Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Heboh Gembok Kelenteng Kwan Sing Bio

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Hamim
Penilik Demisioner TITD Klenteng Kwan Sing Bio, Alim Sugiantoro dan sejumlah umat Tri Darma tidak bisa masuk untuk beribadah lantaran pintu maauk dikunci. Selasa (28/7/2020).
Editor: Heru Margianto


SEMENTARA sedang bersyukur segel makam masyarakat adat Sunda Wiwitan telah dibuka atas perintah Menkopolhukam Prof. Mahfud MD, mendadak terberitakan bahwa Dirjen Bimbingan Masyarakat Budha Kementerian Agama (Kemenag) RI, Caliadi gagal membuka gembok pintu masuk Kelenteng Tempat Ibadah Tri Dharma Kwan Sing Bio Kabupaten Tuban pada Kamis (13/8/2020) pukul 13.45 WIB.

Baca juga: Kronologi Penutupan Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, Berawal dari Konflik Kepengurusan

Gagal

Kedatangan Dirjen Bimas Budha didampingi pengurus kelompok Tio Eng Bo cs alias Mardjojo, namun diadang oleh kelompok Bambang Joko Santoso pengurus demisioner Kelenteng Kwan Sing Bo.

Dirjen Bimas Budha mengimbau kedua kelompok yang berseteru untuk membuka gembok pintu gerbang. “Kalau satunya tidak mau, silahkan kubu satunya yang dengan sadar membuka. Kalau urusan hukum silakan ke pengadilan,” kata Caliadi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedatangannya ke Tuban hanya ingin menegaskan, bahwa setiap tempat ibadah kewenangan berada di bawah Kemenag.

Dirjen Caliadi mengakui jika dirinya bukanlah eksekutor, tapi semua prakarsa mendamaikan untuk kepentingan umat. Dia juga memastikan terbitnya izin sudah sesuai prosedur, meski pun masih ada sengketa.

Kerukunan

Kelenteng Kwan Sing Bio merupakan kawasan kelenteng terbesar di Asia Tenggara maka berita heboh gembok Klentang Kwan Sing Bio viral sampai ke mancanegara.

Peristiwa penolakan niat baik Dirjen Bimas Budha agar umat dapat kembali menunaikan ibadah menodai citra Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi kerukunan antar umat beragama.

Masyarakat mancanegara sudah menganggap Indonesia suri teladan kerukunan antar umat beragama selaras Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Lazimnya perbedaan pendapat terjadi antara para umat yang saling beda agama satu dengan lainnya. Maka kemelut gembok Kelenteng Kwan Sing Bio makin memprihatinkan sebab melibatkan sesama umat beragama yang justru sama.

Baca juga: Pintu Kelenteng Kwan Sing Bio Ditutup, Puluhan Umat Sembahyang di Trotoar

Kasus Kelenteng Kwan Sing Bio bukan hanya merusak citra Indonesia sebagai negeri suri teladan kerukunan umat beragama namun juga merusak citra umat beragama yang ternyata tega saling bermusuhan antara dengan sesama umat agama sendiri.

Permohonan

Saya sama sekali tidak memiliki wewenang mau pun kemampuan untuk melibatkan diri ke dalam kemelut perselisihan paham antar umat agama apa pun. Namun sebagai seorang warga Indonesia yang bangga atas citra kerukunan antar umat beragama di Indonesia, terus terang saya merasa prihatin atas kemelut heboh gembok Klenteng Kwan Sing Bio.

Maka dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri memohon kepada sesama warga Indonesia yang sedang berselisih paham untuk berkenan melupakan ego kepentingan diri masing-masing.

Saya mohon kepada segenap pihak yang sedang bersengketa berkenan menjalin musyawarah-mufakat bersama mencari jalan ke luar dari kemelut persengketaan yang jelas lebih banyak mudarat ketimbang manfaat bagi bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Agama saya Nasrani namun saya berupaya menghayati ajaran Sang Budha yang sama dengan ajaran Yesus Kristus, senantiasa mengutamakan kasih-sayang jauh di atas kebencian yang merusak kedamaian di alam semesta ini.

Izinkan saya memetik makna adilihur yang terkandung di dalam Dhammapada 1:5: Kebencian tidak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak nembenci. Itu hukum abadi.

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi