Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Tulisan-tulisan Menggelitik di Bak Truk dari Kacamata Budaya...

Baca di App
Lihat Foto
udin fotography/Shutterstock.com
Contoh tulisan unik di bak truk.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Siapa yang tersenyum atau mungkin tertawa lebar saat melihat berbagai tulisan yang ada pada bak truk pengangkut barang?

Tulisan yang ada pada bak truk kerap menarik perhatian. Tak sedikit yang mengabadikan dan membaginya di media sosial. 

Bak truk seringkali dihiasi dengan tulisan-tulisan atau gambar-gambar yang unik, menarik, dan terkadang menggelitik.

Misalnya saja pada foto bak truk yang diunggah di Twitter oleh akun @Ubaidullah_Sdq.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada foto tersebut, ada tulisan sebagai berikut:

Kalah Rupo Menang Duppo
Kalah Pangkat Menang Tirakat
Kalah Duit Menang Wirid
Kalah Kabeh Ngaji Meneh

Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, tulisan tersebut kurang lebih memiliki arti sebagai berikut:

Kalah Rupa tapi Menang Dupa
Kalah Pangkat tapi Menang Tirakat (Usaha)
Kalah Duit tapi Menang Wirid
Kalah Semua ya Ngaji Lagi

Sementara, jika dimaknai sebagai satu-kesatuan maka kalimat-kalimat dalam tulisan tersebut memiliki makna bahwa seseorang boleh kalah dalam hal-hal duniawi, seperti ketampanan/kecantikan, status pekerjaan, dan kekayaan.

Namun, seseorang tidak boleh kalah dalam hal-hal spiritual, dilambangkan dengan dupa, tirakat yang berarti usaha dengan sungguh-sungguh, serta wirid atau zikir.

Jika dalam hal spiritual masih kalah juga, maka itu artinya seseorang masih harus mengaji atau kembali memperdalam ilmunya. 

Dari kalimat-kalimat yang terlihat sederhana, dan berada di tempat yang sederhana pula, ternyata terdapat makna yang sangat dalam.

Baca juga: Kisah Bisnis Rumahan Es Krim Rasa Unik, Eksperimen sampai Jualan Online

Bagaimana melihat fenomena tulisan pada bak truk dari kacamata budaya?

Ruang berekspresi

Dosen Prodi Indonesia di Fakultas Ilmu Pengetahun Budaya Universitas Indonesia Sunu Wasono, mengatakan, bak pengangkut barang pada truk ibarat sebuah kanvas yang bisa dilukis atau ditulisi apa saja, yang kemudian membuatnya menjadi ruang berekspresi.

"Kalau bagi sopir truk mungkin itu cara yang paling efektif, karena (truk) dibawa ke mana-mana kan. Dengan begitu apa yang ia tulis itu bisa dibaca orang lain," kata Sunu saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/8/2020).

Ia mengatakan, sopir truk dan kernetnya memiliki lingkup pergaulan sendiri dan bahasa pergaulan sendiri.

Kata-kata atau gambar yang ada pada bak truk, menurut dia, sesuatu yang sifatnya relevan dengan keseharian mereka.

"Misalnya seperti yang di Twitter itu, itu kan semacam ungkapan perasaan atau pikiran bahwa kita tidak boleh merasa rendah diri, 'Oke saya enggak punya duit, tapi wirid kuat' misalnya begitu," kata Sunu.

Menurut Sunu, keberadaan tulisan-tulisan di bak truk bisa dipandang secara positif.

Sunu mengatakan, ungkapan-ungkapan yang ada di bak truk itu juga bisa disamakan dengan kata-kata mutiara atau pepatah.

"Barangkali bermanfaat juga untuk orang lain. Menjadi refleksi atas sesuatu," kata Sunu.

Meski, tentu saja, tidak semua tulisan di bak truk memiliki makna yang bisa dijadikan refleksi.

Sunu mengatakan,  ada juga tulisan yang sifatnya bercanda.

Tulisan maupun gambar yang ada di bak truk bisa juga dimaknai secara semiotika. Semiotika adalah ilmu tentang tanda.

"Setiap gambar, setiap kata yang tertorehkan, kalau itu bermakna ya kita anggap itu berbicara semiotik. Jadi, sesuatu yang termaknai itulah tanda. Tanda itu mengacu pada sesuatu yang lain, jadi membawa pesan atau makna tersendiri bagi siapapun yang membaca atau melihatnya," kata Sunu.

Ia menambahkan, pesan yang disampaikan melalui bak truk mencerminkan sikap dan pandangan tertentu, yang dinilainya sangat berarti di lingkup pergaulan sopir truk.

Hal ini ditemukan juga, misalnya pada stiker-stiker unik di angkutan umum (angkot).

Bisakah disebut karya seni?

Sunu mengatakan, setiap kelompok atau komunitas di masyarakat memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan sesuatu.

"Mungkin orang-orang seperti ini (sopir truk) tidak mungkin menulis dalam bentuk opini di koran, atau di Facebook, barangkali terlalu mewah buat mereka. Mereka lebih memilih cara-cara seperti itu. Singkat tapi kena," kata Sunu.

Jika orang lain memilih mengungkapkan apa yang mereka rasakan melalui media lain, seperti Facebook, Twitter, atau bahkan melalui kolom opini di koran, maka sopir truk memilih menuangkan apa yang ia rasakan pada bak truknya.

"Selain menyampaikan uneg-uneg, barangkali dia juga merasa berbagi kepada kelompoknya atau bahkan kepada publik, dan membuat orang lain tersenyum saat membacanya," kata Sunu. 

Menurut Sunu, tulisan di bak truk sejenis dengan graffiti yang biasa dijumpai di dinding-dinding kota. Namun, ia mengaku belum mengetahui apakah sudah ada istilah untuk menyebut tulisan atau lukisan pada bak truk.

Oleh karena itu, menurut Sunu, untuk saat ini, yang paling tepat adalah menyebut bahwa bak truk merupakan ruang berekspresi.

Baca juga: 7 Toko Buku Unik, Mulai dari Kapal, di Tengah Sawah hingga Bekas Bank

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi