Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Lima Bulan PSBB, Berat Badan Naik, Uji Klinis Vaksin Dilakukan

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/M AGUNG RAJASA
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis calon vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III calon vaksin Covid-19 produksi Sinovac kepada 1.620 relawan.
Editor: Amir Sodikin

KOMPAS.com - Hai, apa kabarmu? Pekan ini, Indonesia makin merah putih karena makin banyak bendera dipasang dan berkibar di mana-mana. Di sekitar tempat tinggalmu pasti demikian juga.

Di taman dan balai warga dekat tempat saya tinggal, warga membuat hiasan merah putih dari botol-botol yang diproduksi produsen plastik untuk menjual air minum yang disedot dari alam.

Sampah plastik produsen plastik yang banyak jumlahnya perlu dimanfaatkan. Kreativitas memungkinkan botol-botol sulit terurai itu jadi hiasan kemerdekaan. Setelah itu, tetap akan jadi sampah yang sulit terurai juga.

Dalam catatan saya, minggu ini kita akan memasuki bulan kelima penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Karena panjangnya masa PSBB ini dan terus menerusnya diperpanjang, mungkin sebagian dari kita tidak lagi peduli atau tidak merasa dalam situasi PSBB. 

Ini jadi kabar baik sebenarnya. PSBB sudah menjadi keseharian. PSBB sudah jadi laku normal baru. PSBB sudah menjadi kebiasaan baru. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak teori perubahan perilaku menyebut, dibutuhkan waktu minimal 66 hari atau sekitar dua bulan untuk perubahan perilaku. Tanda  perilaku yang berubah adalah, kita melakukan kebiasaan baru tidak dengan perasaan terpaksa, mengalir saja.

Saya sendiri menjadi seperti mekanis karena perilaku yang berubah itu. Misalnya, setiap kembali ke rumah dari luar, langkah pertama selalu menuju tempat cuci tangan, mencuci tangan dengan sabun, baru kemudian beraktivitas lain.

Hal yang sebelum PSBB tidak saya lakukan, di awal-awal PSBB terpaksa saya lakukan, dan memasuki bulan kelima ini, seperti mekanis saya lakukan. Hal yang sama terjadi untuk anggota keluarga saya.

Motor penggerak perubahan perilaku karena pandemi di rumah saya adalah ibunya anak-anak alias isteri saya. Bagaimana perubahan perilaku terjadi pada dirimu, pada keluargamu?

Untuk upaya-upaya baik ini, kita perlu mengingat bahkan mencatat. Ingatan dan catatan itu baik untuk bekal kepercayaan diri bahwa kita bisa melakukan upaya-upaya baik lainnya.

Perjalanan dalam situasi pandemi ini masih panjang dan masih banyak memerlukan upaya-upaya baik lainnya.

Berkerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah tidak mengurangi kelelahan atau kerepotan. Untuk beberapa hal, kerepotan justru bertambah, terutama untuk kamu yang punya anak-anak usia sekolah di rumah.

Kerepotan ini adalah tanda bahwa kita perlu melakukan sejumlah perubahan. Normal lama tidak lagi relevan dan membutuhkan normal baru. Kerepotan di awal-awal adalah pertanda diperlukannya perubahan atau penyesuaian itu.

Oya, sepekan terakhir, di tengah kerepotanmu, banyak peristiwa terjadi. Selain peristiwa, banyak hal-hal baru yang menjadi perhatian publik. Itu yang setidaknya terbaca dari kecenderungan pembaca Kompas.com sepekan terakhir.

Soal minat mencari mobil bekas dengan harga yang terjangkau tinggi sekali peminatnya di kompas.com. Berita berisi informasi terkait mobil bekas dengan harga Rp 20 juta banyak dibaca. 

Keterbacaan artikel itu pararel dengan artikel harga sepeda dengan harga sama atau bahkan lebih.

Fenomena naiknya harga sepeda merek Brompton misalnya. Harga sepeda di kisaran Rp 30-100 juta, bekas atau baru, menjadi buruan dan fenomena ajaib, bahkan di pasar sepeda dunia.

Untuk keterbacaan artikel mobil bekas dengan harga Rp 20 juta bisa dimaknai sebagai kebutuhan lantaran mobilitas dengan transportasi publik dibatasi karena alasan kesehatan.

Mobilitas dengan kendaraan pribadi makin kerap dilakukan dan menjadi pilihan paling aman. Tidak heran, di masa PSBB, di sejumlah ruas jalan kemacetan kerap dijumpai. Alasan ini yang membuat kebijakan ganjil genap akan segera diterapkan.

Mengenai fenomena demam sepeda, sebenarnya kabar baik juga karena sebagian dari kita makin sadar kesehatan dan lingkungan. Selain untuk olahraga, sepeda jadi moda transportasi jarak dekat yang dianjurkan untuk mobilitas selama pandemi karena aman.

Melambung dan dilambungkannya harga sepeda yang membuat fenomena ini jadi kabar buruk, terutama untuk kita yang butuh tetapi dana yang ada terbatas.

Tetapi, situasi ini tidak akan berlangsung lama. Kelangkaan sepeda lantaran mendadak tingginya animo akan segera teratasi. Saat pasokan sepeda memadai, harga otomatis akan turun menjadi normal.

Jika masih bisa bersabar, tunggu saja mereka yang mendadak demam bersepeda turun demamnya. Saat demamnya turun, sepeda tidak akan mereka diperlukan dan menjual adalah langkah berikutnya.

Dari mereka yang demam bersepedanya mendadak turun, harga sepeda pasti jauh dari harga normal. Tawar saja, siapa tahu beruntung.

Selain soal kendaraan, artikel yang banyak dibaca pekan lalu adalah soal problem berat badan. Pandemi yang membuat ruang aktivitas kita terbatas dan banyak aktivitas dilakukan di rumah di mana kulkas dan dapur ada di jangkauan membuat berat badan naik.

Selama lima bulan PSBB, bagaimana perubahan berat badanmu? Naik atau justru turun? Berat badan saya sendiri naik turun, tetapi tiga bulan terakhir cenderung turun dari berat badan sebelum PSBB. 

Kita kerap iri dengan teman-teman kita yang makannya banyak tetapi tetap langsing. Di dunia kesehatan, sebenarnya banyak siasat untuk menurunkan berat badan untuk alasan kesehatan.

Tidak melulu dengan diet ketat. Tema-tema ini jadi bacaan menarik pembaca Kompas.com sepekan terakhir.

Saya sendiri bisa menurunkan berat badan karena olahraga rutin selama PSBB. Setidaknya seminggu tiga kali, sebelum pukul 07.00, saya bersepeda di sekitar tempat tinggal. Dengan waktu sekitar satu jam, sekitar 30 kilometer saya dapatkan.

Selain olahraga, faktor yang menentukan adalalah asupan. Untuk asupan ini, saya menyebut makan dengan berkesadaran. Saya makan pada jam makan yang saya tentukan. Berapa banyak asupan untuk tubuh saya setiap hari menjadi patokan saya makan.

Intinya, saya makan secukupnya di waktu yang saya tentukan sesuai kebutuhan tubuh akan makanan dan nutrisinya.

Saya sadar, berlebihan dalam asupan selain boros alias tidak perlu juga tidak baik bagi tubuh. Bagi mulut dan indera perasa kita, mungkin baik atau enak. Tetapi, tidak baik atau tidak enak untuk tubuh.

Oya, bersamaan dengan semester baru adik-adik kita yang hendak kuliah, artikel tentang peringkat perguruan tinggi di Indonesia juga menyita perhatian pembaca Kompas.com. Informasi tentang 10 perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi webometrics banyak dibaca.

Kamu perlu update juga bagaimana perguruan tinggi di Tanah Air terus berupaya untuk meningkatkan kualitasnya. Update informasi ini penting untuk merencanakan pendidikan anak-anak di masa mendatang.

Terkait peristiwa, pekan lalu perhatian publik di Indonesia juga dunia tertuju ke Beirut, Lebanon. Ledakan amonium nitrat yang menghancurkan kota. Puluhan jiwa melayang dan ratusan orang luka-luka dan ribuan orang terdampak karena ledakan hebat ini.

Sejumlah upaya dilakukan untuk menangani korban dan juga pengungkapan peristiwa ini. Kamu bisa ikuti update beritanya dari tautan ini.

Peristiwa lain yang menarik minat pembaca adalah upaya dunia dan juga Indonesia untuk menemukan vaksin Covid-19.

Seperti diketahui, Indonesia bersama beberapa negara lain tengah melakukan uji klinis ketiga untuk calon vaksin yang diproduksi oleh Sinovac. Partner Sinovac untuk uji klinis ketiga ini adalah PT Bio Farma.

Untuk menemukan dan membuat vaksin, dibutuhkan waktu yang lama dan biaya tinggi. Uji klinis ketiga dilakukan untuk menguji apakan vaksin efektif atau tidak bagi mereka yang divaksin.

Uji klinis pertama telah dilakukan untuk mengetahui apakah vaksin dapat merangsang antibodi. Uji klinis kedua telah dilakukan guna mengetahui dosis yang efektif untuk meningkatkan antibodi.

Untuk keperluan uji klinis ini, Indonesia menerima 2.400 vaksin. Setibanya di Indonesia, vaksin tersebut telah dikarantina sebelum digunakan untuk alasan keamanan.

Saat ini tengah diupayakan uji klinis terhadap 1.620 sukarelawan. Sisa vaksin dialokasikan untuk keperluan uji klinis lainnya. 

Meskipun uji klinis ketiga belum tentu berhasil menguji efektivitas vaksin bagi sukarelawan yang divaksin, pemerintah sudah bersiap untuk meningkatkan kemampuan produksi vaksin.  

Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, Bio Farma saat ini memiliki kapasitas produki awal 100 juta vaksin. Hingga Desember 2020, akan siap 150 juta dosis tambahan.

Dengan kemampuan produksi sebesar ini, Erick yakin Indonesia akan bisa mengeskpor vaksin produksi Bio Farma sebagai bagian dari kontribusi Indonesia untuk dunia.

Kabar baik tentunya dan semoga tidak menjadi rasa aman palsu baru. Kita berharap uji klinis fase tiga ini membuahkan hasil baik, bukan malah gagal.

Peluang berhasil dari uji klinis fase ketiga tidak terlalu besar yaitu 10-30 persen. Semoga kecilnya peluang itu berpihak pada upaya-upaya baik kita.

Sambil menunggu bagaimana hasil uji klinis vaksin, uyapa-upaya baik yang bisa kita lakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 jangan dikendorkan. Disiplin dengan protokol kesehatan adalah upaya minimal yang secara pribadi bisa kita lakukan.

Panjang umur upaya-upaya baik, juga upaya baik kita merayakan kemerdekaan di tengah situasi serba terbatas dan tidak sepenuhnya merdeka.

Salam Merdeka,

Wisnu Nugroho.

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi