Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100 Dokter Meninggal karena Covid-19, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
Instagram: Pandemic Talks
Tangkapan layar unggahan 100 dokter meninggal dunia akibat Covid-19.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Enam bulan sejak laporan kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 174.796 kasus. 

Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.417 orang meninggal dunia. Sementara 125.959 orang dinyatakan pulih. 

Dari jumlah korban meninggal tersebut, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sudah genap 100 dokter yang gugur dalam melawan virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 pada Sabtu (30/8/2020).

Adapun nama-nama dokter tersebut berasal dari sejumlah daerah yang tersebar di Jawa, Sulawesi, Bali, Sumatera, Kalimantan, Kepulauan Riau, hingga Papua.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: IDI Berduka, 100 Dokter Meninggal akibat Corona

Berikut 100 nama dokter yang telah berjibaku melawan Covid-19 hingga akhir hayatnya.

DKI Jakarta

Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna (Guru Besar FKM UI/IDI Jakarta Timur)
dr. Bartholomeus Bayu Satrio (IDI Jakarta Barat)
dr. Hadio Ali K, Sp.S (IDI Jakarta Selatan)
dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ (IDI Jakarta Timur)
dr. Ratih Purwarini, MSi (IDI Jakarta Timur)
Laksma (Purn) dr. Jeanne PMR Winaktu, SpBS (IDI Jakarta Pusat)
Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH (Guru besar Epidemiologi FKM UI)
dr. Lukman Shebubakar SpOT (K) (IDI Jakarta Selatan)
dr. Heru S. meninggal di RSPP (IDI Jakarta Selatan)
dr. Naek L. Tobing, SpKJ (IDI Jakarta Selatan)
dr. Sudadi, MKK, SpOK (IDI Jakarta Pusat)
dr. Elida Ilyas, SpKFR (K) (IDI Jakarta)
dr. Nastiti Noenoeng Rahajoe, SpA (K) (IDI Jakarta Pusat)
dr. Paulus Sp.PD (IDI Jakarta Pusat)

D.I. Yogyakarta

Prof. dr. Iwan Dwi Prahasto (Guru Besar FK UGM)
dr. R. Nurul Jaqin SpB (IDI Yogyakarta)

Jawa Barat

dr. Exsenveny Lalopua, M.Kes (IDI Kota Bandung)
dr. Djoko Judodjoko, Sp.B (IDI Bogor)
dr. Adi Mirsa Putra, Sp.THT-KL (IDI Bekasi)
dr. Wahyu Hidayat, SpTHT (IDI Kab. Bekasi)
dr. Karnely Herlena (IDI Depok)
dr. Soekotjo Soerodiwirio SpRad (IDI Kota Bandung)
dr. Mikhael Robert Marampe (IDI Kab. Bekasi)
dr. Adi Rahmawan (IDI Depok)

Jawa Timur

dr. Berkatnu Indrawan Janguk (IDI Surabaya)
dr. Boedhi Harsono (IDI Surabaya)
dr. Soeharno (IDI Kediri)
dr. Bendrong Moediarso, SpF, SH (IDI Surabaya)
dr. H. Dibyo Hardianto (IDI Bangkalan)
dr. Deny Dwi Yuniarto (IDI Sampang)
dr. Gatot Prasmono (IDI Sidoarjo)
dr. Sukarno (IDI Sidoarjo)
dr. Budi Luhur (IDI Gresik)
dr. Deni Chrismono Raharjo (IDI Surabaya)
dr Arif Agoestono Hadi (IDI Lamongan)
dr. Djoko Wiyono (IDI Surabaya)
dr. Arief Basuki SpAn (IDI Surabaya)
dr. Putri Wulan Sukmawati (PPDS Anak FK Unair/RS Soetomo Surabaya)
dr. Agus Pramono (IDI Sidoarjo)
dr. Pepriyanto Nugroho (IDI Blitar)
dr. Sulis Bayu Sentono, dr., M.Kes., Sp.OT (K) (IDI Surabaya)
Prof. dr. R. Mohammad Muljohadi Ali, Sp.FK (IDI Malang Raya)
dr. Abdul Choliq (IDI Probolinggo)
dr. M. Ali Arifin (IDI Sidoarjo)
dr. Sony Putrananda (IDI Blitar)
dr. Ach. Chusnul Chuluq Ar, MPH (IDI Malang Raya)
dr. Riyanto SpOG (IDI Tuban)
dr. Ignatius Tjahjadi SpPD (IDI Surabaya)
dr. Hilmi Wahyudi (IDI Gresik)

Jawa Tengah

dr. Esis Prasasti Inda Chaula, SpRad (IDI Tegal)
dr. Sang Aji Widi Aneswara (IDI Semarang)
dr. Elianna Widiastuti (IDI Semarang)
dr Ane Roviana (IDI Jepara)
dr. Sovian Endi (IDI Grobogan)
dr. Ahmadi NH, Sp.KJ (IDI Semarang)
dr. M. Fahmi Arfa'i (IDI Semarang)
dr. Edi Suwasono (IDI Kota Malang)
dr. Hery Prasetyo (IDI Blora)

Banten

dr. Ketty di RS Medistra (IDI Tangerang Selatan)

Bali

dr. Nyoman Sutedja, MPH (IDI Denpasar)
dr. I Wayan Westa, Sp.KJ (K) (IDI Denpasar)
dr. I Nyoman Sueta (IDI Denpasar)
dr. I Made Widiartha Wisna (IDI Buleleng)

Sumatera Utara

dr. Donni (IDI Deli Serdang)
dr. Ucok Martin Sp. P (IDI Medan)
dr. Irsan Nofi Hardi Nara Lubis, Sp.S (IDI Medan)
dr. Anna Mari Ulina Bukit (IDI Medan)
dr. Aldreyn Asman Aboet, SpAN, KIC (IDI Medan)
dr. Sabar Tuah Barus SpA (IDI Medan)
dr. Daud Ginting, SpPD (IDI Medan)
dr. Dennis (IDI Medan)
dr. Edwin Marpaung, SpOT (IDI Medan)
dr. Andhika Kesuma Putra, Sp.P (K) (IDI Medan)
dr. Ahmad Rasyidi Siregar, SpB (IDI Medan)
dr Herwanto SpB (IDI Kisaran)
dr. Maya Norismal Pasaribu (IDI Labuhan Batu Utara)
dr. M. Hatta Lubis, SpPD (IDI Padang Sidempuan)
dr. H. Muhammad Arifin Sinaga, MAP (IDI Langkat)

Sumatera Selatan

dr. Efrizal Syamsudin, MM (IDI Prabumulih)
dr. Fatoni (IDI Ogan Komuring Ulu)
dr. John Edward Feridol Sipayung (IDI Siantar Simalungun)
Prof. dr. H. Mgs. Usman Said, SpOG (K) (IDI Palembang)
dr. H. Khiarul Saleh, SpPD (IDI Palembang)

Kepulauan Riau

dr. Amir Hakim Siregar SpOG (IDI Batam)
dr. HM Syamsu Rizal (IDI Natuna)

Kalimantan Timur

dr. Miftah Fawzy Sarengat (PPDS FK Unair, RS Soetomo, IDI Balikpapan)
dr. Sriyono (IDI Balikpapan)
dr. H. Edisyahputra Nasution (IDI Samarinda)

Kalimantan Selatan

Prof. Dr. H. Hasan Zain, Sp.P (IDI Banjarmasin)
DR. dr Heru Prasetya, SpB, SpU (IDI Banjarmasin)
dr. Zulkiflie Saleh (IDI Banjarmasin)
dr. Aris Sugiharjo, SpPD (IDI Banjarmasin)

Nusa Tenggara Barat

dr. Asriningrum Sp.S (IDI Mataram)

Sulawesi Selatan

dr. Bernadette Sp THT meninggal di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (IDI Makassar)
dr. Herry Nawing SpA (IDI Makassar)
dr. Theodorus Singara SpKJ (IDI Makassar)
Prof. dr. Andi Arifuddin Djuanna, SpOG (K) (IDI Makassar)
dr. Adnan Ibrahim, SpPD (IDI Makassar)
dr. Muh. Rum Limpo SpB (IDI Selayar)

Papua Barat

dr. Titus Taba SpTHT-KL (IDI Sorong)

Baca juga: 100 Dokter Meninggal akibat Corona, Epidemiolog Nilai Kerugian Besar Bagi Indonesia

Menilik Kesulitan Nakes dalam Melawan Covid-19

Sementara itu, informasi mengenai gugurnya para dokter ini juga disampaikan oleh platform info dan data terkini seputar Covid-19 di Indonesia dari spektrum sains dan ekosos, Pandemic Talks.

Salah satu inisiatornya, Firdza Radiany mengungkapkan sejumlah penyebab meninggalnya para dokter itu disebut karena sistem dan kapasitas rumah sakit yang mulai penuh.

"(Dokter-dokter tersebut meninggal) karena kapasitas RS mulai penuh, occupancy rate nasional mencapai 41 persen. Dan sudah 14 provinsi yang ada di atas rata-rata nasional. Malahan Papua dengan kondisi terburuk yakni overcapacity 107 persen," ujar Firdza saat dihubungi Kompas.com, Senin (31/8/2020).

Occupancy rate adalah ketersediaan tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19.

Selain itu, occupancy rate juga merupakan prosentase jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit dibagi jumlah tempat tidur RS yang disediakan.

Firdza menambahkan, dengan angka-angka occupancy rate itu menyebabkan penuhnya jam kerja tenaga kesehatan termasuk para dokter.

"Load kerja penuh, mungkin perlu ditelaah lagi sistem kerja maksimal 6 jam dan shifting time-nya," ujar dia.

Mengenai data berdasarkan occupancy rate terbesar dari 14 provinsi yang tercatat dapat disimak di akun Instagram Pandemic Talks.

Baca juga: 100 Dokter Gugur Akibat Covid-19, Apa yang Perlu Dievaluasi?

Langkah yang harus dilakukan Indonesia

Lebih lanjut, pihak Pandemic Talks juga memberikan sejumlah saran yang sekiranya dapat dilakukan pemerintah guna menyeimbangkan kadar occupancy rate.

  • Menekan positive rate (13,4 persen) di mana standar WHO sebesar 5 persen, berarti menekan penyebaran virus. Agar jumlah kasus tidak semakin banyak.

Jika kasus semakin banyak, jumlah keterisian tempat tidur RS akan berkurang.

  • Fokus pada pencegahan jumlah kasus dan jumlah pasien aktif, bukan fokus pada kenaikan persen tingkat kesembuhan dan penurunan persen kasus aktif.

Pencegehan tersebut berupa kebijakan-kebijakan, misal larangan/denda berkumpul di keramaian, mobilitas antar provinsi dikurangi, dan lainnya.

  • Pemerintah mulai memerhatikan daerah-daerah yang tingkat occupancy rate-nya tinggi seperti Papua.

Misal dengan membangun rumah sakit khusus, menambah rumah sakit rujukan, mengalihfungsikan fungsi hotel menjadi rumah sakit.

  • Perhatikan ketersediaan tempat tidur, faskes, nakes, dan lainnya untuk pasien non Covid-19.

Baca juga: 100 Dokter Gugur akibat Covid-19, Anggota Komisi IX Minta Pemerintah Evaluasi Diri

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi