Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok

Baca di App
Lihat Foto
Kompas/JB Suratno
Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam). Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Hari ini, 75 tahun lalu atau tepatnya 16 Agustus 1945 dini hari, Soekarn dan Muhammad Hatta diculik ke Rengasdengklok oleh golongan muda.

Mereka terdiri dari Soekarni, Wikana, Aidit, Chaerul Saleh, dan lainnnya. Sudanco Singgih menjadi pimpinan dalam penculikan tersebut.

Melansir Harian Kompas, 16 Agustus 1999, Rengasdengklok ini dipilih karena dinilai lebih aman dibanding Jakarta, yang kemungkinan mudah bergolak usai Jepang takluk pada Sekutu.

Mereka membawa Soekarno dan Hatta agar tidak mendapat pengaruh dari Jepang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latar belakang penculikan

Pada 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir mendengar berita kekalahan Jepang dari Sekutu melalui pemberitaan sebuah radio dari luar negeri.

Saat itu, Syahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah yang tak mau bekerja sama dengan Jepang.

Setelah mendengar kabar kekalahan Jepang, ia pun menghubungi rekan seperjuangannya untuk meneruskan berita ini kepada golongan muda yang pro kemerdekaan agar segera bertindak.

Golongan muda kemudian melakukan rapat di ruang laboratorium mikrologi di Pegangsaan Timur, Jakarta, pada 15 Agustus 1945.

Tujuan pertemuan ini adalah untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi tanpa menunggu Jepang.

Baca juga: Profil Ibu Fatmawati Soekarno dan Kisahnya Menjahit Sang Merah Putih...

Mereka beranggapan Jepang hanya menjaga situasi dan kondisi Indonesia, karena mereka telah menyerah pada Sekutu.

Keputusan dari pertemuan tersebut adalah mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan paling lambat 16 Agustus 1945.

Setelah itu, golongan muda yang diwakili Darwis dan Wikana menghadap Soekarno dan Hatta untuk menyampaikan keputusan pertemuan.

Namun, Soekarno dan Hatta menolak. Mereka mengatakan bahwa proklamasi kemerdekaan tidak bisa dilakukan secara gegabah dan harus menunggu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang telah dibentuk.

Tidak adanya titik temu membuat golongan muda kembali melakukan rapat di Asrama Baperpi (Kebun Binatang Cikini) hari itu juga. 

Hasilnya, mereka sepakat untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta agar tak mendapat pengaruh Jepang.

Kronologi

Pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, golongan muda membawa Soekarno dan Hatta keluar kota. 

Rengasdengklok pun dipilih sebagai tujuan utama golongan muda karena letaknya yang strategis di dekat tangsi Pembela Tanah Air (Peta).

Pukul 06.30 WIB, Bung Karno dan Bung Hatta tiba di kecamatan itu. Keduanya pun disambut meriah oleh rakyat Rengasdengklok.

"Jam 11.00 bendera Jepang Hinomaru diturunkan oleh rakyat Rengasdengklok kemudian bendera Merah Putih dinaikkan," kenang sesepuh Peta, Pamoe Rahardjo.

Usai penaikan bendera itu, pemuda bersama rakyat langsung melucuti tentara Jepang.

Keberanian para pemuda dan rakyat ini menjadikan Rengasdengklok sebagai daerah pertama negara Republik Indonesia.

Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta singgah di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong, seorang petani keturunan Tionghoa.

Rumah Djiaw dipilih karena tertutup rimbunan pohon dan tak mencolok.

Hingga sore hari, Soekarno dan Hatta masih berada di sana. Golongan muda kembali mendesak proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk segera dilakukan.

Setelah perundingan usai, Soekarno dan Hatta pun kembali ke Jakarta malam harinya untuk kemudian memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Baca juga: 4 Hal yang Akan Berbeda pada HUT Ke-75 RI di Tengah Pandemi Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi