KOMPAS.com - Indonesia mengumumkan 1.673 kasus baru Covid-19 pada Selasa, (18/8/2020). Kini total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia mencapai 143.043 kasus.
DKI Jakarta, menjadi sorotan karena total kasusnya pada hari ini mencapai 30.597 termasuk penambahan 505 kasus baru.
Dengan total jumlah kasus infeksi tersebut, Jakarta bahkan bisa berada di posisi 4 dari total kasus negara di ASEAN dalam hal jumlah kasus Covid-19.
Hal tersebut disampaikan oleh analis data, sekaligus inisiator Pandemic Talks Firdza Radiany dalam cuitannya di Twitter.
Berdasarkan data dari Pemprov DKI Jakarta, Firdza mengatakan total kasus Covid-19 di Jakarta adalah dua kali lipat dari total kasus gabungan di Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Brunei dan Laos.
Hal lain yang dia soroti adalah perbandingan populasi Jakarta, 10,5 juta jiwa, atau hanya 3,6 persen bila dibandingkan dengan populasi negara-negara tersebut.
Apakah kondisi ini mengkhawatirkan?
Baca juga: Update 18 Agustus: Pasien Covid-19 Jakarta Capai 30.597, Positivity Rate 9,2 Persen
Tidak mengejutkan
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman, mengatakan, tingginya jumlah total kasus di Jakarta bukanlah hal yang mengejutkan.
Hal ini karena, Jakarta sejauh ini adalah satu-satunya provinsi yang target testingnya dinilai sesuai standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Sedangkan provinsi lainnya masih sangat jauh dari target yang ditetapkan WHO. Jadi ini sebetulnya ada hal yang positif, dalam artian Jakarta sudah mengetahui permasalahan yang sebenarnya terjadi di wilayahnya," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (18/8/2020).
Dia mengatakan, kondisi mengkhawatirkan justru harus dihadapi oleh provinsi-provinsi lain, yang tergolong rendah dalam melakukan tes dan tracing.
Karena, dengan demikian mereka masih belum mengetahui permasalahan yang sebenarnya terjadi di wilayahnya.
"Ini yang sangat berbahaya. Karena suatu ketika akan terjadi lonjakan orang sakit dan kematian yang tidak terkendali," kata Dicky.
Sementara Jakarta menurut Dicky sudah mengetahui masalah sebenarnya. Sehingga dengan bermodal data yang mereka miliki, yang terus terupdate secara rutin dan juga valid, seharusnya akan menjadi modal dasar yang penting dan bermanfaat untuk melakukan intervensi.
"Terutama menyesuaikan dengan kapasitas kesehatannya," ujar dia.
Baca juga: Temui Anies, KSAD dan Wakapolri Evaluasi Penanganan Covid-19 di Jakarta
Dicky mengatakan bahwa tingginya kasus konfirmasi positif di Jakarta berarti menandakan kesiapan mereka lebih baik dibanding wilayah lain, karena bermodalkan data, juga cakupan tes dan tracing yang memadai.
Tingkat kematian masih tinggi
Namun di sisi lain, Dicky menyebut tingkat kematian akibat Covid-19 di Jakarta sebesar 3,4 persen menandakan bahwa penanganan yang dilakukan masih kalah cepat dibanding kecepatan penyebaran virus.
"Artinya mereka harus terus melakukan penguatan di program testing, tracing, dan isolate, serta perubahan perilaku," kata Dicky.
Dia mengatakan, hal tersebut akan terus dihadapi oleh setiap wilayah dan negara selama pandemi Covid-19 masih berjalan.
"Saya justru khawatir dengan daerah berpenduduk besar, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, ataupun Jawa Timur, yang cakupan tesnya rendah. Dengan tingkat kematian nasional yang tinggi, artinya ini menggambarkan bahwa masih banyak kasus-kasus positif di daerah tersebut yang belum terdeteksi," kata Dicky.
Menurut dia, hal ini sangat berpotensi menyebabkan penularan pada kelompok-kelompok rawan yang ada di masyarakat. Sehingga, akan timbul kondisi sakit parah yang membutuhkan penanganan intensif.
"Perawatan rumah sakit, ICU dan ventilator, serta kematian yang semakin tinggi. Ini yang harus sangat diwaspadai," kata Dicky.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jabar, Jateng, Banten, Sumsel, Babel, dan Lampung 18 Agustus 2020
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.