Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis BMKG soal Puncak Kemarau di Bulan September...

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi cuaca panas
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Memasuki bulan September, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memaparkan bahwa suhu cuaca yang cukup panas masih akan terjadi di Indonesia.

Sebelumnya, suhu panas sekitar 30-33 derajat celsius terasa di DKI Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan sekitarnya pada siang hari.

Lantas, apa yang sedang terjadi dan apa dampaknya?

Kasubbid Analisis Informasi Iklim BMKG, Adi Ripaldi mengatakan, pada September ini dinilai sebagai periode puncak musim kemarau.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab, Indonesia hanya mengalami dua musim yakni musim kemarau dan musim penghujan.

"September merupakan periode puncak musim kemarau di sebagian besar Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara," ujar Adi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (1/9/2020).

Baca juga: Selain Indah, Embun Es di Dieng Juga Bermanfaat bagi Petani, Simak Penjelasannya...

Peningkatan suhu udara

Menurutnya, pada periode tersebut cuaca yang paling dominan yakni cuaca cerah atau berawan di mana sedikit sekali jumlah awan yang tampak.

Adi mengatakan, kondisi itu mengakibatkan suhu udara yang dirasakan oleh masyarakat menjadi panas dan gerah di siang hari dan terasa dingin menjelang pagi dan dini hari.

"Karena dengan sedikit jumlah awan akan terasa pancaran sinar matahari terasa maksimum untuk dirasakan oleh masyarakat, ditambah saat musim kemarau yang kering di mana partikulat debu cukup banyak bertebaran di udara," kata dia.

Baca juga: Ramai soal Suhu Dingin di Sejumlah Daerah, Kapan Akan Berakhir?

Hal inilah yang menambah rasa gerah di kala siang hari.

Kondisi sebaliknya dirasakan pada malam hari dan menjelang dini hari.

"Jelang dini hari atau pagi hari, udara akan terasa sangat dingin karena Bumi sudah mengembalikan energi panasnya ke atmosfer dengan begitu cepat, karena tidak terhalang awan-awan pada malam atau dini hari," imbuh dia.

Baca juga: Suhu Dingin, Simak Pesan Dokter agar Tidak Mudah Sakit...

Suhu September capai 34 derajat celsius

Di sisi lain, Adi mengungkapkan, suhu udara yang akan terjadi pada periode September akan berkisar antara 22-34 derajat celsius.

"Sebenernya perlu diketahui pada periode Juli-Agustus-September rata-rata suhu di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara justru merupakan periode suhu rendah dibanding bulan-bulan lainnya," ujar Adi.

Sebab, hal ini berkaitan dengan posisi gerak semu matahari yang sedang berada di belahan Bumi Utara sejak Juni, serta pada periode Juni-Juli-Agustus yang dipengaruhi juga oleh instrusi udara dingin dari Benua Australia.

Baca juga: Hujan di Saat Musim Kemarau, Mengapa Bisa Terjadi?

Saat itu, Benua Australia sedang mengalami musim dingin.

"Sehingga, pada periode tersebut masyarakat di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara merasakan hawa atau suhu udara lebih dingin dari biasanya," lanjut dia.

Penyebab suatu wilayah mengalami cuaca ekstrem

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Agie Wandala mengatakan ada sejumlah penyebab suatu wilayah mengalami cuaca panas yang ekstrem.

Berikut rinciannya:

  1. Penyinaran matahari merupakan faktor utama dari suhu yang memanas. Posisi matahari yang saat ini berada di khatulistiwa menjadikan wilayah Indoensia memiliki suhu yang panas.
  2. Tidak adanya tutupan awan yang menyebabkan sinar matahari dapat langsung ke Bumi.
  3. Kadar uap air di udara. Relatif humidity (kelembapan udara) yang kering menyebabkan suhu lebih panas.
  4. Faktor topografi wilayah juga berpengaruh, ditambah jika wilayah urban yang lebih cepat dampaknya untuk suhu panas.

Baca juga: Setelah Berolahraga, Sebaiknya Mandi Air Dingin atau Air Panas?

KOMPAS.com/Dhawam Pambudi Infografik: Cuaca Panas, Waspada "Heat Stroke"

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi