Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Bulan Penyebaran Virus Corona, Apa Saja yang Sudah Kita pelajari?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona, Covid-19
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Virus corona SARS-CoV-2 sebagai penyebab penyakit Covid-19 masih terus dipelajari hingga saat ini. 

Apalagi penyebarannya masih terus meningkat setiap harinya di sejumlah negara di dunia. 

Hingga saat ini hampir 25 juta orang yang terinfeksi penyakit yang banyak menyerang organ pernapasan ini. 

Selama hampir 8 bulan sejak dilaporkan pada awal Januari 2020, peneliti masih terus menghimpun mengenai penyakit tersebut. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai dari cara penularan, gejala, dampaknya, vaksin dan pengobatan yang efektif untuk menyembuhkannya. 

Meskipun masih banyak yang belum diketahui tentang virus dan penyakit ini, setidaknya ada sejumlah hal yang dapat dipahami terkait virus corona Covid-19 ini. 

Baca juga: 77.266 Kasus dalam Sehari, Bagaimana Kondisi Pandemi Corona di India?

Berikut ini tujuh hal yang bisa dipelajari tentang virus corona sejauh ini: 

1. Infeksi kembali virus corona

Para peneliti di Hong Kong mengklaim memiliki bukti pertama seseorang terinfeksi kembali virus tersebut.

Dr. Anthony Cardillo, CEO Mend Urgent Care dan dokter ER, mengatakan bahwa seseorang bisa 100 persen mendapatkan reokulasi dengan Covid-19.

"Hal yang tidak diketahui tentang Covid-19 adalah apakah infeksi pertama yang Anda miliki memberikan kekebalan untuk infeksi kedua ini? Tidak ada yang tahu jawaban untuk pertanyaan itu," kata Cardillo dikutip dari abc7.com (28/8/2020).

Pimpinan teknis untuk Covid-19 dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Maria Van Kerkhove menyampaikan infeksi ulang masih dimungkinkan terjadi.

Meski seseorang yang telah sembuh dari Covid-19 sudah memiliki antibodi tersendiri di dalam tubuhnya.

Menurutnya sebagaimana dikutip dari Fox News, tidak diketahui secara pasti berapa kuat imun tubuh dari virus corona dan berapa lama dia akan bertahan.

Baca juga: Rekor 3.003 Kasus Harian Covid-19, Ini 5 Provinsi dengan Kasus Tertinggi dan Terendah

2. Gejala dalam waktu lama

"Ada banyak penelitian di beberapa negara yang menunjukkan bahwa berminggu-minggu hingga berbulan-bulan kemudian, pasien masih mengalami gejala seperti sesak napas, mati rasa dan kesemutan di ekstremitas mereka, lengan atau kaki mereka, "kata Dr. Michael Daignault, dokter UGD di Providence St. Joseph Medical Center.

3. Anak-anak bisa tertular dan menyebarkan Covid-19

Selama ini virus corona lebih banyak dan rentan menginfeksi orang berusia di atas 60 tahun.

Termasuk pasien dengan komorbid atau penyakit bawaan seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung.

Namun terkait Covid-19, anak-anak dapat tertular virus corona dan menyebarkannya, tetapi ada banyak hal yang belum diketahui.

"Anak-anak berusia 10 hingga 11 tahun ke atas dapat menyebarkan virus seperti halnya orang dewasa," kata Dr. Rishma Chand, dokter anak di Rumah Sakit Dignity Health Northridge.

"Kami belum tahu banyak tentang penularan dan anak-anak yang lebih kecil," kata dia.

Chand mengatakan gejala yang paling umum dilaporkan pada anak-anak adalah demam dan batuk.

Baca juga: Kasus Infeksi Ulang Virus Corona pada Pasien Sembuh, Ini Penjelasan WHO

4. Anda dapat dites positif setelah sembuh dari Covid-19

Dokter mengatakan pasien masih bisa mendapat tes positif Covid-19 setelah sembuh dari gejala virus.

Penelitian menunjukkan bahwa metode penularan yang paling umum adalah melalui tetesan pernapasan, seperti batuk atau bersin.

Dr. Cardillo memastikan bahwa Covid-19 dapat ditularkan dengan menyentuh permukaan dan kemudian menyentuh wajah Anda.

"Tes ini sensitif untuk mRNA virus itu," kata Daignault.

"Jadi, itu hanya fragmen virus yang tertinggal di hidung di mulut yang tidak menunjukkan bahwa pasien masih terinfeksi atau tertular virus."

5. Virus bertahan di permukaan benda

Sejumlah penelitian di awal pandemi menyebutkan bahwa virus corona dapat bertahan dalam waktu tertentu dalam permukaan benda.

Namun metode penularan virus corona dengan menyentuh permukaan benda yang terdapat virus dinilai bukan yang utama.

"Tidak mungkin terinfeksi seperti itu karena orang ke orang itu kontak risiko penularan droplet, tapi keduanya cara penularan virus," kata Cardillo.

Baca juga: Ini Tempat yang Bisa Memicu Munculnya Klaster Virus Corona Menurut WHO

6. Pengujian antibodi belum dapat diandalkan

Dokter mengatakan keandalan tes virus antibodi masih kurang akurat dibandingkan dengan swab atau PCR.

"Kegunaan pengujian antibodi terbatas," kata Daignault.

"Itu bagus jika Anda melakukannya segera setelah infeksi. Tetapi jika Anda melakukannya dua atau tiga bulan kemudian dan Anda tidak memiliki antibodi dalam tes Anda, itu tidak," jelas dia.

7. Vaksin sedang dalam proses

Pada awal Agustus, Rusia mengklaim merilis vaksin virus corona pertama. Meskipun demikian komunitas medis internasional masih skeptis.

Di Amerika, Dr. Cardillo mengatakan ada enam pesaing kuat yang sedang menjalani fase ketiga uji klinis.

"Mereka mendaftarkan puluhan ribu orang, mereka semua mendapatkan vaksinasi sekarang, dan kami mengawasi untuk melihat siapa yang terinfeksi dan mengamati berapa banyak dari mereka yang divaksinasi yang terinfeksi sakit parah versus hanya sakit ringan, "Kata Dr. Cardillo.

Dr. Cardillo mengharapkan vaksin di Amerika pada Januari atau Februari 2021.

Baca juga: WHO Rekomendasikan Tes Covid-19 pada Orang Tanpa Gejala, Ini Alasannya

Masih akan terus dipelajari

Sementara itu epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman menyebut penelitian akan terus dilakukan hingga semua lini informasi yang dibutuhkan terkait Covid-19 terpenuhi dan terjawab.

Mulai dari bagaimana virus bertahan, menginfeksi manusia, bagaimana manusia merespon infeksi virus, dan bagaimana cara penularan virus ini dari satu orang ke orang lainnya berlangsung.

"Kemudian bagaimana reaksi virus ini pada tubuh manusia jangka pendek sampai jangka panjang dan apa mekanisme kerja virus ini dalam menginfeksi manusia sehingga kita bisa tahu strategi, dikaitkan dengan penemuan obat yang definitif dan juga vaksin," kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (28/8/2020) sore.

Jika semua hal itu sudah ditemukan, maka menurutnya sudah relatif cukup mapan informasi soal satu penyakit, dalam hal ini Covid-19.

"Antara lain jumlah partikel virus yang bisa menginfeksi berapa, itu belum tahu. Kemudian dampak jangka panjang dan jangka menengah virus ini juga belum semua kita ketahui," jelas Dicky.

"Dan juga kemampuan dari virus ini dalam 'mengelabui' sel pertahanan tubuh kita juga kini baru kita ketahui sebagian," lanjutnya.

Baca juga: Daftar 32 Daerah di Indonesia yang Berstatus Risiko Tinggi Covid-19

Karena itu, Dicky menyebut masih diperlukan banyak penelitian demi mengetahui karakteristik virus corona secara lengkap dan utuh.

"Sehingga ini akan terus perlu diteliti. Saya perkirakan mungkin ini baru bisa kita ketahui sampai tahun depan. Setidaknya kita bisa mulai lebih banyak, hampir seluruhnya tahu tentang pola, maupun bagaimanan dampak virus Sars-CoV-2 ini dalam menginfeksi manusia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi