KOMPAS.com - Negara Jepang salah satu wilayah yang kerap dilanda gempa bumi. Sehingga tak heran apabila protokol terkait gempa diajarkan sejak dini di sekolah-sekolah dan selalu dilatih setiap waktu.
Hal itu untuk mengantisipasi banyaknya jatuh korban ketika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi di Jepang.
Seperti yang terjadi pada 1 September 1923, atau tepatnya 97 tahun lalu.
Salah satu gempa bumi dengan dampak yang sangat besar dalam sejarah dunia menghantam dataran Kanto, Jepang.
Gempa itu juga menghancurkan wilayah metropolitan Tokyo, Yokohama, dan sekitarnya.
Baca juga: Peringatan Pemerintah Akan Waspada Gempa dan Cuaca Ekstrem Saat Masuki September...
Great Kanto
Dilansir Britannica, gempa itu disebut juga dengan gempa Great Kanto. Kekuatannya mencapai 7,9 SR.
Gempa terjadi menjelang tengah hari. Sekitar 140.000 orang menjadi korban gempa ini apalagi juga disusul dengan kejadian kebakaran.
Lebih dari separuh bangunan bata dan sepersepuluh dari struktur beton bertulang di wilayah itu runtuh.
Tak hanya itu, guncangan gempa tersebut juga memicu munculnya tsunami yang ketinggiannya mencapai 39,5 kaki (12 meter) di Atami, Teluk Sagami, Prefektur Kanagawa.
Tsunami itu menghancurkan 155 rumah dan menewaskan 60 orang. Lalu bagaimana kronologi peristiwanya?
Diikuti tsunami dan kebakaran
Dikutip Smithsonian Magazine, Mei 2011, guncangan pertama kali terjadi pada pukul 11.58 pagi.
Gempa berasal dari patahan seismik, 6 mil (9,6 km) di dasar Teluk Sagami (yang letaknya 30 mil atau 48 km selatan Tokyo).
Guncangan awal diikuti tsunami beberapa menit kemudian. Rentetan ombak yang menjulang tinggi menyapu ribuan orang.
Di sisi lain, muncul api yang mengamuk di rumah-rumah kayu di Yokohama dan Tokyo. Api membakar semua yang dilaluinya.
Menurut satu laporan polisi, kebakaran terjadi di 83 lokasi pada pukul 12.15. Lima belas menit kemudian, api menyebar menjadi 136 lokasi.
Orang-orang melarikan diri ke arah Sungai Sumida, mereka berjumlah ratusan saat jembatan runtuh.
Baca juga: BMKG Ungkap 9 Wilayah Zona Aktif Gempa yang Mungkin Berlanjut hingga September 2020
Puluhan ribu mengungsi
Puluhan ribu kelas pekerja Jepang mengungsi di sebidang tanah kosong dekat sungai. Api menutup dari segala arah.
Kemudian, pada pukul 4 sore, tornado api setinggi 300 kaki berkobar di seluruh area. Dari 44.000 orang yang berkumpul di sana, hanya 300 yang selamat.
Secara keseluruhan, 45 persen Tokyo terbakar sebelum bara api terakhir padam pada 3 September.
Korban tewas akibat gempa itu adalah 140.000 orang termasuk 44.000 orang yang mengungsi di dekat Sungai Sumida, Tokyo.
Gempa membuat warga Jepang kala itu trauma dan juga di sisi lain membangkitkan gairah nasionalis dan rasa persatuan.
Sebelum Gempa Besar Kanto melanda, Jepang sangat optimis. Tidak ada pusat yang melambangkan dinamisme negara lebih dari Yokohama, yang dikenal sebagai Kota Sutra.
Yokohama telah tumbuh menjadi kota kosmopolitan berpenduduk setengah juta.
Itu menarik pengusaha, buronan, pedagang, mata-mata, dan drifters dari seluruh penjuru dunia. Gempa Besar Kanto melenyapkan semua itu
Satu-satunya gempa bumi Jepang pada abad ke-20 yang sebanding dengan gempa itu adalah gempa di Kobe pada 17 Januari 1995.
Gempa itu menyebabkan 6.400 orang tewas, kerusakan parah, kebakaran yang luas, dan tanah longsor.
Baca juga: Gempa 4,7 M Guncang Pacitan, Ini Hasil Analisis BMKG
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.