkena dampak, artinya lebih sedikit jam kerja dan penghasilan mereka dipotong. Penghasilan pembersih rata-rata sekitar 10.000 dollar Hong Kong sebulan atau sekitar Rp 18.984.814.

Menilik apa yang dikerjakannya berisiko, Chiu menyebutkan, beberapa temannya menyerah dan berhenti bekerja.

Tetapi, banyak yang tetap melanjutkan bahkan ketika diminta untuk membersihkan dan mendisinfeksi bangunan dengan infeksi Covid-19 yang dikonfirmasi.

Meski telah bertahan, dia kecewa karena kurangnya pengakuan atas upaya pekerja seperti dia.

“Ketika infeksi muncul di suatu tempat, siapa yang biasanya pertama kali datang? Kami pembersih," ujar Chiu.

“Orang biasanya menganggap remeh pekerjaan pembersih, tetapi apakah mereka pernah menganggap bahwa kita juga manusia dan kita menghadapi risiko selama pandemi?" lanjut dia.

Baca juga: Gelombang Ketiga dan Lonjakan Paling Menakutkan Kasus Covid-19 di Hong Kong...

Kisah sopir bus

Cerita lainnya datang dari seorang sopir bus yang telah bekerja selama lebih dari 20 tahun, Henry Hui Hon-kit (57).

Ia mengaku sempat stress karena melakukan kontak setiap hari dengan banyak penumpang.

Henry juga melakukan tindakan pencegahan ketat untuk melindungi dirinya sendiri serta orang-orang yang naik busnya.

Sebelum memulai setiap perjalanan, dia mendisinfeksi area pengemudi dan menggunakan pembersih tangan sebelum mengenakan sarung tangan.

Semua ini memperpendek waktu istirahatnya.

Majikannya, Citybus, memberi pengemudi dua masker baru setiap hari dan dia memakainya sepanjang waktu saat bekerja.

Meski melakukan tindakan untuk memastikan aman, Henry mengatakan, masih ada penumpang yang menolak memakai masker.

Memakai masker di transportasi umum telah diwajibkan sejak 15 Juli lalu, dengan denda maksimum 5.000 dollar Hong Kong atau sekitar Rp 9.492.407.

Hui mengatakan, jika dia melihat penumpang tanpa masker atau salah mengenakannya, dia mengingatkan mereka.

Jika penumpang menolak untuk memakai masker, pedoman perusahaan memperbolehkan pengemudi untuk meminta mereka turun dari kendaraan.

“Kami tidak tahu apakah ada penumpang yang terinfeksi,” kata Hui, yang juga Ketua Serikat Karyawan Citybus, mewakili sekitar 500 pengemudi.

Dengan lebih banyak orang yang tinggal di rumah, terjadi penurunan tajam dalam jumlah penumpang dan perusahaan bus telah memangkas jumlah bus yang beroperasi.

Akibat dari berkurangnya layanan, kata Hui, bus-bus lebih ramai, membuatnya waspada terhadap risiko kesehatan.

Hal ini juga berarti pemotongan jam kerja dan pendapatan.

Hui meyampaikan, penghasilan bulanannya turun sekitar 3.000 dollar Hong Kong (Rp 5.695.444).

Sementara, sebagian besar rekannya yang biasanya bekerja lembur mendapatkan penghasilan dollar Hong Kong 6.000 (Rp 11.390.888) hingga dollar Hong Kong 8.000 (Rp 15.187.851) kurang dari sebulan.

Bekerja lebih ringan tidak membuatnya lebih santai karena dia selalu khawatir akan menulari istri dan anak-anaknya.

“Hal pertama yang saya lakukan saat pulang adalah membersihkan tangan, mendisinfeksi tas, dan memasukkannya ke dalam kantong plastik bersih,” ujar dia.

Baca juga: Menilik Upaya Hong Kong Berjuang Melawan Gelombang Ketiga Covid-19

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi