Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Rugi Rp 11,13 Triliun, seperti Apa Sejarah Pendirian Pertamina?

Baca di App
Lihat Foto
Dengan dukungan semua pihak, Pertamina berharap aspirasi sebagai global energy champion dapat tercapai dan mampu menempatkan BUMN ini di posisi 100 Fortune Global pada tahun mendatang. (DOK. PERTAMINA)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) disebut mengalami kerugian sebesar 767,92 juta dollar AS atau sekitar Rp 11,13 triliun (dengan kurs Rp 14.500/dollar AS) pada semester I 2020.

Menurut VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, Pertamina tengah menghadapi tiga tantangan utama dalam paruh pertama di 2020.

Tantangan tersebut antara lain, penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, dan pergerakan nilai tukar dollar AS yang berdampak pada rupiah sehingga terjadi selisih kurs yang cukup signifikan.

Baca juga: Viral Video Petugas SPBU Layani Pembelian BBM dengan Tandon Air

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fajriyah menambahkan, kendati perusahaan mengalami kerugian bersih pada semester I 2020, pihaknya mengklaim tetap memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat agar pergerakan ekonomi nasional tetap terjaga.

Bagaimana sepak terjang Pertamina selama ini?

Mengutip Kompas.com (10/12/2019), Pertamina lahir dari PT Exploitasi Tambang Minyak Sumatera (PT ETMSU).

PT ETMSU bergerak di bidang lapangan minyak yang dikelola Shell kurang lebih selama 70 tahun di wilayah Sumatera Utara dan Aceh.

Kemudian nama PT ETMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional atau Permina pada 1957.

Baca juga: Pertamina Buka Beasiswa untuk Mahasiswa Terdampak Covid-19, Simak Persyaratannya...

Kelahiran PT Permina ini untuk menandai pemilikan usaha perminyakan secara nasional yang saat itu diusulkan oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata RI, Jenderal Nasution.

Selanjutnya, Permina membeli semua saham Nederlandsche Nieuw Guines Petroleum Maatschappij (NNGPM), suatu perusahaan di Papua yang sahamnya dipegang oleh Shell, Stanvac, dan Caltex pada 1964.

Pada 1965, PT Permina membeli semua aset Shell.

Selain itu, dibentuk PT Pertamin dari bekas perusahaan yang sebagian besar modalnya dipegang Belanda, NIAM.

Seiring perkembangan zaman, perusahaan ini difokuskan untuk menangani pemasaran minyak dalam negeri, sementara Permina menangani produksi.

Baca juga: Pertamina akan Terapkan Sistem Baru Pengisian BBM, Tidak Bisa Full Tank

Sejarah Pertamina (Persero)

Pada 1968, Permina bergabung dengan Pertamin dan menjadi PT Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina).

Adapun tugas dari perusahaan ini yakni menampung segala kegiatan manajemen dan eksplorasi perminyakan yang sebelumnya dilakukan terpisah oleh Pertamin dan Permina.

Pada 1971, pemerintah mengatur peran Pertamina untuk menghasilkan dan mengolah migas dari ladang-ladang minyak serta menyediakan kebutuhan bahan bakar dan gas di Indonesia.

Selanjutnya, pada 2003, melalui PP No.31 tahun 2003, perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi berubah nama menjadi Pertamina (Persero).

Baca juga: Viral Petugas SPBU di Bali Disebut Lakukan Kecurangan, Ini Penjelasan Pertamina

Logo perusahaan

Pertamina kemudian mengalami perkembangan dengan perubahan logo perusahaan yang awalnya berlogo kuda laut menjadi anak panah dengan warna dasar hijau, biru, dan merah.

Selain mengubah logo, Pertamina juga mengubah visi perusahaan yakni "Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia".

Pada pertengahan 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Pertamina menambah modal yang ditempatkan serta memperluas kegiatan usaha perusahaan.

Saat itu, Pertamina sempat mencatatkan laba bersih sepanjang 2012 sebesar Rp 25,89 triliun, di mana angka ini mengalami kenaikan pencapaian dibanding 2011 yakni sebesar Rp 20,47 triliun.

Baca juga: Viral, Video Kuda Laut Jantan Lahirkan Bayi, Benarkah Demikian?

Direktur Utama Pertamina saat itu, Karen Agustiawan menyampaikan, laba tersebut juga meningkatkan EBITDA perseroan sebesar 8,32 persen dari Rp 52,45 triliun menjadi Rp 56,82 triliun.

Kemudian, Menteri BUMN selaku RUPS pada Desember 2015 menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina dalam hal optimalisasi pemanfaat sumber daya, peningkatan modal ditempatkan dan diambil bagian oleh negara serta perbuatan-perbuatan Direksi yang memerlukan persetujuan tertulis Dewan Komisaris.

Pada November 2016, perubahan Anggaran Dasar Pertamina kembali disetujui oleh Menteri BUMN.

Di tahun ini, Pertamina mencatat laba bersih belum diaudit (unaudited) sepanjang 2016 sebanyak 3,14 miliar dollar AS atau sekitar Rp 40,82 triliun (kurs Rp 13.000/dollar AS).

Percapaian itu disebut sebagai rekor laba bersih tertinggi sepanjang sejarah dengan peningkatan 121,12 persen dibandingkan perolehan tahun 2015 yakni sebesar 1,42 miliar dollar AS atau sekitar Rp 17,9 triliun.

Baca juga: Saat Rudal Iran Membuat Harga Minyak Naik dan Saham Berguguran...

Pandemi corona

Perjalanan Pertamina kembali mengalami hambatan ketika pandemi corona menjangkit Indonesia pada Maret 2020.

Pada April 2020, Pertamina menyatakan perjualan BBM mengalami penurunan signifikan.

Hal ini disebabkan karena menurunnya mobilitas masyarakat, sehingga konsumsi BBM juga mengalami pelemahan.

Diketahui, beberapa wilayah yang mengalami penurunan rata-rata penjualan BBM di atas 50 persen antara lain, DKI Jakarta turun 59 persen, Bandung turun 57 persen, dan Makassar turun 53 persen.

Penurunan penjualan BBM ini diyakini akan berdampak pada kinerja Pertamina.

Baca juga: Mengenal 7 Anak Cucu Pertamina, dari Urusi Asuransi hingga Perhotelan

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Dapat Cashback Saat Beli BBM Pertamina untuk Ojol

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi