Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: AS Jatuhkan Bom Atom di Nagasaki

Baca di App
Lihat Foto
AFP PHOTO/FILES
Sejumlah orang menyaksikan ledakan eksperimental pada 25 April 1952 dari bom termonuklir atau bom hidrogen model H, saudara dari bom atom yang diluncurkan di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Pada 73 tahun lalu, Agustus 1945, AS menjatuhkan bom Little Boy di Kota Hiroshima, Jepang, sebagai tahap akhir PD II yang menewaskan lebih dari 120.000 orang. Setelah Hiroshima, Kota Nagasaki menjadi sasaran berikutnya.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini 75 tahun yang lalu, tepatnya 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Nagasaki, Jepang.

Serangan bom atom di Nagasaki tiga hari setelah bom di Hiroshima. Dengan dua serangan mematikan itu, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat.

Dikutip dari History, Amerika Serikat sebelumnya telah merencanakan untuk menjatuhkan bom atom kedua mereka pada 11 Agustus 1945 jika Jepang belum menyerah.

Namun, perkiraan cuaca buruk pada hari itu mendorong serangan ke Nagasaki dimajukan menjadi 9 Agustus 1945.

Di pihak Jepang, kehancuran akibat bom atom di Hiroshima tak cukup meyakinkan Dewan Perang Jepang untuk menyerah tanpa syarat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh karena itu, rencana pengeboman kedua pun akhirnya benar-benar dilakukan oleh AS.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Perampokan Senilai Rp 49 Miliar di Kereta Api

Nagasaki bukan target awal

Pada pukul 01.56 dini hari, pesawat pengebom B-29 yang dimodifikasi secara khusus dan dikenal sebagai Bockscar, lepas landas dari Pulau Tinian, Kepulauan Mariana, di bawah komando Mayor Charles W Sweeney.

Pesawat itu membawa bom berbasis plutonium seberat 10.000 pon yang dikenal sebagai "Fat Man" menuju Kota Kokura, tempat persenjataan Jepang.

Karena wilayah itu tertutup awan, kru Bockscar memutuskan untuk menuju target kedua mereka, yaitu Nagasaki.

Bom itu dijatuhkan pada pukul 11.02 dari ketinggian 1.650 kaki di atas Kota Nagasaki, kota pusat pembuatan kapal.

Daya ledak yang dihasilkan oleh bom tersebut setara dengan 22.000 ton TNT. Akibatnya, diperkirakan antara 60.000 hingga 80.000 penduduk meninggal atau setengah dari jumlah penduduk Nagasaki.

Namun, dampak kerusakan mungkin akan jauh lebih besar jika tak ada bukit-bukit yang mengelilingi kota itu.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Lahirnya NASA dan Perlombaan Ruang Angkasa...

Sementara itu, Jenderal Leslie R Groves yang bertanggung jawab untuk Proyek Manhattan, proyek penelitian atom, memperkirakan bahwa bom atom lain mungkin sudah siap digunakan lagi pada 17 atau 18 Agustus 1945.

Hal tersebut untuk mengantisipasi jika Jepang masih enggan menyerah tanpa syarat.

Meski terjadi perbedaan pendapat di tubuh Dewan Perang Jepang, Kaisar Hirohito akhirnya memberikan izin untuk penyerahan tanpa syarat pada 15 Agustus 1945.

"Melanjutkan perang hanya akan menghancurkan rakyat Jepang," kata Kaisar Hirohito.

Keputusannya itu diambil atas permintaan dua anggota Dewan Perang yang ingin mengakhiri peperangan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Peristiwa Kudatuli, Sabtu Kelam 27 Juli 1996...

Justifikasi AS

Sejak menjatuhkan bom kedua di Nagasaki, sebuah pertanyaan muncul, "Apakah kematian dan kehancuran sebesar itu benar-benar diperlukan untuk mengakhiri Perang Dunia II?".

Presiden AS saat itu, Harry S Truman menyebutkan, penggunaan bom atom dimaksudkan untuk mempersingkat perang di Pasifik.

Dengan bom itu, AS tak akan menginvasi Jepang dan menyelamatkan ratusan ribu nyawa orang Amerika Serikat.

Pada awal 1947, ketika didesak untuk menanggapi kritik yang berkembang atas penggunaan bom atom, Menteri Perang Henry Stimson menuliskan responsnya di Harper's Magazine.

"Pada Juli 1945, tak ada tanda-tanda melemahnya tekad Jepang untuk berperang daripada menerima penyerahan tanpa syarat," tulis Stimson.

Sementara itu, AS berencana untuk meningkatkan blokade laut dan udaranya di Jepang guna meningkatkan pemboman udara strategis dan meluncurkan invasi ke Jepang pada November 1945.

"Kami memperkirakan, jika harus dipaksa untuk melaksanakan rencana ini sampai selesai, pertempuran besar tidak akan berakhir sampai akhir tahun 1946, paling awal," kata dia.

"Saya diberi tahu bahwa operasi semacam itu mungkin akan memakan lebih dari satu juta korban, hanya untuk pasukan Amerika," tambah dia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Ledakan Misterius di Kolombia, 1.000 Orang Tewas

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi