Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tempat yang Bisa Memicu Munculnya Klaster Virus Corona Menurut WHO

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Alexandros Michailidis
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona Covid-19 sudah hampir berjalan 8 bulan sejak pertama dilaporkan pada akhir Desember 2019.

Sampai dengan Jumat (28/8/2020), telah tercatat 24,6 juta kasus infeksi dan 835.679 korban meninggal.

Meskipun demikian di sisi lain, sejumlah negara mulai membuka kembali perekonomian untuk menghindari resesi.

Kondisi tersebut perlu terus diwaspadai apabila kondisi penularan masih bisa mengalami peningkatan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ketika masyarakat terbuka, banyak yang mulai melihat kebangkitan penularan," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari situs PBB, Jumat (28/8/2020).

Dia menjelaskan bahwa banyak dari munculnya kembali kasus infeksi ini terjadi dalam pertemuan orang, termasuk di stadion, klub malam, tempat ibadah, dan keramaian.

Baca juga: WHO Rekomendasikan Tes Covid-19 pada Orang Tanpa Gejala, Ini Alasannya

Strategi temukan kasus dicurigai

Dr Maria Van Kerkhove, pimpinan Teknis Covid-19 WHO juga mengatakan perlu strategi untuk secara aktif menemukan kasus-kasus yang dicurigai.

Apabila memungkinkan diperlukan untuk memperluas pengujian sehingga dapat diisolasi dan pelacakan kontak dapat terjadi.

Dr Van Kerkhove juga kembali mengingatkan pentingnya menggunakan masker di saat orang-orang mulai tidak dapat melakukan jarak fisik atau physical distancing.

"Bahkan jika Anda memakai masker, Anda masih perlu coba lakukan jarak fisik setidaknya satu meter dan bahkan lebih jauh lagi, jika bisa. Bukan hanya membersihkan tangan sendiri, lakukan semuanya," kata dia.

Kekebalan kelompok

Kerkhove juga menyebut, mengenai kekebalan kawanan, juga perlu memperhatikan berapa banyak populasi yang perlu divaksinasi.

Baca juga: WHO: Pandemi Corona Melambat, Kecuali di Asia Tenggara dan Mediterania Timur

Sementara saat ini vaksin virus corona masih dalam tahapan pengembangan.

"Jika kita berpikir tentang kekebalan kelompok, dalam arti alami membiarkan virus berjalan, itu sangat berbahaya karena Anda membutuhkan banyak orang untuk terinfeksi," jelas dia.

Mengenai kekebalan kawanan tanpa adanya vaksin, pihaknya tidak dapat memperkirakan berapa persen populasi yang perlu tertular.

"Tetapi itu berarti banyak orang yang terinfeksi, banyak orang perlu dirawat di rumah sakit dan banyak orang akan meninggal," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi