KOMPAS.com - Hilangnya bau yang dialami penderita infeksi virus corona berbeda dengan demam atau flu parah.
Hal tersebut diungkapkan oleh sejumlah peneliti dari Eripa, seperti dilansir dari BBC, 20 Agustus 2020.
Pasien Covid-19 akan mengalami kehilangan bau yang cenderung tiba-tiba dan parah.
Hidung mereka biasanya tidak tersumbat atau meler. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus corona masih dapat bernapas lega.
Perbedaan lainnya, penderita akan mengalami hilang rasa yang sebenarnya.
Melansir jurnal Rhinology, hal ini tidak disebabkan karena indera penciuman tidak berfungsi.
Penderita virus corona dengan hilangnya rasa, benar-benar tidak dapat membedakan antara rasa pahit atau manis.
Para ahli menduga, virus corona memengaruhi sel-sel saraf yang terlibat langsung dengan sensasi penciuman dan rasa.
Gejala utama infeksi virus corona meliputi suhu tubuh tinggi, batuk terus menerus, hingga kehilangan bau atau rasa.
Siapa pun dengan gejala ini harus mengisolasi diri dan melakukan tes usap untuk memeriksa apakah mereka terkena virus atau tidak.
Anggota keluarga mereka juga harus mengisolasi untuk mencegah kemungkinan penyebaran virus.
Baca juga: Update Virus Corona Dunia 20 Agustus: 22,5 Juta Orang Terinfeksi | 15 Juta Orang Sembuh
Studi yang dilakukan
Peneliti utama dari University of East Anglia, Prof Carl Philpott, melakukan tes penciuman dan rasa terhadap 30 orang.
Dari 30 orang itu, 10 orang di antaranya menderita Covid-19, 10 orang mengalami pilek parah, dan 10 orang sehat tanpa gejala pilek atau flu.
Hasil menunjukkan, kehilangan bau jauh lebih besar dialami pasien dengan Covid-19.
Pasien tersebut kurang bisa mengenali bau, bahkan sama sekali tidak bisa membedakan rasa pahit atau manis.
Prof Philpott, yang bekerja dengan badan amal Fifth Sense, yang didirikan untuk membantu orang-orang dengan gangguan penciuman dan rasa, menjelaskan, ada pembeda antara virus corona dengan virus pernapasan lain.
"Ini sangat menarik karena itu berarti tes bau dan rasa dapat digunakan untuk membedakan antara pasien Covid-19 dan orang dengan pilek atau flu biasa," kata Philpott.
Baca juga: WHO Khawatir Penyebaran Virus Corona oleh Orang Usia 20 hingga 40 Tahun
Melakukan tes mandiri
Ia menekankan, tes usap tenggorokan dan hidung masih penting jika seseorang mengira kemungkinan terkena virus corona.
Philpott mengatakan, indera penciuman dan rasa kembali dalam beberapa minggu pada kebanyakan orang yang pulih dari infeksi virus corona.
Prof Andrew Lane, pakar masalah hidung dan sinus di Universitas Johns Hopkins di AS, telah mempelajari sampel jaringan dari bagian belakang hidung untuk memahami bagaimana virus corona dapat menyebabkan hilangnya penciuman.
Studi ini telah diterbitkan di European Respiratory Journal.
Penelitian tersebut mengidentifikasi tingkat enzim yang sangat tinggi yang hanya ada di area hidung, di mana ini bertanggung jawab pada penciuman.
Enzim ini, yang disebut ACE-2 (angiotensin converting enzyme II), dianggap sebagai titik masuk yang memungkinkan virus corona masuk ke dalam sel tubuh dan membuat infeksi.
Hidung menjadi salah satu tempat masuknya virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh.
"Kami sekarang melakukan lebih banyak eksperimen di laboratorium untuk melihat apakah virus memang menggunakan sel-sel ini untuk mengakses dan menginfeksi tubuh," kata Prof Lane.
"Jika ini masalahnya, kami mungkin dapat mengatasi infeksi dengan terapi antivirus yang diberikan langsung melalui hidung," lanjut dia.
Baca juga: Peneliti: Virus Corona Diduga Berasal dari Penambang China pada 2012