Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dokter Aris, Hampir 6 Bulan Tak Serumah dengan Keluarga karena Tangani Pasien Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
TWITTER/@ARISRMD
Sebuah cuitan dari seorang dokter yang merindukan kebersamaan dengan sang buah hati, viral di media sosial.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah unggahan dari seorang dokter yang merindukan kebersamaan dengan sang buah hati, viral di media sosial.

Dokter tersebut bernama Aris Ramdhani. Melalui akun Twitter-nya, @arisrmd, dokter Aris mengungkapkan kerinduannya ingin kembali tinggal satu rumah bersama anaknya. Sementara, ia masih harus bertugas menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah. 

Dalam twitnya, Aris mengunggah foto ketika bertemu sang anak tetapi terhalang oleh pagar dan terpisah jarak beberapa meter.

Berbagai komentar disampaikan warganet merespons unggahan Aris. Sebagian besar menyampaikan rasa haru dan empatinya. 

Hingga Jumat (28/8/2020), unggahan tersebut telah dibagikan ulang dan dikomentari lebih dari 12.000 kali dan disukai 40.000 kali.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jumlah pasien yg harus dioperasi dan COVID positif semakin nambah.Wajah tersenyum dengan mulut terbuka dan keringat dingin. Kapan bisa serumah sama anak lagi ya? Ketemunya begini doang, dari balik pagar karena anak di rumah ortu dari Maret," tulis akun Twitter @arisrmd.

Saat dihubungi Kompas.com, Jumat, Aris berbagi ceritanya.

Baca juga: Kasus Infeksi Ulang Virus Corona pada Pasien Sembuh, Ini Penjelasan WHO

Hampir 6 bulan tak tinggal bersama istri dan anak

Aris merupakan dokter bedah yang bertugas di Rumah Sakit Univeristas Indonesia (RS UI).

Mengenai unggahannya, Aris menyebutkan bahwa ia mengungkapkan apa yang dirasakannya karena sudah lama berpisah sementara dengan istri dan anaknya.

Sejak awal Maret 2020, Aris tidak tinggal bersama dengan keluarga kecil yang begitu ia cintai dan sayangi.

"Pasti ya sedih, sekarang saya tinggal di rumah sendiri. Anak dan istri sementara tinggal di rumah orangtua dulu," kata Aris saat dihubungi Kompas.com, Jumat (28/8/2020).

Meski tak bertemu secara langsung, Aris dan keluarganya, terlebih dengan putrinya yang bernama Miyu, selalu menyempatkan untuk melakukan video call.

Walaupun tidak bisa dilakukan setiap hari, Aris selalu menyempatkan bertatap muka melalui layar ponsel tiga hari sekali.

"Vdeo call tetap diusahain, maksimal 3 hari sekali. Tapi ya tetap saja tidak seperti ketika bertemu secara langsung," ujar Aris.

Baca juga: Bagaimana Cara Aman Berenang di Kolam Renang Umum Saat Pandemi Corona?

Putri Aris yang baru berusia 5 tahun, lanjut dia, dapat memahami kondisi yang saat ini tengah terjadi.

Namun, ia menjadi terenyuh kala sang putri mengungkapkan kerinduan dan ingin bersama-sama lagi. 

"Tapi anak saya cukup mengerti dengan keadaan ini. Namun tiap video call bilang, 'Miyu kan kangen sama ayah'. Itu yang buat saya tambah sedih sih. Tapi ya enggak bisa apa-apa kan masih dalam keadaan seperti ini juga," kata Aris.

Selain melakukan video call, Aris juga beberapa kali menyempatkan diri datang ke rumah orangtuanya tetapi hanya berdiri di luar pagar.

Ia pergi ke rumah orangtuanya hanya sesekali. Selain karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Aris juga mengaku merasa tidak enak dengan tetangganya jika terlalu sering mengunjungi rumah orangtuanya.

"Kalau ketemu ya paling seperti yang ada dalam unggahan saya itu, dari depan pagar terpisah jarak beberapa meter, cuma dadah-dadah saja," kata Aris.

"Cuma kan enggak bisa sering-sering. Tetangga kan juga tahu kalau saya kerja di rumah sakit yang ada Covid-19-nya, daripada jadi ribet ya sudah lah tidak terlalu sering datang," lanjut dia.

Baca juga: Ini 5 Langkah Aman Menghindari Virus Corona di Ruang Tertutup

Sempat positif Covid-19

Aris mengungkapkan, ia sempat dinyatakan positif Covid-19 pada Juni 2020 lalu.

Namun, tak butuh waktu lama, ia sembuh dari virus yang dilaporkan pertama kali di Indonesia pada awal Maret 2020 lalu.

"Saya positif, tanpa gejala. Ya udah istirahat saja sebentar, sehabis itu saya lanjut kerja lagi menangani pasien," kata Aris.

Ketika ditanya kapan dan di mana ia tertular Covid-19, Aris tidak bisa menjawabnya secara pasti karena mungkin hal itu merupakan risiko pekerjaannya.

Disinggung soal masih banyaknya masyarakat yang tidak mempercayai Covid-19, menurut Aris, karena belum menyaksikan orang terdekat mengalaminya atau karena alasan lain.

"Ya mereka mungkin memang belum tahu bahaya nyatanya, seperti yang orang-orang bilang, mungkin orang terdekatnya belum kena lah, atau apa pun yang lainnya," papar Aris.

Atau, lanjut dia, orang tersebut juga tidak bersentuhan dengan penyakit ini setiap hari sehingga tidak percaya bahwa Covid-19 nyata ada.

Berbeda dengan dirinya yang setiap hari harus menangani pasien Covid-19.

"Kondisinya, pasien Covid-19 terus bertambah, dan dari sisi pasien bedah, jumlah pasien Covid-19 yang harus dioperasi bertambah jumlahnya," kata dia.

"Kalau menurut saya, boleh saja sih mereka berpikiran seperti itu, tapi ya lebih baik mereka tidak egois untuk memikirkan juga lingkungan sekitarnya," lanjut Aris. 

Oleh karena itu, Aris berpesan agar semua orang memikirkan keberadaan orang-orang yang masuk kategori rentan tertular, seperti orangtua dan anak-anak.

"Kalau ke anak-anak meskipun kita sudah mandi tapi kan enggak tahu apa yang di dalam dahak kita gimana, kita cium-cium, peluk-peluk anak tapi enggak sengaja batuk, anaknya jadi carrier virus, malah jadi lebih serem," kata Aris.

Baca juga: Ini Tempat yang Bisa Memicu Munculnya Klaster Virus Corona Menurut WHO

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi