Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melacak Sejarah Masker dari Abad Ke-6 SM hingga Wabah Black Death

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock/Everett Collection
Sejarah masker
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Masker saat ini menjadi barang yang harus dibawa dan dikenakan saat beraktivitas di luar rumah.

Peraturan wajib mengenakan masker sudah banyak dikeluarkan berbagai negara sejak pandemi virus corona muncul dan menyebar di awal 2020 lalu.

Para ahli dan peneliti meyakini, penggunaan masker disertai dengan jaga jarak dan rajin mencuci tangan bisa menjadi cara efektif mencegah penularan virus termasuk virus corona. 

Keberadaan masker dan penggunaanya tidak muncul baru-baru ini saja. Sebab apabila dilacak lebih jauh, adanya masker sudah ada sejak ratusan tahun lalu. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masker mengalami berbagai perkembangan dari zaman ke zaman. Mulai dari bahan, model hingga penyebab penggunaanya. 

Baca juga: [HOAKS] Razia Masker dengan Denda Rp 250.000 di Kabupaten dan Kota Bandung

Berikut ini sejarah perkembangan masker di dunia:

Abad ke-6 SM

Sejarah awal masker banyak dihubungkan dengan penemuan beberapa gambar orang memakai kain untuk menutupi mulut mereka yang ditemukan di pintu makam Persia.

Gambar tersebut dianggap sejarah awal masker yang mungkin dimulai pada abad ke-6 SM.

Adapun di China, mengutip dari Global Times masker pertama kali diduga muncul pada masa Dinasti Yuan (1279-1368). Pada masa itu, masker di China berupa kerudung yang ditenun dengan sutra dan benang emas.

Hal tersebut berdasarkan catatan The Travelers of Marco Polo yang merupakan buku perjalanan orang Italia pada abad ke 13.

Buku tersebut menceritakan perjalanan Marco Polo ke China pada masa Dinasti Yuan.

Saat itu, diceritakan para pelayan yang melayani kaisar saat makan harus mengenakan sutra untuk menutup mulut dan hidung mereka.

Diyakini syal sutra tersebut akan menjaga napas para pelayan agar tak mempengaruhi bau dan rasa makanan.

Baca juga: Masyarakat Jepang dan Budaya Memakai Masker sejak Berbabad-abad Silam

Wabah Black Death

Sementara itu, pada abad ke-14, saat wabah Black Death menyebar ke Eropa hal ini juga mendorong munculnya penggunaan benda yang berbentuk mirip masker wajah.

Pada abad ke-16, seorang dokter Perancis Charles de Lorme menemukan masker bentuk paruh.

Saat itu dirinya memasang kaca di rongga mata guna memastikan jarak pandang.

Adapun di bagian ujung paruh diletakkan parfum, rempah-rempah atau obat-obatan yang wangi termasuk daun mint, dan kamper guna menyaring penyakit.

Penggunaan masker paruh itu kemudian dilengkapi dengan topeng, topi, syal, jubah, celana panjang, sarung tangan, sepatu dan tongkat berjalan.

Rangkaian pakaian itu kemudian disebut “setelan paruh”. Setelan paruh ini kemudian berkembang menjadi simbol kematian yang menakutkan akibat wabah yang saat itu meluas.

Pada abad yang sama, seorang pelukis terkenal, Leonardo da Vinci memberikan usulan perendaman kain dalam air lalu meletakkannya pada wajah untuk menyaring bahan kimia beracun yang berasal dari sitem pernapasan manusia.

Metode ini sendiri masih efektif dan banyak dipakai dalam panduan keluar dari kebakaran hingga saat ini.

Baca juga: Wabah Pes Muncul di China, Dulu Sebabkan ‘Black Death’ yang Tewaskan Jutaan Jiwa

Perkembangan modern

Desain masker kemudian mengalami terobosan maju pada abad ke 19.

Bermula pada tahun 1827 seorang ilmuwan asal Skotlandia Robert Brown menemukan “Gerakan Brownian”.

Secara teoritis hukum ini membuktikan mengenai efek perlindungan masker terhadap debu.

Selanjutnya pada tahun 1848, masker buatan Amerika, Lewis Hassley yang diperuntukkan bagi penambang menjadi masker pertama yang dipatenkan sebagai masker pelindung.

Ini sekaligus menjadi tonggak dalam sejarah perkembangan masker wajah.

Masker pada tahap ini mirip masker gas. Hassley mengajukan paten pada tahun 1849 dengan nomor 6.529.

Pada tahun 1861, seorang ahli biologi, mikrobiologi dan kimiawan Perancis Louis Pasteur membuktikan bahwa di udara terdapat bakteri.

Penemuan ini kemudian mendorong semakin banyaknya orang mulai memperhatikan mengenai desain masker modern.

Sebagai contoh, seorang dokter Perancis yang mulai membuat masker dari enam lapis kain kasa.

Ia menjahit masker pada kerah gaun bedah di tahun 1899.

Saat menggunakannya, dokter hanya perlu membalikkan kerah untuk kemudian dipakai.

Lambat laun, masker berkembang menjadi bentuk yang bebas diikat dan digantung di telinga dengan tali melingkar yang melahirkan desain masker modern.

Adapun pada akhir Dinasti Qing (1644-1911) ilmuwan medis Cina Wu Liande menemukan masker yang terbuat dari dua lapis kain kasa yang disebut “masker WU” sebagai respon terhadap adanya wabah penyakt di China Timur Laut.

Masker ini banyak menuai pujian dari ahli di banyak negara karena mudah dibuat, biaya produksi rendah dan bahan mudah didapat.

Desain baru

Saat mulai muncul wabah penyakit menular seperti flu, dan muncul kabut asap dari industri modern, bahan dalam masker pun juga terus berkembang.

Hal itu untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyaring virus maupun polusi supaya lebih baik. Termasuk saat pandemi SARS tahun 2003 dan kabut asap tahun 2012.

Istilah PM2.5 mulai dikenal publik, dan penggunaan masker N95 maupun KN90 yang mampu menyaring partikel PM 2.5 ini menjadi populer.

Baca juga: Studi: Masker N95 Lebih Unggul Lindungi Petugas Medis dari Virus Corona

Perusahaan masker N95, 3M yang merupakan singkatan dari Minnesota and Manufacturing Co telah memproduksi masker N95 sejak 1967. Masker N95 sendiri ide pembuatan masker berasal dari desaian bra.

Mengutip dari House Beautifull, Prototipe N95 pertama berasal dari ide Sara Little Turnbull yang menggunakan pencetak cup bra sebagai pencetak maskernnya.

Sara merupakan pekerja di pabrik 3M. Awalnya ia ditugaskan ke divisi pembungkus kado dan pita. Saat itu, erusahaan tengah memikirkan bahan bukan tenun untuk membuat pita kaku.

Namun dirinya melihat potensi lain. Awalnya ia memanfaatkan bahan itu untuk membuat cup bra yang dicetak

Di saat yang sama, Sara tengah merawat keluarganya yang sakit yang menyebabkan ia menghabiskan banyak waktu dengan dokter dan perawat yang kerap memakai masker yang diikat.

Saat itulah Sara terpikirkan memanfaatkan desain branya untuk membuat masker semacam itu, dimana ia pas untuk ditangkupkan ke wajah sehingga masker dapat berfungsi dengan baik.

Akhirnya ide Sara disetujui oleh 3M dan pada 1961 masker medis ringan pertama berdasarkan desain cup bra dirilis.

Sementara itu masker yang berukuran dewasa mungkin tak cocok untuk anak-anak. Karena itulah sebuah perusahaan teknologi Airmotion bekerjasama dengan studio desain Denmark Kilo Design mulai membuat masker khusus anak yang diberi nama Woobi Play.

Woobi Play menggunakan dua port yang dirancang khusus dengan ukuran besar di kiri dan kecil di kanan.

Bagian besar untuk bernafas dan kecil untuk menghembuskan napas. Adapun bagian tengah adalah elemen filter lipat spiral yang dapat menyaring 95 persen polutan dalam tiga dimensi. 

Baca juga: Penjelasan Sederhana soal Keampuhan Masker Mencegah Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi