KOMPAS.com - Indonesia kembali mencatatkan rekor penambahan kasus harian pasien Covid-19 pada Sabtu (29/8/2020) dengan 3.308 kasus.
Dengan demikian, hingga Sabtu kemarin, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 169.195 orang.
Informasi tersebut disampaikan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melalui data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dikutip Kompas.com, Sabtu sore.
Angka 3.308 ini merupakan ketiga kalinya penambahan kasus harian Covid-19 tertinggi di Indonesia dalam kurun waktu seminggu.
Berdasarkan catatan Kompas.com, penambahan kasus harian tertinggi terjadi pada Jumat (28/8/2020) dengan 3.003 orang.
Pada Kamis (27/8/2020), penambahan kasus harian juga tinggi, dengan 2.719 orang.
Dengan demikian, dalam sepekan ini, tiga hari berturut-turut rekor penambahan kasus harian Covid-19 terjadi di Indonesia.
Baca juga: Rekor 3.003 Kasus Harian Covid-19, Ini 5 Provinsi dengan Kasus Tertinggi dan Terendah
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Murni banyak yang terinfeksi
Epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS, Tonang Dwi Ardyanto, menilai, tingginya angka kasus tersebut murni karena kasus yang meningkat.
Menurut Tonang, hal itu bukan karena meningkatnya jumlah testing yang dilakukan.
"Mengingat dalam 4 pekan terakhir ini, kapasitas PCR harian cenderung tetap di sekitar angka 22.000-23.000. Bahkan pernah turun sekali ke angka 12.000-an," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Minggu (30/8/2020).
"Jadi ini karena memang kasusnya meningkat, Walau pahit, harus kita akui demikian," lanjut dia.
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Tonang mengatakan, peningkatan ini terjadi juga karena andil dari masyarakat dan pemerintah.
"Harus fair bahwa baik masyarakat maupun pemerintan andil dalam perkembangan ini," kata Tonang.
Pada Sabtu (29/8/2020), DKI Jakarta mencatatkan penambahan kasus harian tertinggi di antara provinsi-provinsi lain.
Tercatat, ada sebanyak 861 kasus baru yang terkonfirmasi di Ibu Kota.
Menurut Tonang, hal itu karena tingginya jumlah tes yang sudah dilakukan.
"Khusus DKI, lebih realistis, menggambarkan kenyataan karena memang kapasitas testing sudah tinggi," jelas Tonang.
"Untuk daerah lain, hasil yang dilaporkan masih dengan catatan bahwa kapasitas PCR belum memenuhi standar," kata dia.
Dia menekankan, peningkatan kasus ini seharusnya menyadarkan semua pihak. Membuka kembali aktivitas ekonomi memang harus dilakukan. Akan tetapi, harus tetap menegakkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
"Jadi berusaha tetap berjalan simultan. Tidak justru dipertentangkan," kata Tonang.
Baca juga: Tambah 21 Kasus Positif Covid-19 di Kota Bogor, Penambahan Tertinggi Selama Pandemi
Banyak kasus yang belum terdeteksi
Senada dengan Tonang, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman juga mengatakan, tingginya kasus harian dalam beberapa hari terakhir karena memang kasus yang meningkat.
Menurut dia, hal ini sudah bisa diprediksi sejak awal karena memang proses yang eksponensial dari pola penyebaran Covid-19.
"Di mana kita tahu aspek testing tracing di beberapa wilayah di Indonesia, kecuali DKI, itu memang masih sangat minim atau jauh dari yang ditetapkan WHO," kata Dicky.
Oleh karena itu, apa yang terjadi saat ini dinilainya, konsekuensi logis dari peningkatan penyebaran dalam pola eksponensial.
Hal itu berakibat banyak kasus di masyarakat yang tidak terdeteksi sebelumnya dan akhirnya menjadi trigger banyaknya kasus-kasus.
"Dan harus diingat, ini bukanlah angka yang sesungguhnya. Angka yang sesungguhnya apabila melihat dari rata-rata positif rate di Indonesia, yang selalu di atas 10 persen, menunjukkan bahwa memang banyak kasus-kasus yang belum terdeteksi," jelas dia.
Dicky menyebutkan, saat ini Indonesia telah memasuki masa-masa rawan yang harus disadari oleh banyak pihak.
Diperkirakan, lanjut dia, dari Juli hingga pertengahan Oktober ini, Pulau Jawa khusunya DKI Jakarta akan mengalami masa rawan.
"Nah, ini yang harus disikapi secara serius karena bila tidak dan angka kesakitan makin tinggi, akan menyebabkan lonjakan kasus di rumah sakit dan juga termasuk meningkatkan angka kematian," papar Dicky.
Baca juga: 3.003 Kasus Baru Covid-19, Indonesia Kembali Catat Rekor Tertinggi
Apa yang harus dilakukan?
Dicky mengatakan, hal yang paling penting dilakukan saat ini adalah optimalisasi intervensi dari testing, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Dengan demikian, diharapkan maksimal tiga hari sejak seseorang dites, sudah keluar hasilnya.
"Dan ini penting karena akan berimplikasi pada keberhasilan tracing. Bila ini tidak terjadi, artinya ya percuma saja. Kalau hasilnya keluar lebih dari 3 hari, artinya kita sudah tidak bisa mengejar kecepatan dari virus ini," kata Dicky.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah tindakan pencegahan atau mitigasi.
Di antaranya, mengupayakan dan memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mematuhi protokol kesehatan.
"Dan juga meningkatkan perubahan pola perilaku di masyarakat, juga terapkan sanksi bagi siapa saja yang melanggar biar ada efek jeranya," kata Dicky.
Baca juga: UPDATE: Sebaran 2.306 Kasus Baru Covid-19, Penambahan Tertinggi di DKI