Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Infeksi Ulang Covid-19, Bagaimana Peran Imun pada Paparan Kedua?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona, Covid-19
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Seorang laki-laki berusia 33 tahun di Hong Kong untuk keduakalinya dinyatakan positif Covid-19.

Ia kembali terinfeksi virus corona empat bulan setelah infeksi pertamanya.

Pria ini didiagnosa positif Covid-19 pertama kali pada 26 Maret 2020 dengan gejala ringan. Ia tidak menunjukkan antibodi yang terdeteksi saat terpapar virus pertama kali. 

Kemudian, ia kembali terkonfirmasi positif Covid-19 pada 15 Agustus 2020 setelah melakukan perjalanan ke Spanyol melalui Inggris. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut para peneliti, ia terpapar virus yang menyebar di Eropa pada bulan Juli dan Agustus.

Sebelumnya, sejumlah kasus yang diduga infeksi ulang telah dilaporkan di berbagai wilayah di dunia, tetapi belum ada satupun yang dikonfirmasi melalui pengujian lebih lanjut.

Para pasien sembuh diketahui membawa fragmen virus selama beberapa waktu, yang dapat memicu hasil uji positif.

Baca juga: Ilmuwan Hong Kong Laporkan Kasus Infeksi Ulang Virus Corona

Peran sistem imun dan re-infeksi

Pada infeksi kedua, pria di Hong Kong tersebut tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini diduga menunjukkan bahwa meskipun infeksi pertama tidak mencegah terjadinya infeksi ulang, tetapi sistem imun membantu menahan virus hingga tubuh tidak menunjukkan gejala. 

"Infeksi kedua benar-benar tidak bergejala. Respons imunnya menghalangi penyakit untuk menjadi semakin buruk," kata Ahli Imun di Yale University, Akiko Iwasaki sebagaimana dikutip dari The New York Times, Senin (24/8/2020).

Menurut Dr Iwasaki, kondisi ini adalah sebuah contoh normatif dari bagaimana sistem imun seharusnya bekeja.

Ia mengatakan, orang-orang yang tidak menunjukkan gejala masih mungkin untuk menyebarkan virus ke lainnya.

"Dalam kasus pria itu, infeksi secara alami menciptakan imunitas yang mencegah penyakit, tetapi bukan mencegah infeksi ulang," ujar dia.

Virus corona jenis lain untuk flu biasa memang diketahui dapat menyebabkan infeksi ulang dalam waktu kurang dari satu tahun.

Namun, para ahli berharap bahwa virus corona baru ini berperilaku seperti SARS dan MERS, yang terlihat menghasilkan perlindungan bagi tubuh selama beberapa tahun.

Baca juga: Ahli Sebut Pria Rentan Terinfeksi Corona karena Perilaku Teledor

Berbagai kemungkinan

Dr Iwasaki mengatakan, laki-laki yang mengalami infeksi ulang tersebut tidak memiliki antibodi setelah infeksi pertama tetapi menghasilkannya setelah paparan kedua.

"Imunitas diperkirakan terbangun dengan setiap paparan ke patogen persis melalui cara ini," kata dia.

Kebanyakan orang yang terinfeksi virus coorna menghasilkan antibodi yang terdeteksi dan diperkirakan melindunginya dari virus.

Namun, beberapa peneliti juga mengatakan bahwa ada kemungkinan pada sejumlah orang dimana paparan kedua menyebabkan kondisi yang lebih parah.

Hingga kini, masih belum jelas bagaimana infeksi ulang yang umum pada virus corona baru ini terjadi dan berapa rentang waktunya dari infeksi pertama.

"Hingga kini, masih menjadi pertanyaan. Sebab, satu orang yang terinfeksi kembali dengan gejala ringan, yang terdokumentasi secara jelas sebagai strain berbeda dari virus pertama, tidak dapat menjadi bukti yang cukup untuk menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang ada," kata Epidemiolog dari Columbia University Jeffrey Shaman.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh Risiko Anak Tertular Virus Corona, Ini Alasannya!

Peringatan

Sebagian ilmuwan pun berpendapat bahwa temuan saat ini justru menjadi peringatan tersendiri.

Mengutip The Guardian, Minggu (24/8/2020), Konsultan Genome Project di Wellcome Sanger Institute Dr Jeffrey Barrett mengatakan, penelitian tentang pria di Hong Kong tersebut mungkin melewatkan detail tertentu.

"Dengan jumlah kasus infeksi global hingga kini, melihat satu kasus infeksi ulang menjadi tidak mengejutkan. Ini mungkin jarang terjadi, mungkin saja saat infeksi kedua terjadi, meski tidak terlihat serius, orang ini dapat menularkan virus di infeksi keduanya," kata dia. 

Sementara, menurut Profesor Patogenesis Mikroba di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Brendan Wen, kasus infeksi ulang ini harus menjadi perhatian yang tidak terpisah dari penanganan pandemi secara keseluruhan.

"Diperkirakan bahwa virus tersebut akan bermutasi secara alami dari waktu ke waktu. Ini adalah contoh infeksi ulang yang sangat langka. Seharusnya, temuan ini semakin mendapat dorongan global untuk mengembangkan vaksin Covid-19," tuturnya.

Sebelumnya, para peneliti di Hong Kong juga menyebut bahwa orang-orang yang sembuh dari virus corona tetap harus diberikan vaksin saat tersedia nanti. 

Selain itu, juga tetap harus melaksanakan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan pembatasan jarak fisik.

Baca juga: Para Ahli Soroti Penggunaan Tes Cepat Virus Corona di India

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi