Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral soal Dangdutan Dipenuhi Warga di Masa Pandemi, Masyarakat Jenuh?

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar Instagram
Video acara dangdutan yang dihadiri banyak orang viral di media sosial.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sejumlah aktivitas yang bersifat kontradiktif dengan imbauan kesehatan di masa pandemi beberapa kali terjadi di Indonesia.

Salah satunya digelarnya acara pentas dangdut yang dihadiri oleh banyak warga sehingga menimbulkan kerumunan.

Pentas semacam ini sudah beberapa kali terjadi, mulai di Bekasi, Bogor, dan terakhir di Depok, Jawa Barat.

Di tengah angka penambahan kasus yang terus meningkat, masyarakat justru terlihat semakin acuh dengan bahaya virus SARS-CoV-2 yang terus mengancam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Menilik Fenomena Masyarakat yang Nekat Ngemal dan Abaikan Protokol Kesehatan...

Mengapa hal ini terjadi?

Ditilik dari sudut pandang sosiologi, apa yang saat ini terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan konstruksi Covid-19 di antara negara, medis, dan masyarakat yang heterogen.

Hal ini dijelaskan oleh sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono.

"Kalau dalam sosiologi, fakta dan realitas Covid dan bahayanya itu dikonstruksi secara sosial, namanya social construction of reality," kata Drajat kepada Kompas.com, Minggu (30/8/2020).

Baca juga: Mengapa Film Tilik dan Karakter Bu Tedjo Bisa Viral?

Negara mengonstruksikan pandemi ini sebagai satu kondisi yang parah, berbahaya, dan terus meningkat, disampaikan melalui sosok juru bicara, dikeluarkan sejumlah kebijakan dan imbauan.

Medis menonstruksikan Covid-19 sebagai penyakit yang sangat membahayakan sampai-sampai merenggut jiwa para tenaga kesehatan.

Tapi masyarakat mengonstruksikannya dengan berbeda dan beragam.

"Di masyarakat yang beragam kelas sosialnya dan tingkat pengetahuannya, (Covid-19) ini juga mengalami konstruksi. Apa yang dikonstruksi mereka sekarang, faktanya sekarang ada gap, dan itu tidak hanya hari ini, sejak awal pemerintah mengumumkan pun ada gap," katanya lagi.

Baca juga: Segala Hal yang Perlu Kita Ketahui soal Pentingnya Penggunaan Masker

Tekanan hidup 

Terlebih pada hari ini, di mana tekanan hidup akibat pandemi sudah cukup lama dirasakan masyarakat.

"Gap ini memang akan selalu terjadi di masyarakat, hanya masalahnya gap ini gap negatif. Artinya arahnya itu pemerintah masih tetap konsiten ini bahaya, tetapi masyarakat mulai mendekonstruksi ini," jelas Drajat.

Baca juga: Virus Corona Menular Lewat Droplet dan Airborne, Apa Bedanya?

Menurutnya, masyarakat sudah mengartikan Covid-19 sebagai satu penyakit berbahaya yang sama saja dengan penyakit bahaya lainnya, seperti kanker, jantung, dan sebagainya.

"Siapa yang terinfeksi adalah dia yang kurang beruntung dan tengah mendapat musibah," kata Drajat.

Terkait tekanan yang dialami masyarakat, hidup yang dibatasi banyak aturan, keuangan yang terganggu, kehidupan sosial yang terkekang, dan lain-lain, Drajat mengatakan sesungguhnya masyarakat ingin keluar dari kondisi itu.

"Masyarakat ingin keluar dari sini. Selalu saja masyarakat punya mekanisme untuk kembali ke normal. Kondisi ekuilibrium namanya. Kalau saya lihat, terkait dangdut ini upaya pelepasan melalui hiburan ya," sebut Drajat.

Baca juga: Mengenal Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir

"Jalur pelepasan itu ia jelaskan biasanya melalui 4F: food, fashion, fun, dan faith.

"Itu yang membuat orang berkumpul, karena kalau enggak ngumpul enggak gayeng, kalau istilahnya di Jawa. Ini yang harusnya dikontrol, kontrolnya ya jangan hanya dilarang," ucapnya.

Cara mengontrol yang bisa dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan orang yang ditokohkan atau dipercaya oleh masyarakat luas.

Bisa tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lain-lain yang dalam sosiologi disebut sebagai reference actor.

"Cara ngontrolnya itu ya lewat penyanyinya, kalau musik. Penyanyinya yang diajak duduk dulu, bicara dulu, panitianya diajak duduk bagaimana strategi supaya ada musik tapi tidak bercampur, dan sebagainya," imbuh dia.

Baca juga: Sering Salah Arti, Ini Beda antara PNS dan ASN

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pandemi Covid-19. Arti Zona Merah, Oranye, Kuning, dan Hijau

 

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi