Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diklaim Beri Kekebalan Covid-19 hingga 2 Tahun, Vaksin Rusia Tuai Kontroversi

Baca di App
Lihat Foto
THE RUSSIAN DIRECT INVESTMENT FUND/Handout via REUTERS
Seorang peneliti bekerja di dalam laboratorium di Institut Penelitian Gamaleya selama proses pengetesan dan produksi vaksin virus corona di Moskwa, Rusia, pada 6 Agustus 2020. Rusia mengklaim menjadi negara pertama yang menciptakan vaksin virus corona, dan diberi nama Sputnik V.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Pengembang vaksin virus corona Rusia mengklaim, vaksin yang diciptakannya akan mampu memberikan kekebalan tubuh seseorang terhadap virus penyebab Covid-19  setidaknya hingga dua tahun.

Hal tersebut disampaikan oleh Alexander Gintsburg, Direktur Pusat Penelitian Nasional Gamaleya untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi Kementerian Kesehatan Rusia.

"Masa efektif vaksin, sifat protektifnya tidak akan bertahan dalam jangka pendek, setengah tahun sampai satu tahun. Tapi paling sedikit dua tahun," kata Alexander, dikutip dari Newsweek, Jumat (14/8/2020).

Alexander menyampaikan hal ini setelah Pakar Penyakit Menular AS, Anthony Fauci, meragukan vaksin buatan Rusia akan siap digunakan secara luas.

Pernyataan itu dilontarkan Fauci setelah pada Selasa (11/8/2020), Presiden Vladimir Putin mengumumkan Rusia telah menjadi negara pertama yang menyetujui penggunaan vaksin untuk melawan virus corona.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klaim waktu kemampuan vaksin yang mampu melindungi selama dua tahun muncul saat para ahli masih memperdebatkan mengenai waktu kekebalan berapa lama virus corona bisa bertahan berapa lama.n.

Virus baru muncul sekitar akhir tahun 2019, sehingga hingga hari ini belum diketahui dengan pasti sampai kapan sebenarnya respons imun yang terbentuk akan bertahan.

Baca juga: Vaksin Virus Corona dari Rusia Sputnik V, Bagaimana Cara Kerjanya?

Vaksin Sputnik V

Vaksin virus corona dari Rusia yang diberi nama Sputnik V ini menarik perhatian publik.

Nama Sputnik V merujuk pada nama satelit Soviet pertama yang diluncurkan ke orbit.

Di tengah pandemi virus corona, berbagai negara tengah mengupayakan untuk pengembangan vaksin mengatasi virus corona.

Sebagai negara yang tengah mengembangkan vaksin, AS juga telah menggelontorkan miliaran dollar AS untuk upaya percepatan pengobatan dan pengembangan vaksin agar dapat tersedia pada akhir tahun atau awal 2021.

Hal ini seolah mengingatkan kembali pada publik ketika terjadi kompetisi ruang angkasa yang terjadi pada masa perang dingin dahulu.

Diragukan

Meski demikian, terkait kemananan dan keefektifannya, vaksin Sputnik V banyak diragukan para ahli.

Kepada National Geographic, Kamis (13/8/2020), Anthoni Fauci mengatakan, ia berharap Rusia membuktikan vaksin yang mereka kembangkan aman dan efektif.

Akan tetapi, ia ragu Rusia telah melakukan hal itu.

"Kami memiliki setengah lusin atau lebih vaksin. Jadi jika kami ingin mengambil risiko menyakiti banyak orang atau memberi mereka sesuatu yang tidak berhasil, kami dapat mulai melakukan ini. Anda tahu, minggu depan jika kami mau. Tapi bukan itu cara kerjanya," ujar Fauci.

Sementara itu, Francois Balloux, seorang Profesor Biologi Sistem Komputasi di Universitas College London, mengatakan, keputusan Rusia adalah hal yang sembrono.

"Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak benar adalah tidak etis. Masalah apa pun dengan kampanye vaksinasi Rusia akan menjadi bencana baik melalui efek negatifnya pada kesehatan, tetapi juga akan semakin menghambat penerimaan vaksin di masyarakat," ujar Balloux.

Baca juga: Menkes AS Curiga soal Klaim Rusia tentang Vaksin Sputnik V

Adapun Jonathan Ball, seorang Profesor Virologi Molekuler di Universitas Nottingham Inggris, mengatakan, satu-satunya cara yang masuk akal untuk mengetahui apakah vaksin aman dan efektif adalah melalui uji coba fase ketiga yang dirancang dengan sangat baik.

"Meskipun detail tentang vaksin Rusia masih sedikit, tampaknya telah melalui fase uji coba awal, jadi profil keamanannya harus cukup diketahui. Tetapi, apakah itu akan berhasil belum ditetapkan. Dan oleh karena itu tidak mengejutkan saya karena sangat bijaksana untuk melakukan ini secara rutin," kata dia.

Vaksin virus corona dari Rusia sendiri telah melewati tahap pengujian pada manusia dalam jangka waktu kurang dari dua bulan.

Uji coba fase 3 baru dimulai pada minggu lalu.

Data perkembangan vaksin yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang diperbarui Kamis (13/8/2020), masih menyatakan bahwa vaksin Rusia tersebut dalam tahap uji coba fase I.

Para peneliti di Pusat Penelitian Nasional Gamaleya sampai saat ini belum menerbitkan data apa pun mengenai vaksin ini.

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko, Jumat (14/8/2020), mengatakan, studi praklinis dan klinis mengenai vaksin akan tersedia pada pekan depan.

Baca juga: Direktur CDC: AS Akan Hadapi Bencana Kesehatan Terburuk dalam Sejarah, jika...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Syarat Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi