Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak, Berikut Peringatan WHO soal Covid-19...

Baca di App
Lihat Foto
THE RUSSIAN DIRECT INVESTMENT FUND/Handout via REUTERS
Seorang peneliti bekerja di dalam laboratorium di Institut Penelitian Gamaleya selama proses pengetesan dan produksi vaksin virus corona di Moskwa, Rusia, pada 6 Agustus 2020. Rusia mengklaim menjadi negara pertama yang menciptakan vaksin virus corona, dan diberi nama Sputnik V.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 semakin meluas di seluruh dunia.

Berdasarkan data real time Worldometers, total infeksi virus corona pada Rabu (12/8/2020) sebanyak 20.521.644 kasus global, dengan 13.441.743 pasien sembuh, dan 745.918 orang meninggal dunia.

Guna menekan penyebaran Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memberikan sejumlah peringatan secara global terkait sejumlah hal yang berkaitan dengan virus corona.

Baca juga: Virus Corona Dapat Bertahan di Plastik dan Stainless Steel hingga 3 Hari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut sejumlah peringatan WHO terkait Covid-19:

1. Covid-19 dapat bertahan di udara (airborne)

Pada awal Juli 2020, WHO resmi mengeluarkan pernyataan bahwa virus corona dapat bertahan di udara atau airborne dalam ruangan tertutup.

Dengan kondisi itu, virus corona juga dapat menular dari satu orang ke orang lain.

Dalam pernyataan resminya, WHO mendefinisikan penularan melalui udara sebagai penyebaran agen penular yang disebabkan oleh penyebaran aerosol yang melayang di udara dalam jarak dan waktu yang lama.

Baca juga: Vaksin Corona dari Oxford Dinilai Aman, Dijanjikan Siap pada September

Dilansir New York Times (9/7/2020), tempat tertutup yang bisa menjadi tempat penularan Covid-19 di udara antara lain restoran, klub malam, tempat ibadah, tempat kerja, atau tempat-tempat lain di mana orang berteriak, berbicara, dan bernyanyi.

"Teori menunjukkan bahwa sejumlah droplet pernapasan dapat menghasilkan aerosol. Ini terjadi saat menguap, bernapas normal, dan saat berbicara," kata WHO.

Dengan demikian, orang yang rentan dapat menghirup aerosol dan dapat terinfeksi jika aerosol itu mengandung virus dalam jumlah cukup untuk menyebabkan infeksi ke orang lain.

Namun hingga saat ini, WHO dan para ahli masih mencari tahu berapa proporsi droplet yang diembuskan saat menguap untuk menghasilkan aerosol.

Baca juga: Virus Corona Menular Lewat Droplet dan Airborne, Apa Bedanya?

2. Vaksin tak akan tersedia sebelum akhir 2021

Ketika virus corona terus menginfeksi orang-orang di dunia, sejumlah negara saling berlomba untuk menemukan vaksin atau obat untuk menyembuhkan pasien Covid-19.

Kendati demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa kecil kemungkinan untuk memiliki vaksin tersebut sebelum akhir 2021.

Pengembangan dan distribusi massal vaksin secara luas dipandang sebagai cara yang paling mungkin untuk mengendalikan Covid-19.

Tiga perusahaan farmasi terbesar AS, Inovio, Moderna, dan Pfizer kini telah memulai uji klinis, yaitu tahap pertama dalam pengembangan vaksin.

Sementara itu, para peneliti di Oxford University yang didukung oleh Pemerintah Inggris mengatakan mereka bertekad untuk memproduksi vaksin pada musim gugur nanti.

Pejabat Senior WHO Dale Fisher menyebut vaksin untuk Covid-19 tidak akan siap hingga akhir tahun depan. "Saya pikir akhir tahun depan adalah ekspektasi yang sangat masuk akal," kata Fisher dilansir dari CNBC, Senin (4/5/2020). 

Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...

3. Bahaya nasionalisme vaksin

Selain itu, WHO juga memperingatkan mengenai bahayanya "nasionalisme vaksin" bagi negara-negara adidaya yang menyimpan perawatan medis/kesehatan untuk diri mereka sendiri.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan, nasionalisme vaksin tidak baik lantaran tindakan tersebut tidak mempermudah WHO atau sejumlah negara dalam memberantas Covid-19.

"Agar dunia pulih lebih cepat, ia harus pulih bersama, karena ini adalah dunia yang mengglobal di mana ekonomi saling terkait satu sama lain. Sebagian dunia atau beberapa negara tidak bisa menjadi tempat berlindung yang aman dan pulih," ujar Tedros.

Menurut dia, kerusakan akibat Covid-19 dapat berkurang jika negara-negara yang memiliki dana ikut berkomitmen untuk ini.

Baca juga: Profil KSAD Jenderal Andika Perkasa, Wakil Erick Thohir di Komite Penanganan Covid-19

4. Tunda rutinitas pemeriksaan gigi

WHO baru-baru ini juga memberikan warning terkait penundaan perawatan gigi rutin karena risiko Covid-19.

Dilansir dari Straits Times, (12/8/2020), meskipun saat ini tidak ada data mengenai penyebaran virus corona dari tindakan dokter gigi, namun penelitian lebih lanjut mengungkapkan prosedur umum yang menghasilkan partikel kecil yang mengambang berpotensi menyebabkan infeksi jika terhirup.

Potensi tersebut termasuk berasal dari semprotan udara/air tiga arah, peralatan pembersih ultrasonik yang menghasilkan endapan dari permukaan gigi, dan pemolesan gigi.

"Panduan WHO merekomendasikan dalam kasus penularan komunitas untuk memprioritaskan kasus oral yang mendesak atau darurat, untuk menghindari atau meminimalkan prosedur yang dapat menghasilkan aerosol, memprioritaskan serangkaian intervensi klinis yang dilakukan dengan menggunakan instrumen dan tentu saja untuk menunda rutinitas yang tidak penting. perawatan kesehatan mulut," ujar petugas gigi WHO, Benoit Varenne.

Baca juga: Bertambah 2.473 Kasus dalam Sehari, Berikut 10 Provinsi dengan Kasus Covid-19 Tertinggi

Ia menambahkan, kemungkinan Covid-19 ditularkan melalui aerosol, partikel mikro atau partikel udara.

Menurutnya, fasilitas gigi harus memiliki ventilasi yang memadai untuk mengurangi risiko penyebaran virus dalam pengaturan tertutup

Meski begitu, hal ini masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikannya.

Baca juga: Ketersediaan APD, Risiko Tenaga Medis, dan Perlindungan Covid-19...

(Sumber: Kompas.com/Dandy Bayu Bramasta, Gloria Setyvani Putri | Editor: Sari Hardiyanto)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Tingkat Risiko Kegiatan pada Masa Pandemi Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi