KOMPAS.com - Sebuah video memperlihatkan adanya lahar dingin yang mengalirkan sejumlah batang pohon beredar luas di media sosial pada Sabtu (22/8/2020).
Adapun video tersebut diunggah oleh pengguna Twitter bernama Rizal, @Rizal06691023.
Dalam video, disebutkan bahwa kejadian mengalirnya lahar dingin tersebut terjadi pada 22 Agustus 2020.
"Lahar dingin kembali terjadi di Desa Kutambaru, Kab. Karo. Lahar dingin terjadi akibat curah hujan yang terjadi di seputaran Gunung Api Sinabung.
22 Agu 2020," tulis Rizal dalam twitnya.
Baca juga: Update Sinabung: Statusnya Masih Siaga, Kamis Erupsi Tujuh Kali
Lantas, apa itu lahar dingin dan bagaimana proses terbentuknya?
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi bencana Geologi (PVMBG) Kasbani menjelaskan video soal lahar dingin di Kabupaten Karo, Sumatera Utara tersebut memang benar terjadi.
"Dalam foto itu, kejadian lahar lima hari yang lalu," ujar Kasbani saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/8/2020).
Ia menambahkan, rekomendasi PVMBG pada status level 3 (Siaga) salah satunya bila terjadi hujan agar mewaspadai kejadian lahar di sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Sinabung.
Baca juga: Erupsi Merapi dan Sejarah Letusannya...
Proses terjadinya lahar dingin
Terkait keterangan dalam video yang menyebut bahwa lahar dingin terjadi setelah Gunung Sinabung erupsi, Kasbani menyampaikan, lahar dingin dapat terjadi tidak hanya pasca-kejadian gunung erupsi.
Ia menjelaskan, lahar dingin terjadi jika ada material vulkanik yang ada pada kawah gunung yang kemudian bercampur dengan air hujan meluruh ke hilir gunung.
"Material vulkanik hasil erupsi yang menumpuk di lereng gunung jika terkena air (hujan) berpotensi mengalir ke bawah sebagai lahar hujan atau lahar dingin," ujar Kasbani.
"Yang penting ada material vulkanik di atas, kalau belum ada material, tidak bisa terjadi lahar dingin," lanjut dia.
Baca juga: Update Sinabung: Status Siaga, Aktivitas Vulkanik Belum Stabil
Selain itu, ia menambahkan bahwa apabila ada material vulkanik yang baru maka proses terjadinya lahar dingin akan lebih cepat.
Proses terbentuknya lahar dingin ini, imbuhnya juga membutuhkan campuran air hujan.
Setelah tercampur antara material vulkanik dengan air hujan dan didorong dengan gravitasi, maka lahar dingin akan mengalir mengikuti lembah-lembah dan alur sungai dari gunung tersebut.
"Karena dia membawa material di atas, material baru maupun yang lama, ada batu-batu yang ikut terbawa ke bawah dan juga abu. Abu ini bersifat melicinkan lahar dingin, sehingga mudah meluncur ke bawah," kata dia.
Baca juga: Jadi Trending Topic, Berikut Catatan Erupsi Merapi di 2020
Kasbani mengatakan, ketika lahar dingin mencapai permukaan yang tidak ada dorongan lagi, maka ia akan berhenti.
"Biasanya lahar dingin ada di lereng-lereng tertentu, nanti akan berhenti sendiri. Biasanya kalau ada aktivitas sungai ya lewat sungai, kalau tidak muat ya lewat lereng-lereng," lanjut dia.
Dengan membawa material vulkanik, Kasbani menyebut, lahar dingin bersifat merusak tanah atau daerah-daerah yang dilaluinya.
Sebab, ketika terjadi pencampuran antara material vulkanik dengan air hujan, akan terjadi lumpur dan merusak lingkungan yang dilewati oleh lahar dingin tersebut.
Baca juga: Keluarkan Awan Panas, Ini Letusan-Letusan Besar yang Pernah Terjadi di Merapi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.