KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat mencolok dalam sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Jumat, 14 Agustus 2020 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta.
Jokowi mengenakan baju adat Nusa Tenggara Timur (NTT) ketika menyampaikan pidato.
Pidato Presiden RI Jokowi itu dalam rangka Penyampaian Pengantar/Keterangan Pemerintah Atas RUU tentang APBN Tahun 2021 beserta Nota Keuangan.
Lalu bagaimana cerita di balik pemilihan baju adat tersebut?
Kompas.com menghubungi Ketua Dekranasda NTT Julie Sutrisno Laiskodat yang mempersiapkan baju adat untuk Jokowi hari ini.
Julie menjelaskan, baju adat yang dipakai Jokowi berasal dari kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Beliau menelepon saya, kebetulan saya ketua Dekranasda dan juga istri gubernur, kali ini Pak Jokowi berkenan pakai (baju adat) NTT), jadi saya kasih beberapa pilihan ke bapak dan bapak memilih Sabu Raijua ini," kata Julie saat dihubungi Kompas.com, Jumat (14/8/2020).
Baca juga: Sederet Baju Adat Jokowi yang Menyita Perhatian
Waktu 3 hari
Julie menceritakan, dirinya dihubungi 3 hari sebelumnya. Meski dalam waktu singkat, dia bisa mempersiapkan baju adat tersebut dengan baik.
Baju itu, kata dia, dibawa olehnya langsung dari NTT ke Jakarta. Dia juga memiliki butik di Jakarta, Levico Butik, yang membantunya mempersiapkan baju adat untuk Jokowi.
"Dan memang baju adat itu tidak usah dimodifikasi-modifikasi tenunnya sudah ada, selendangnya seperti itu," katanya.
Dia juga menceritakan, Jokowi kerap datang ke NTT dan sangat ingin mengangkat budaya NTT.
"Beliau melihat alam dan budaya NTT luar biasa. Bapak Presiden sangat ingin mengangkat budaya NTT karena ini salah satu potensi yang bisa membangkitkan dan menyejahterakan masyarakat," ujarnya.
Lalu bagaimana makna dari baju adat yang dipakai Jokowi?
Biasa dipakai raja-raja
Julie menjelaskan, kelengkapan baju adat itu antara lain setelan sarung dan selimut lengkap dengan aksesoris untuk laki-laki.
Sarung itu disebut "Ei Worapi" dengan motif bunga rose yang sudah di-prada.
"Ei worapi motifnya variatif dan bersifat umum, artinya semua orang bisa memakainya, baik laki-laki maupun perempuan di zaman sekarang," ujar Julie.
Lanjutnya, Ei artinya sarung (untuk perempuan) sedangkan selimut artinya higi huri (untuk laki-laki). Ei worapi diambil dari Bahasa Sabu.
Dia mengatakan, itu adalah salah satu jenis kain sabu yang motifnya variatif dan biasa dipakai oleh raja-raja.
Sementara itu motif bunga pada baju adat melambangkan keindahan dan alam.
"Pada zaman dulu, teknologi belum ada, maka mereka menenun berdasarkan alam lingkungan sekitar yang mereka miliki dan leluhur melambangkan begitu indahnya alam yang Tuhan berikan," katanya.
Dia menjelaskan, dengan memakai baju adat ini akan menunjukkan orang dengan kedudukan tertinggi dan menjadi pimpinan masyarakatnya. Selain itu juga menjadi pendekar terdepan di negara ini.
Mengenai ikat kepala yang dipakai melambangkan mahkota seperti yang biasa dikenakan raja-raja.
Baca juga: Hadiri Sidang Tahunan, Jokowi Pakai Baju Adat NTT
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.