Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Revolusi Peradaban Gegara Corona

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona (Covid-19) global
Editor: Heru Margianto

TERCATAT dalam lembaran sejarah bahwa Amerika Serikat telah mengalami berbagai malapetaka alam mau pun buatan manusia mulai dari Perang Kemerdekaan, Perang Saudara, Perang Spanyol-USA, Pembantaian Penduduk Pribumi, Perang Dunia I, Wabah Influenza, The Great Depression, Gempa San Fransisco, Malapetaka Titanic, Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Teluk, Prahara 911 dan termutakhir Pagebluk Corona yang masing-masing merevolusi peradaban Amerika Serikat.

Bahkan seorang presiden keras-kepala seperti Donald Trump yang semula tidak sudi pakai masker akhirnya menyerah untuk pakai masker.

Bukti bahwa setiap insan manusia memang apa boleh buat, mau tak mau, tidak bis tidak, hukumnya wajib harus mengubah perilaku masing-masing dalam menghadapi revolusi peradaban gegara pagebluk Corona.

Transformasi

Perang Dunia II telah mengubah sosok peradaban dunia termasuk Indonesia yang memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebetulan perayaan 75 tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia bertepatan pada masa pagebluk Corona masih merajalelakan angkara murka, membinasakan ribuan warga Indonesia.

Prahara wabah Corona disusul prahara ekonomi dalam bentuk apa yang disebut sebagai resesi meminuskan pertumbuhan ekonomi jelas akan mempengaruhi peradaban dunia termasuk Indonesia.

Resesi ekonomi skala dahsyat harus dihadapi secara serius oleh segenap warga bangsa Indonesia tanpa kecuali yang wajib menyesuaikan diri masing-masing dengan perubahan peradaban gegara prahara ekonomi gegara pagebluk Corona.

Namun yang wajib mengubah perilaku sebenarnya bukan hanya rakyat tetapi juga pemerintah!

Pemerintah juga harus mengubah pembangunan infra struktur gaya hantam-kromo agar lebih adil dan beradab diselaraskan agenda pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati mayoritas anggota PBB termasuk Indonesia sebagai pedoman pembangunan planet bumi abad XXI tanpa mengorbankan alam dan rakyat.

Pembangunan infra struktur yang sebenarnya bertujuan menyejahterakan rakyat jangan sampai malah menyengsarakan rakyat.

Kenyataan bahwa sementara ini masih Keadilan Sosial untuk Sebagian Kecil Rakyat Indonesia harus dikembalikan ke fitrah sila terakhir Pancasila yaitu Keadilan Sosial untuk Seluruh Rakyat Indonesia.

Memperkecil jurang kesenjangan sosial wajib diperjuangkan sebagai sasaran utama pembangunan bangsa dan negara Indonesia pasca-malapetaka Corona.

Berpihak ke rakyat kecil

Saya termasuk warga yang beruntung telah dapat ikut menikmati nikmatnya 75 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun sayang pada kenyataan setelah 75 tahun merdeka, masih ada bahkan cukup banyak warga Indonesia belum beruntung bisa ikut menikmati nikmatnya kemerdekaan Indonesia.

Maka pemerintah perlu mengubah kebijakan dan perilaku untuk lebih berpihak kepada rakyat Indonesia yang belum beruntung agar bisa ikut menikmati nikmatnya kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia yang telah diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Demi mampu bangkit kembali dari keterpurukan gegara Corona, bangsa Indonesia wajib menghentikan angkara murka kebencian terhadap sesama warga bangsa sendiri demi berhenti memecah-belah diri sendiri!

Kini telah tiba saat bangsa Indonesia bersatu padu menggalang semangat gotong-royong demi membangun bangsa dan negara.

Berdasar fakta empirik yang terjadi pada pasca-prahara moneter global dan prahara Mei 1998, dapat diharapkan bahwa bangsa Indonesia dengan semangat maju-tak-gentar mampu berjaya bangkit kembali dari reruntuhan gempa sosio-ekonomi gegara pagebluk Corona. Dirgahayu Indonesia. Merdeka!

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi