Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah di Era Pandemi: dari Kuota, Gawai, Sinyal hingga Infrastruktur

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA
Jonathan (13) pelajar SMP di Bandar Lampung sedang memahami soal dari pembelajaran daring kelasnya, Kamis (6/8/2020). Untuk memenuhi kebutuhan kuota internet, Jonathan berjualan pempek di sekitar kampung.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengapresiasi keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang akan memberikan bantuan subsidi kuota kepada siswa hingga dosen selama empat bulan.

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, bantuan tersebut dapat mengatasi salah satu masalah atau kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ).

"Meskipun beberapa permasalahan PJJ sejak awal pandemi bukan hanya masalah mahalnya tarif paket data, tetapi juga ada masalah lain yang harus diselesaikan," ujar Retno kepada Kompas.com, Sabtu (29/8/2020).

Masalah tersebut di antaranya ketiadaan gawai atau laptop dan akses internet yang terkendala di sejumlah daerah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Namun, anggaran Rp 7,2 T hanya untuk pemberian kuota internet seperti yang dilakukan Kemendikbud mengundang pertanyaan bagi banyak pihak," kata Retno.

Hal itu di karenakan hanya menyelesaikan satu kendala dan dapat menjadi bias. Bantuan kuota hanya untuk anak-anak yang memiliki gawai dan akses sinyal tidak terkendala di wilayahnya.

Baca juga: Awal September Kuota Internet Siswa Disalurkan, Ini Cara Mendapatkannya

Tidak punya gawai dan susah sinyal

Berbeda dengan anak-anak miskin dan anak-anak di pelosok, yang tidak memiliki gawai dan susah sinyal, maka bantuan kuota internet tidak bisa mereka nikmati.

Dengan kata lain, kelompok ini hanya bisa dilayani secara luring, namun tak ada bantuan pemerintah untuk luring. Kelompok anak-anak ini tetap tak terlayani ketika proses PJJ.

"Semestinya masalah di petakan dulu, berapa giga yang diperlukan, berapa persen siswa atau guru yang butuh kuota dan berapa persen siswa atau guru yang butuh bantuan lain," ujar Retno.

"Padahal, jika data-data itu diminta ke semua sekolah, hanya dalam 3 hari saja bisa tersedia. Mengapa data tersebut tidak ada di Kemdikbud dan Dinas-dinas Pendidikan Daerah. Padahal sangat mudah mendapatkannya, hanya butuh rapat koordinasi daring dengan stakeholder terkait secara berjenjang," imbuh dia.

Retno menambahkan, layanan pembelajaran luring juga membutuhkan dukungan anggaran pemerintah.

Sehingga, apabila terdapat pemetaan masalah dan kebutuhan yang jelas, maka anggaran, tujuh ratus ribu miliar tersebut, bisa dialokasikan dengan merata.

"Untuk membantu membeli gadget bagi siswa atau guru yang tidak memiliki, pasang alat penguat sinyal di daerah-daerah yang susah sinyal, dukungan transportasi untuk para guru kunjung dan dukungan penyiapan infrastruktur sekolah dalam menghadapi pembelajaran tatap muka," kata Retno.

Baca juga: Kuota Belajar 10 GB Telkomsel Rp 10, Apa Saja yang Bisa Diakses?

Minimnya infrastruktur sekolah

Selain kendala kuota internet, Retno juga menyoroti masalah minimnya infrastruktur sekolah juga mengancam nyawa anak-anak dan guru saat pembukaan sekolah dilakukan.

Pihaknya pun kembali mengingatkan kepada Kemendikbud dan Kementerian Agama bahwa masalah di sektor pendidikan di masa pandemi saat ini yang sangat darurat.

"Mulai dari memperbaiki PJJ fase dua, sampai pada penyiapan pembelajaran tatap muka dengan pemenuhan infrastruktur dan protokol atau SOP adaptasi kebiasaan baru di sekolah," jelasnya.

Penyiapan ini, Retno melanjutkan, sangat krusial karena menyangkut keselamatan jutaan siswa, guru dan warga sekolah lainnya.

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah melalui Mendikbud Nadiem Makarim mengumumkan adanya bantuan kuota internet untuk mendukung PJJ pada masa pandemi Covid-19.

Baca juga: Bantuan Kuota Internet: Siswa Dapat 35 GB, Guru 42 GB, Mahasiswa dan Dosen 50 GB

Nadiem mengatakan, bantuan kuota internet akan dikucurkan pemerintah sebesar Rp 9 triliun untuk membantu siswa, guru, mahasiswa, dan dosen dalam menjalankan PJJ.

"Alhamulillah kami dapat dukungan dari menteri-menteri untuk anggaran pulsa untuk peserta didik kita di masa PJJ ini, jadi dengan senang hati saya mengumumkan hari ini. Kami mendapat persetujuan anggaran Rp 9 triliun untuk tahun ini," kata Nadiem dalam rapat kerja dengan Komisi X di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/8/2020).

Nadiem mengatakan, bantuan kuota tersebut untuk siswa, guru, mahasiswa dan dosen itu akan diberikan selama tiga sampai empat bulan ke depan.

"Ini yang akan kami kerahkan untuk pulsa atau kuota data bagi siswa, guru, mahasiswa, dosen selama tiga empat bulan ke depan. Ini kami akselerasi secepat mungkin biar bisa cair," ujar dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi