PEKAN ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki agenda yang padat. Selain pekerjaan rumah soal Harun Masiku yang masih buron, ada agenda sidang etik pimpinan KPK di minggu ini.
Seperti diketahui, Ketua KPK Firli Bahuri beberapa waktu lalu dilaporkan ke Dewan Etik KPK karena menggunakan helikopter yang disebut mewah untuk keperluan pribadi yaitu ziarah ke makam orang tuanya di Baturaja, Sumatera Selatan. Baca juga: Ini Penjelasan Pimpinan KPK soal Firli Naik Helikopter Swasta
Soal Harun Masiku, jejaknya gelap setelah sosoknya terekam kamera pada 7 Januari 2020 di Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta, Banten. Jika Harun tertangkap, diyakini kotak Pandora yang berisi nama-nama pejabat yang terlibat dalam kasus Harun akan terbuka.
Ada kabar spekulatif yang beredar menyebutkan Harun Masiku telah ditembak mati. Kabar ini pertama kali disampaikan anggota Komisi III DPR (Fraksi Partai Demokrat) Benny Kabur Harman.
Benny mengungkap kabar itu dalam rapat kerja Komisi III dengan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly di gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (24/2/2020).
"Akibat situasi ini ada tiga spekulasi di tengah publik . Apakah Harun Masiku sudah ditembak mati. Sangat mungkin!" kata Benny dalam rapat kerja Komisi III dengan Yasonna Laoly di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/2/2020).
Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Bonyamin Saiman, dalam program AIMAN di Kompas TV yang tayang pada Senin (11/5/2020), berpendapat, apa yang disampaikan Benny bisa saja terjadi.
Menurutnya, langkah paling mudah untuk menyembunyikan kasus di balik pencarian Harun Masiku adalah membunuhnya.
"Secara matinya kan macam-macam, paling gampang ya ditembak mati," ujar Boyamin.
Tapi, sekali lagi, ini hanya spekulasi. Benar atau tidak tentu ada di hasil penyelidikan penegak hukum yang menangani, dalam hal ini KPK.
Apa kabar Harun Masiku?
Sidang Etika Firli Bahuri
Tak hanya soal Harun Masiku. Pekan ini juga akan digelar tiga sidang etik. Di antaranya adalah kasus yang paling prominen, yakni dengan terlapor Ketua KPK Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Firli Bahuri.
Saya menanyakan semua ini saat saya mendapat kesempatan wawancara dengan salah satu Pimpinan KPK Nawawi Pomolango.
Nama Nawawi beredar dalam pemberitaan media beberapa waktu terakhir karena berseteru dengan Mumtaz Rais, putra politisi senior PAN Amien Rais. Nawawi menegur Mumtaz yang menggunakan telepon seluler di pesawat saat pesawat tengah mengisi bahan bakar. Baca juga: Mumtaz Rais dan Kegaduhan di Kabin Garuda
Kembali ke topik KPK, bagaimana sesungguhnya KPK memandang dua kasus di atas: belum berhasil menangkap Harun dan sidang etik Firli?
Nawawi menyampaikan, tim KPK masih terus bekerja untuk mencari keberadaan Harun Masiku dan menangkapnya. Bahwa ada kendala, itu hal yang wajar.
"Apakah ada penolakan di dalam tubuh KPK untuk segera menangkap Harun Masiku?" saya bertanya.
Nawawi tidak menjawab lugas. Ia hanya menjelaskan bagaimana proses yang harus dilakukan di internal KPK terkait penangkapan terhadap buron.
Jawaban lengkap Nawawi akan ditayangkan di Program AIMAN yang tayang setiap hari Senin, pukul 20.00 di KompasTV.
Lalu soal sidang etik Firli, Nawawi tanpa diduga mengungkapkan bahwa sidang etik pertama kali dalam sejarah yang dilakukan oleh Dewan Pengawas (Dewas) KPK harus menunjukkan obyektivitas.
"Ini momen untuk menunjukkan bahwa Dewas bekerja secara Obyektif," kata Nawawi.
Tak berhenti di sini, Nawawi juga dengan lugas menyatakan, kasus yang melibatkan dugaan para penegak hukum selayaknya ditangani oleh KPK.
Saya mengejar lebih jauh maksud pernyataan ini: Apakah yang dimaksud Nawawi adalah kasus Djoko Tjandra di Mabes Polri yang telah menetapkan dua perwira tinggi polisi jadi tersangka dan kasus Pinangki di Kejaksaan Agung, semuanya harus ditangani KPK?
Singkat dan jelas jawaban Nawawi, "Seharusnya dua kasus ini, KPK yang menangani!"
Atas jawaban yang revolusioner ini, saya kembali mengejar.
"Biasanya Pimpinan KPK yang nekat seperti Anda ini ujung-ujungnya akan jadi tersangka. Anda sudah siap Pak Nawawi?"
"Saat saya masuk ke tempat ini, semua risiko harus saya siap menerimanya!" jawab Nawawi dengan air muka datar.
Mari kita lihat perkembangan kasus-kasus di atas yang banyak menyita perhatian publik.
Memang ada prinsip, katakan kebenaran sekalipun itu pahit. Keadilan harus dijalankan, Nurani publik tak boleh diusik.
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!