Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Catatan Penanganan Virus Corona di Bawah Komite Covid-19?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Sejumlah pekerja menggunakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (29/7/2020). Klaster perkantoran penularan Covid-19 di Jakarta kini menjadi sorotan. Data resmi hingga Selasa (28/7/2020) kemarin, ada 440 karyawan di 68 perkantoran di Ibu Kota yang terinfeksi virus corona.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pada akhir Juli 2020, pemerintah membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Dengan terbentuknya komite ini, maka Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 resmi dibubarkan.

"Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit" menjadi moto langkah strategis dari komite tersebut.

"Kunci memulihkan ekonomi adalah memulihkan kesehatan terlebih dahulu," tegas Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir selaku Ketua Pelaksana Komite seperti dikutip dari Harian Kompas, 7 Agustus 2020.

Setidaknya, ada tiga prioritas program dari Komite ini, yaitu:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Komite Covid-19 Dibentuk, Politisi Demokrat: Jangan Sampai Tak Tepat Sasaran

Setelah tiga pekan dibentuk, bagaimana catatan untuk Komite Penanganan Covid-19 ini?

Catatan pencapaian

Menurut Dosen Public Health di University of Derby Inggris, Dono Widiatmoko, catatan positifnya adalah Indonesia mempersiapkan tim yang lebih kuat dalam menghadapi pandemi ini.

"Plus ya, Indonesia mempersiapkan tim yang lebih kuat untuk menghadapi pandemi yang cukup panjang," ujar Dono kepada Kompas.com, Senin (10/8/2020) sore.

Sementara, terkait pelaksanaan di bidang kesehatan, Ahli Patologi Klinis sekaligus Direktur RS UNS Tonang Dwi Ariyanto menyebut bahwa belum ada catatan atau kemajuan yang signifikan.

"Belum ada yang signifikan ya untuk bidang kesehatan," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/8/2020) pagi.

Dihubungi secara terpisah, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, juga berpendapat sama.

"Metode strategi komunikasinya belum berubah banyak," ujar Dicky, saat dihubungi secara terpisah.

Sementara, sisi positifnya adalah lebih terlihat peran di banyak sektor dalam penanganan pandemi Covid-19 ini, meskipun belum signifikan untuk pengendalian pandemi virus corona.

"Belum (signifikan) untuk pengendalian pandeminya, lebih ke ekonomi," lanjut Dicky.

Baca juga: KSAD Jadi Wakil Komite Penanganan Covid-19, Mahfud: Keterlibatan TNI Diperlukan

Testing harus jadi strategi utama

Dicky memberikan catatan, sistem zonasi yang diterapkan belum mengalami perbaikan pada kriterianya sehingga tidak memiliki argumen indikator epidemiologi yang tepat.

"Apa yang disampaikan jubir atau perwakilan pakar tidak konsisten. Misalnya, mempertimbangkan heterogenitas (faktor jumlah penduduk) saat melakukan perangkingan dengan incidence rate per 100.000 penduduk," jelas dia.

Dicky menilai , faktor testing belum menjadi acuan atau prioritas dalam pengendalian pandemi di daerah-daerah.

"Padahal testing adalah strategi yang fundamental dalam pandemi," ujar Dicky.

"Tidak dijadikannnya testing sebagai strategi utama sangat berbahaya karena artinya kita meluputkan banyak kasus positif di masyarakat," lanjut dia.

Kondisi ini disebut akan berkontribusi pada peningkatan kasus kesakitan dan kematian.

"Cepat atau lambat dapat menyebabkan ledakan kasus," kata Dicky.

Hingga Selasa (11/8/2020), jumlah total kasus Covid-19 yang telah dikonfirmasi di Indonesia adalah sebanyak 127.083.

Dari angka tersebut, telah terjadi 5.765 kasus kematian dan 82.236 pasien yang telah dinyatakan sembuh.

Baca juga: Ini Lima Program Komite Penanganan Covid-19 dan PEN

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi