Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

28 Triliun Ton Es di Bumi Menguap Kurang dari 30 Tahun, Apa Dampaknya?

Baca di App
Lihat Foto
Deutche Welle
Dalam Konferensi Arktis Internasional 2013 puluhan politisi dan dan pakar membahas masalah likungan di kawasan Kutub Utara. Pertemuan itu berlangsung di kota Salechard, Siberia.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com – Sebanyak 28 triliun ton lapisan es di bumi hilang atau menguap sejak tahun 1994 atau sekitar hampir 30 tahun terakhir.

Hal tersebut disampaikan oleh ilmuwan Inggris yang menganalisis survei satelit dari kutub, gunung dan glester di bumi. 

Penelitian itu dilakukan untuk mengukur berapa banyak lapisan es yang hilang akibat pemanasan global karena meningkatnya emisi gas rumah kaca.

Ilmuwan yang berbasis di Universitas Leeds dan Edinburgh serta Universitas College London tersebut menggambarkan, tingkat kehilangan es merupakan sesuatu yang mengejutkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka juga memperingatkan bahwa analisis mereka menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut yang dipicu oleh mencairnya glester dan lapisan es pada abad ini bisa mencapai sekitar satu meter.

"Setiap sentimeter kenaikan permukaan laut berarti sekitar satu juta orang akan mengungsi dari tanah air mereka yang lebih rendah," kata Profesor Andy Shepherd, direktur Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub Universitas Leeds dikutip dari The Guardian, Minggu (23/8/2020). 

Baca juga: Suhu Terpanas Bumi dalam 100 Tahun Terakhir: 54,4 Derajat Celcius

Mempengaruhi radiasi matahari

Para ilmuwan juga memperingatan, mencairnya es dalam jumlah tersebut dapat secara serius mengurangi kemampuan planet untuk memantulkan radiasi matahari kembali ke luar angkasa.

Es putih menghilang, maka laut akan gelap. Tanah yang terbuka di bawahnya menyerap lebih banyak panas sehingga peningkatan pemanasan planet bumi akan terjadi.

Selain itu, air dingin segar yang mengalir dari glester dan lapisan es yang mencair dapat menyebaban gangguan besar pada kesehatan biologis perairan Arktik dan Antartika.

Adapun hilangnya glester di pegunungan bisa mengancam dan menghapus sumber air tawar yang menjadi ketergantungan masyarakat sekitar.

“Di masa lalu, para peneliti telah mempelajari area Antartika atau Greenland tempat es mencair. Tapi ini adalah pertama kalinya seseorang melihat semua es menghilang dari seluruh planet,” ujar Shepherd.

Hilangnya es yang diungkapkan oleh kelompok peneliti tersebut, cocok dengan prediksi skenario kasus terburuk yang pernah dituliskan Panel Antarpemerintah Inggris mengenai Perubahan Iklim (IPCC). 

Baca juga: Lapisan Es di Greenland Mencair, Ilmuwan Ungkap Tak Akan Pulih

Survei satelit

Kelompok tersebut mempelajari mengenai survei satelit glester yang ada di Amerika Selatan, Asia, Kanada dan berbagai wilayah lain.

Selain itu mereka juga mempelajari es laut yang ada di Kutub Utara dan Antartika, lapisan es yang menutupi tanah di Antartika dan Greenland.

Serta lapisan es yang keluar dari daratan Antartika ke laut.

Studi itu sendiri mempelajari keseluruhan hal tersebut sejak tahun 1994 hingga 2017.

Para peneliti menyimpulkan bahwa semua wilayah tersebut saat ini telah mengalami penurunan lapisan es yang menghancurkan dalam tiga dekade terakhir dan kehilangan ini terus berlanjut.

“28 triliun ton es akan menutupi seluruh permukaan Inggris dengan lapisan air beku setebal 100 meter,” ujar Tom Slater dari anggota kelompok Universitas Leeds.

Akibat pemanasan iklim

Dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Diskusi Cryosphere para peneliti meyakini sebagian besar hilangnya es di bumi adalah konsekuensi langsung dari pemanasan iklim.

“Rata-rata, suhu permukaan bumi telah meningkat 0,85 derajat celcius sejak 1880, dan sinyal ini telah diperkuat di daerah kutub,” kata para peneliti.

Akibatnya suhu laut dan atmosfer meningkat yang kemudian memperbesar potensi hilangnya es sebagaimana diungkapkan oleh para ahli.

Baca juga: Efek Pemanasan Global, Beruang Kutub Terancam Punah pada 2100

Sementara terkait kasus lapisan es yang mencair di Antartika, peningkatan suhu laut menjadi pendorong utama bagi peningkatan suhu atmosfer yang menyebaban hilangnya es dari glester pedalaman seperti yang ada di Himalaya

Sementara di Greenland, hilangnya es dipicu oleh kombinasi peningkatan suhu laut dan atmosfer.

Meski demikian pihaknya menekankan bahwa tidak semua es yang hilang selama periode tersebut berkontribusi pada kenaikan permukaan laut.

“Sebanyak 54 persen es yang hilang berasal dari es laut,” kata peneliti Universitas Leeds, Isobel Lawrence.

“Ini mengapung di atas air dan pencairannya tidak akan menyebabkan kenaikan permukaan laut," tambahnya.

Akan tetapi, 46 persen air leleh lainnya berasal dari gletser dan lapisan es di tanah, dan ini yang akan menambah kenaikan permukaan laut.

Penyebab pemanasan global

Hasil kelompok tersebut diterbitkan 30 tahun setelah penilain pertama IPCC diterbitkan pada akhir Agustus 1990.

Hal ini menguraikan, secara gamblang bahwa pemanasan global nyata dan dipicu oleh peningkatan emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil.

Meskipun ada peringatan dari para ilmuwan, emisi ini terus meningkat karena suhu global terus melonjak.

Setidaknya pada minggu lalu dilaporkan, ada peningkatan 0,14 derajat celcius suhu global antara dekade 1980-89 dan dekade 1990-1999, kemudian peningkatan 0,2 derajat celcius antara masing-masing dekade berikutnya.

Laju kenaikan ini diperkirakan akan meningkat, kemungkinan menjadi sekitar 0,3 derajat celcius  per dekade, karena emisi karbon terus meningkat.

Baca juga: Jadwal SKB CPNS Kementerian LHK Diumumkan, Apa Saja Tesnya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi