Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Catatkan 3 Kali Kasus Harian Covid-19 Tertinggi dalam Sepekan, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Mural yang dibuat oleh petugas prasarana dan sarana umum (PPSU) bertemakan kewaspadaan virus Corona atau Covid-19 terlihat di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (14/8/2020). Mural tersebut memperlihatkan petugas medis membawa sebuah peti yang mengingatkan warga agar selalu waspada dengan Covid-19 dan mencegahnya dengan 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Indonesia kembali mencatatkan rekor penambahan kasus harian pasien Covid-19 pada Sabtu (29/8/2020) dengan 3.308 kasus.

Dengan demikian, hingga Sabtu kemarin, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 169.195 orang.

Informasi tersebut disampaikan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melalui data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dikutip Kompas.com, Sabtu sore.

Angka 3.308 ini merupakan ketiga kalinya penambahan kasus harian Covid-19 tertinggi di Indonesia dalam kurun waktu seminggu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdasarkan catatan Kompas.com, penambahan kasus harian tertinggi terjadi pada Jumat (28/8/2020) dengan 3.003 orang.

Pada Kamis (27/8/2020), penambahan kasus harian juga tinggi, dengan 2.719 orang.

Dengan demikian, dalam sepekan ini, tiga hari berturut-turut rekor penambahan kasus harian Covid-19 terjadi di Indonesia.

Baca juga: Rekor 3.003 Kasus Harian Covid-19, Ini 5 Provinsi dengan Kasus Tertinggi dan Terendah

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Murni banyak yang terinfeksi

Epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS, Tonang Dwi Ardyanto, menilai, tingginya angka kasus tersebut murni karena kasus yang meningkat.

Menurut Tonang, hal itu bukan karena meningkatnya jumlah testing yang dilakukan.

"Mengingat dalam 4 pekan terakhir ini, kapasitas PCR harian cenderung tetap di sekitar angka 22.000-23.000. Bahkan pernah turun sekali ke angka 12.000-an," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Minggu (30/8/2020).

"Jadi ini karena memang kasusnya meningkat, Walau pahit, harus kita akui demikian," lanjut dia.

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Tonang mengatakan, peningkatan ini terjadi juga karena andil dari masyarakat dan pemerintah.

"Harus fair bahwa baik masyarakat maupun pemerintan andil dalam perkembangan ini," kata Tonang.

Pada Sabtu (29/8/2020), DKI Jakarta mencatatkan penambahan kasus harian tertinggi di antara provinsi-provinsi lain.

Tercatat, ada sebanyak 861 kasus baru yang terkonfirmasi di Ibu Kota.

Menurut Tonang, hal itu karena tingginya jumlah tes yang sudah dilakukan.

"Khusus DKI, lebih realistis, menggambarkan kenyataan karena memang kapasitas testing sudah tinggi," jelas Tonang.

"Untuk daerah lain, hasil yang dilaporkan masih dengan catatan bahwa kapasitas PCR belum memenuhi standar," kata dia.

Dia menekankan, peningkatan kasus ini seharusnya menyadarkan semua pihak. Membuka kembali aktivitas ekonomi memang harus dilakukan. Akan tetapi, harus tetap menegakkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

"Jadi berusaha tetap berjalan simultan. Tidak justru dipertentangkan," kata Tonang.

Baca juga: Tambah 21 Kasus Positif Covid-19 di Kota Bogor, Penambahan Tertinggi Selama Pandemi

Banyak kasus yang belum terdeteksi

Senada dengan Tonang, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman juga mengatakan, tingginya kasus harian dalam beberapa hari terakhir karena memang kasus yang meningkat.

Menurut dia, hal ini sudah bisa diprediksi sejak awal karena memang proses yang eksponensial dari pola penyebaran Covid-19.

"Di mana kita tahu aspek testing tracing di beberapa wilayah di Indonesia, kecuali DKI, itu memang masih sangat minim atau jauh dari yang ditetapkan WHO," kata Dicky.

Oleh karena itu, apa yang terjadi saat ini dinilainya, konsekuensi logis dari peningkatan penyebaran dalam pola eksponensial.

Hal itu berakibat banyak kasus di masyarakat yang tidak terdeteksi sebelumnya dan akhirnya menjadi trigger banyaknya kasus-kasus.

"Dan harus diingat, ini bukanlah angka yang sesungguhnya. Angka yang sesungguhnya apabila melihat dari rata-rata positif rate di Indonesia, yang selalu di atas 10 persen, menunjukkan bahwa memang banyak kasus-kasus yang belum terdeteksi," jelas dia.

Dicky menyebutkan, saat ini Indonesia telah memasuki masa-masa rawan yang harus disadari oleh banyak pihak.

Diperkirakan, lanjut dia, dari Juli hingga pertengahan Oktober ini, Pulau Jawa khusunya DKI Jakarta akan mengalami masa rawan.

"Nah, ini yang harus disikapi secara serius karena bila tidak dan angka kesakitan makin tinggi, akan menyebabkan lonjakan kasus di rumah sakit dan juga termasuk meningkatkan angka kematian," papar Dicky.

Baca juga: 3.003 Kasus Baru Covid-19, Indonesia Kembali Catat Rekor Tertinggi

Apa yang harus dilakukan?

Dicky mengatakan, hal yang paling penting dilakukan saat ini adalah optimalisasi intervensi dari testing, baik kuantitas maupun kualitasnya.

Dengan demikian, diharapkan maksimal tiga hari sejak seseorang dites, sudah keluar hasilnya.

"Dan ini penting karena akan berimplikasi pada keberhasilan tracing. Bila ini tidak terjadi, artinya ya percuma saja. Kalau hasilnya keluar lebih dari 3 hari, artinya kita sudah tidak bisa mengejar kecepatan dari virus ini," kata Dicky.

Hal lain yang perlu dilakukan adalah tindakan pencegahan atau mitigasi.

Di antaranya, mengupayakan dan memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mematuhi protokol kesehatan.

"Dan juga meningkatkan perubahan pola perilaku di masyarakat, juga terapkan sanksi bagi siapa saja yang melanggar biar ada efek jeranya," kata Dicky.

Baca juga: UPDATE: Sebaran 2.306 Kasus Baru Covid-19, Penambahan Tertinggi di DKI

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Gejala Ringan Terinfeksi Virus Corona yang Harus Diwaspadai

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi