Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kamala Harris, Cawapres yang Akan Dampingi Joe Biden Lawan Donald Trump

Baca di App
Lihat Foto
Senator Partai Demokrat asal California, Kamala Harris. (AFP/MARK RALSTON)
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Joe Biden, resmi memilih Kamala Harris sebagai calon wakil presidennya.

Terpilihnya Harris mengakhiri spekulasi panjang mengenai cawapres yang akan digandeng Biden untuk melawan calon presiden AS petahana Donald Trump, saat pemilihan presiden AS pada 3 November 2020.

Biden mengumumkan keputusannya ini melalui akun Twitternya, Selasa (11/8/2020) sore waktu setempat.

“Saya memiliki kehormatan besar untuk mengumumkan bahwa saya telah memilih Kamala Harris sebagai cawapres. Kamala adalah pejuang yang tak kenal takut bertarung untuk kepentingan rakyat kecil dan salah satu pelayan rakyat terbaik,” tulis Biden.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Kamala Harris?

Keturunan India-Afro-Amerika

Melansir Britannica, Rabu (12/8/2020), Kamala Harris lahir dengan nama lengkap Kamala Devi Harris pada 20 Oktober 1964 di Oakland, California, AS.

Dia adalah seorang politisi perempuan dari Partai Demokrat yang terpilih sebagai anggota Senat AS, mewakili California pada 2016.

Dia adalah keturunan India-Amerika pertama yang menduduki posisi ini, sekaligus menjadi perempuan Afro-Amerika kedua yang menjadi anggota Senat.

Sebelumnya, Harris menjabat sebagai Jaksa Agung negara bagian California, pada 2011-2017.

Ayah Harris adalah seorang pria Jamaika yang mengajar di Stanford University, sementara ibunya adalah seorang peneliti kanker dan merupakan putri dari seorang diplomat India.

Adik perempuan Harris, Maya, berkarir sebagai advokat kebijakan publik.

Baca juga: Joe Biden Pilih Senator Kamala Harris sebagai Cawapres Melawan Trump

Harris mendapat gelar sarjana muda (B.A) di bidang ilmu politik dan ekonomi dari Howard University pada 1986.

Dia kemudian meneruskan studinya, dan mendapat gelar sarjana hukum dari Hastings College pada 1989.

Menjadi jaksa penuntut

Harris kemudian bekerja sebagai wakil jaksa wilayah di Oakland pada 1990-1998. Ia mendapatkan reputasi sebagai jaksa yang tangguh saat menjadi penuntut kasus kekerasan geng, perdagangan narkoba, dan pelecehan seksual.

Dia kemudian naik pangkat, dan menjadi jaksa wilayah pada tahun 2004.

Pada tahun 2010, Harris terpilih sebagai Jaksa Agung California, menjadikannya wanita pertama dan keturunan Afro-Amerika pertama yang memegang jabatan itu.

Sebagai Jaksa Agung, Harris memiliki keberanian untuk menunjukkan kebebasannya dari tekanan politik.

Misalnya, mengabaikan tekanan administrasi dari Presiden AS saat itu Barack Obama yang memintanya untuk menyelesaikan gugatan nasional terhadap pemberi pinjaman hipotek karena praktik yang tidak adil.

Baca juga: Dukungan Barack Obama kepada Mantan Wapresnya, Joe Biden dalam Melawan Trump

Karier politik

Harris mengumumkan pencalonannya sebagai anggota Senat AS pada 2015. Ia mencalonkan diri melalui Partai Demokrat.

Ia dipandang sebagai bintang yang sedang naik daun dalam tubuh Partai Demokrat.

Dalam kampanyenya, Harris menyerukan reformasi imigrasi dan peradilan pidana, kenaikan upah minimum, dan perlindungan hak reproduksi perempuan. Ia pun memenangkan pemilu 2016 menjadi anggota Senat AS.

Setelah menjabat, pada Januari 2017, Harris mulai bertugas di Komite Seleksi Intelijen dan Komite Kehakiman.

Dia menjadi terkenal karena gaya berbicaranya saat rapat dengar pendapat, yang menyerupai gaya bicara jaksa penuntut saat menanyai saksi selama persidangan.

Gaya bicara Harris tersebut terkadang menuai kritik dan sesekali interupsi, terutama dari senator asal Partai Republik.

Baca juga: Habiskan Dana Kampanye Rp 736,3 Miliar, Donald Trump Belum Bisa Kalahkan Joe Biden

Pada Juni 2017, dia menjadi perhatian publik karena pertanyaannya kepada Jaksa Agung AS Jeff Sessions, yang bersaksi di depan komite intelijen tentang dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016.

Harris sebelumnya telah meminta Sessions untuk mengundurkan diri.

Pada Januari 2019, memoar Harris, The Truths We Hold: An American Journey diterbitkan.

Tidak lama kemudian, Harris mengumumkan sedang mencari dukungan untuk menjadi calon presiden dari Partai Demokrat tahun 2020.

Sejak awal, Harris dipandang sebagai salah satu kandidat terkemuka. Namun, pada Desember 2019, dia keluar dari persaingan untuk menjadi calon presiden dari Partai Demokrat.

Pada Agustus 2020, Joe Biden yang merupakan calon presiden dari Partai Demokrat resmi memilih Harris sebagai calon wakil presidennya.

Baca juga: Trump Sebut Joe Biden Tak Kompeten Memimpin AS

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi