Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sosok Jerinx yang Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus "IDI Kacung WHO"

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/IMAM ROSIDIN
I Gede Ari Astina atau Jerinx SID (tengah) memenuhi panggilan Polda Bali terkait laporan ujaran kebencian dan pencemaran nama baik, Kamis (6/8/2020).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Polda Bali akhirnya resmi menetapkan pemain drum Superman Is Dead (SID) I Gede Ari Astina atau Jerinx sebagai tersangka pada Rabu (12/8/2020).

Jerinx ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus dugaan pencemaran nama baik Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Kini Jerinx telah ditahan di Rutan Polda Bali.

Baca juga: Profil Tiga Jenderal yang Dicopot dari Jabatannya karena Kasus Djoko Tjandra

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Direktur Reskrimsus Polda Bali Kombes Yuliar Kus Nugroho mengatakan penetapan tersangka Jerinx karena alat buktinya sudah lengkap dan terpenuhinya unsur pidana dalam unggahannya di Instagram

Berikut sekilas tentang sosok Jerinx:

Pria kelahiran Kuta, 10 Februari 1977 itu merupakan salah satu pendiri SID, band yang muncul pada 1995 dari sebuah gang bernama Poppies Lane II di Kuta, Bali.

Poppies Lane dikenal sebagai kawasan backpacker di Kuta yang berdenyut selama 24 jam.

Salah satu prestasi yang pernah diraih band tersebut adalah band Indonesia pertama yang masuk dalam daftar Billboard, seperti dikutip dari Harian Kompas, 23 Januari 2011.

Baca juga: Mengenang Kurt Cobain, Ikon Musik Rock Modern

SID menempati urutan ke-23 Billboard Uncharted dari 50 band terpopuler di dunia dengan jumlah pendengar di internet lebih dari 1,6 juta orang.

Bersama SID, Jerinx pernah tampil dalam ajang Warped Tour 2009 di 11 dari 47 kota di Amerika Serikat dan Kanada.

Dalam sejarah Warped Tour yang dimulai pada 1994, selain SID, baru ada dua band asal China dan Jepang yang bisa tampil di sini.

Baca juga: Mengenang Profesor Drum Neil Peart...

Dikenal vokal

Nama Jerinx kerap muncul dalam sejumlah aksi protes di Bali untuk menentang kebijakan pemerintah, khususnya terkait isu lingkungan.

Harian Kompas, 5 Maret 2006 memberitakan, Jerinx pernah menjadi koordinasi dalam acara konser penolakan Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi (RUU APP).

Puluhan kelompok musik bahkan turut serta dalam konser yang berpusat di Kuta tersebut.

Baca juga: Indonesia Terserah, Ekspresi Kekecewaan, dan Bentuk Protes kepada Pemerintah...

Saat itu, aksi penolakan RUU APP juga dilakukan oleh masyarakat Bali karena dianggap tidak mengakomodasi keberagaman budaya lokal di Indonesia dan dikhawatirkan akan memicu disintegrasi bangs.

Sejak 2012, Jerinx dan personel SID lainnya bersama para aktivis lingkungan, sosial, dan kemanusiaan mulai menggelar diskusi dan aksi untuk menolak reklamasi Teluk Benoa.

Teluk Benoa merupakan kawasan teluk seluas 838 hektar tersebut sebenarnya termasuk daerah konservasi tempat bermuaranya empat sungai besar di Bali.

Baca juga: Mengenal Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir

Sering mendapatkan intimidasi

Sebagai orang asli Bali, Jerinx tidak terima jika tanah kelahirannya dieksploitasi habis-habisan oleh investor dan penguasa daerah yang rakus mengeruk keuntungan di Bali.

"Kami mulai menyuarakan penolakan reklamasi sejak dua tahun lalu. Sebagai seniman, kami menolak kerakusan dan ketidakjujuran lewat musik, bukan dengan kekerasan," kata Jerinx, dikutip dari Harian Kompas, 1 Oktober 2014.

Sejak menyuarakan penolakan itu, ia mengaku sering mengalami intimidasi.

Di awal perjuangannya, bar yang dikelola Jerinx sering kedatangan orang-orang yang tidak jelas. Mereka bertubuh kekar dan sering menanyakan alamat rumah Jerinx.

Baca juga: Mengapa Kasus Kekerasan di Sekolah Taruna Masih Terjadi?

Ia juga beberapa kali mendapat telepon gelap yang menyatakan akan mencari keberadaan Jerinx.

"Saya tidak takut diancam. Karena apa yang saya dan teman-teman SID perjuangkan adalah perjuangan rakyat. Di sini rakyat yang berkuasa," papar dia.

Saat pandemi Covid-19 menginfeksi Indonesia, Jerinx termasuk salah satu pesohor yang vokal mengampanyekan mengenai konspirasi terkait virus corona.

Ia bahkan menganggap bahwa virus tersebut tak berbahaya dan kerap menantang sejumlah pihak untuk berdebat terkait Covid-19.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi dan Bedanya dengan Depresi Ekonomi

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Tingkat Risiko Kegiatan pada Masa Pandemi Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi