Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

463 Juta Anak di Dunia Disebut Alami Kesulitan Akses Pembelajaran Jarak Jauh

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Siswa-siswi saat melakukan pembelajaran jarak jauh di dalam rumahnya di RT 003 RW 006 Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (12/8/2020). Selama pandemi Covid-19, Anak-anak memanfaatkan televisi yang ada untuk mengikuti pelajaran sekolah yang disiarkan oleh TVRI. Selain itu, mereka juga mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh guru melalui aplikasi pesan singkat.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - The United Nations Children's Fund (UNICEF) melaporkan, sekitar 463 juta anak-anak tidak mendapatkan akses pembelajaran jarak jauh yang memadai di tengah pandemi virus corona.

Berdasarkan data UNICEF, siswa di seluruh dunia yang tercatat tidak dapat mengakses pendidikan virtual yakni:

Selama masa pandemi Covid-19, hampir semua negara memberlakukan pembelajaran jarak jauh untuk mencegah penularan virus corona.

Dilansir dari Aljazeera, Jumat (28/8/2020), Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore mengatakan, setidaknya sepertiga dari anak sekolah di dunia kekurangan peralatan atau akses elektronik yang memungkinkan mereka untuk mengejar pendidikan jarak jauh.

Menurut dia, hal ini termasuk keadaan darurat pendidikan global.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Banyaknya anak-anak yang pendidikannya benar-benar terganggu selama berbulan-bulan merupakan keadaan darurat pendidikan global," ujar Fore.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh Risiko Anak Tertular Virus Corona, Ini Alasannya!

"Dampaknya bisa dirasakan pada bidang ekonomi dan masyarakat selama beberapa dekade mendatang," lanjut dia.

Diketahui, pandemi corona telah menyebabkan pengaruh terbesar terhadap pendidikan dalam sejarah.

Sebab, sekolah-sekolah mengalami penutupan di 160 negara pada pertengahan Juli 2020. Penutupan sekolah ini berpengaruh pada sekitar 1,5 miliar siswa.

Sementara itu, sebuah laporan baru yang dirilis oleh Save the Children, menyebutkan, hampir 10 juta anak diperkirakan tidak akan kembali ke sekolah lantaran pemotongan anggaran yang besar dan meningkatnya kemiskinan karena dampak pandemi.

Dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus, banyak negara beralih ke pembelajaran online.

Tetapi, ada yang beranggapan bahwa tindakan pembelajaran online hanya memperlebar kesenjangan pembelajaran antara anak-anak dari keluarga kaya dan miskin.

Baca juga: 338.000 Anak Terpapar Covid-19 di AS, Ini Temuan Baru soal Virus Corona pada Anak

Perbedaan lokasi siswa

Laporan UNICEF berjudul The Remote Learning Reachability juga menggarisbawahi mengenai perbedaan geografis yang kontras dalam akses pendidikan jarak jauh dengan dampak yang jauh lebih sedikit di Eropa, misalnya, dibandingkan di Afrika atau sebagian Asia.

Laporan itu menggunakan analisis yang yang merepresentasikan kondisi global dalam hal ketersediaan teknologi dan perangkat penunjang pembelajaran di rumah bagi anak-anak sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menegah atas (SMA).

Dikutip dari situs resmi UNICEF, laporan tersebut didasarkan pada data yang dikumpulkan dari sekitar 100 negara dengan mengukur akses publik ke internet, televisi, dan radio.

Angka-angka yang disajikan di dalam laporan menyiratkan rendahnya akses kepada pembelajaran jarak jauh.

Namun, UNICEF memperingatkan bahwa situasi sesungguhnya bisa menjadi jauh lebih memprihatinkan.

Bahkan, anak-anak dengan akses yang memadai juga dapat menghadapi kendala lain saat melakukan pembelajaran jarak jauh, seperti kurangnya ruang belajar yang kondusif di rumah, tekanan untuk melakukan pekerjaan lain untuk keluarga, atau kurangnya dukungan teknis saat masalah komputer muncul.

Laporan di atas juga menyoroti ketimpangan signifikan antarwilayah.

Sementara, para murid di kawasan Afrika Sub-Sahara adalah kelompok yang paling terdampak yakni separuh dari seluruh siswanya tidak terjangkau pembelajaran jarak jauh.

Baca juga: Apakah Anak Saya Terinfeksi Virus Corona?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi