Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Jalur Kereta Api Pertama di Indonesia Resmi Beroperasi

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/J WIDODO
Ilustrasi kereta api: KA di Lampung pada 1980-an
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini 153 tahun yang lalu, tepatnya 10 Agustus 1867, jalur kereta api pertama di Indonesia resmi beroperasi.

Jalur kereta api ini menghubungkan Stasiun Samarang di Semarang, Jawa Tengah dengan Stasiun Tangoeng, kini disebut Tanggung, di Grobogan, Jawa Tengah.

Pembangunan jalur kereta api sepanjang 25 kilometer ini dilaksanakan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), kantor perkeretaapian pertama di Indonesia yang terletak di Semarang.

Kereta Semarang–Tanggung beroperasi dua kali sehari, pagi dan sore hari dengan waktu tempuh selama 1 jam.

Kereta berangkat dari Stasiun Semarang pada pagi hari pukul 07.00 dan akan tiba di Stasiun Tanggung pada pukul 08.00 pagi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara, pada sore harinya, kereta berangkat pada pukul 16.00 dari Stasiun Tanggung dan tiba pada pukul 17.00 di Stasiun Semarang.

Pada masa itu, NIS memberlakukan harga tiket kereta yang bervariasi, yaitu mulai dari 0,45 gulden, 1,5 gulden, hingga 3 gulden sesuai dengan kelas yang dipesan.

Tidak hanya mengangkut manusia, kereta Semarang-Tanggung juga mengangkut hewan ternak, hasil bumi, pedati, hingga gerobak.

Melansir laman Kemdikbud, Senin (10/8/2020) jalur kereta api pertama di Indonesia ini dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Baron Sloet van de Beele pada 17 Juni 1864.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: AS Jatuhkan Bom Atom di Nagasaki

Rute-rute lain di Jawa

Seperti diberitakan Kompas.com, 17 Juni 2018, mengutip Harian Kompas, 17 Juni 1976, disebutkan bahwa setelah membuka jalur rel di Semarang, NIS juga membuka rute-rute lain di Jawa.

Setelah beroperasinya rute awal dari Semarang menuju Tanggung, pada 10 Februari 1870 dibuka jalur sampai ke Solo.

Dari Solo, pembangunan rute kereta juga sampai ke Yogyakarta.

Pada 21 Mei 1873, jalur dari Semarang-Surakarta-Yogyakarta diresmikan. Tepat pada tahun itu pula selesai jalur Batavia-Buitenzorg.

Kesulitan dalam hal finansial untuk membangun jalur kereta api membuat pemerintah terpaksa turun tangan.

Pemerintah kemudian mendirikan perusahaan Staat Spoorwagen (SS).

Jalur utama yang didirikan SS melintang antara Surabaya-Pasuruan dengan panjang 115 kilometer yang diresmikan pada 16 Mei 1878.

Setelah NIS dan SS, muncullah perusahaan kereta api swasta lainnya.

Kemunculan perusahaan lain karena melihat keuntungan yang tinggi dalam bidang perkeretaapian.

Pada 1867, baru 25 kilometer rel yang dibuka. Kemudian, pada 1870 berkembang menjadi 110 kilometer. Sementara, pada 1900 tercatat 3.338 kilometer.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Perampokan Senilai Rp 49 Miliar di Kereta Api

Jalur kereta di Sumatera

Selain perkembangan jalur kereta api di Jawa, di Sumatera juga mulai dikembangkan.

Rel kereta pertama kali di Sumatera Utara dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Swasta Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).

Pada 1883, berhasil menghubungkan Medan dengan Labuan dengan jarak 21 kilometer.

Jalur itu merupakan cikal bakal kereta api Medan-Belawan.

Sementara, di Sumatera Barat, pembangunan rel pertama kali adalah untuk akses pada jalur perkebunan.

Jalur ini digunakan untuk mendistribusikan kopi dari daerah pedalaman ke pusat perdagangan di Padang.

Setelah untuk akses perkebunan, Pemerintah Hindia Belanda juga menambah jalur tambang di daerah Sawah Lunto.

Namun, jalur ini akan menghabiskan biaya yang sangat besar untuk pembuatan sedikitnya 32 terowongan.

Sedangkan biaya yang disediakan oleh Pemerintah Hindia Belanda 5½ juta Gulden.

Perkembangan kereta api di Sumatra Barat dapat dikatakan sejak pembangunan jalur kereta api oleh Perusahaan Kereta Api Negara Sumatra Staats Spoorwegen (SSS).

Pembangunan tersebut dimulai dari Teluk Bayur ke Sawahlunto yang dimulai dari Stasiun Pulo Aer ke Stasiun Padang Panjang sepanjang 17 km, jalur kereta api ini dibuka pada 1 Juli 1891.

Pada perkembangannya, di daerah Sumatera Barat berhasil dibuka jalur kereta sekitar 240 km.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Ledakan Misterius di Kolombia, 1.000 Orang Tewas

Setelah kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, kereta api yang dikuasai oleh Jepang akhirnya mulai direbut kembali oleh pihak Indonesia.

Karyawan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) yang mempelopori pengambil alih kekuasaan tersebut.

Pada 28 September 1945, dibentuklah Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).

Setelah itu, berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) tahun 1963.

Pada era PNKA, ada operator lain seperti Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) yang masih independen sehingga kereta api di Indonesia hanya memiliki satu operator.

Setelah itu, pada 15 September 1971, PNKA berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).

Pada era PJKA, lokomotif listrik dan diesel masih didatangkan.

Terbukti, pada 1980-an kebanyakan masih menggunakan lokomotif listrik-diesel.

Setelah 20 tahun, pada 2 Januari 1991 berubah lagi menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka).

Perubahan kembali terjadi tahun 1999 menjadi PT Kereta Api (Persero).

Pada 2010, PT Kereta Api berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (KAI). Industri perkeretaapian bertransformasi menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Peristiwa Bom Plaza Atrium, Jakarta

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi