KOMPAS.com - Seiring terus bertambahnya jumlah kasus konfirmasi positif virus corona di dunia, semua orang kini menantikan kehadiran vaksin untuk melindungi mereka dari infeksi.
Update dari Worldometers, hingga saat ini ada 25.638.129 orang yang telah terinfeksi virus corona di seluruh dunia.
Dari jumlah tersebut, 854.773 orang meninggal dunia dan 17.942.758 orang dinyatakan sembuh.
Namun, meskipun nantinya vaksin virus corona sudah berhasil tersedia hal tersebut tidak serta merta langsung menghentikan pandemi.
Sebab untuk memberikan vaksin kepada seluruh warga dunia bisa memerlukan waktu bertahun-tahun. Terlebih disebutkan, kemungkina vaksin perlu dilakukan lebih dari sekali.
Baca juga: Asam Amino Unik di Virus Corona Indonesia, Apa Memengaruhi Vaksin?
Waktu bertahan antibodi
Melansir Business Insider, Selasa (1/9/2020) sejumlah penelitian menemukan indikasi bahwa antibodi virus corona menghilang setelah beberapa minggu atau bulan.
Meskipun sistem kekebalan manusia memiliki lebih dari satu garis pertahanan, temuan itu menunjukkan bahwa kekebalan terhadap virus, baik yang dihasilkan secara alami karena pernah terinfeksi atau sebagai hasil dari vaksin, mungkin juga bersifat sementara.
Karena kemanjuran vaksin bergantung pada kemampuannya untuk mendorong tubuh menghasilkan antibodi yang melindungi dari infeksi di masa mendatang, kemungkinan besar orang akan memerlukan dua dosis vaksin virus corona dalam selang beberapa minggu agar efektif.
Beberapa ahli menyarankan agar vaksinasi dilakukan secara teratur dan berulang.
"Jika kekebalan ternyata cepat menghilang, kita akan membutuhkan vaksinasi ditambah vaksinasi ulang secara berkala," kata ahli ekologi penyakit Marm Kilpatrick.
Baca juga: Setelah Vaksin Virus Corona Tersedia, Lalu Bagaimana Selanjutnya?
Kendala vaksinasi ulang
Melansir CNN International, Senin (1/9/2020) kebutuhan akan vaksinasi ulang, kemungkinan besar akan menyebabkan sejumlah kendala.
Beberapa masalah yang mungkin timbul adalah dari segi logistik. Kesulitan dalam mendapatkan alat uji dan alat pelindung di seluruh titik pandemi, hingga masalah rantai pasokan yang juga dapat mengganggu pendistribusian dosis ganda vaksin untuk seluruh negara.
Kemudian, permasalahan potensial lainnya adalah meyakinkan orang untuk mendapatkan vaksin tidak hanya sekali, tetapi dua kali, bisa menjadi usaha yang berat.
"Tidak diragukan lagi bahwa ini akan menjadi program vaksinasi terbesar dan paling rumit dalam sejarah manusia, dan itu akan membutuhkan upaya, tingkat kecanggihan, yang belum pernah kita coba sebelumnya," kata Dr. Kelly Moore, seorang profesor kebijakan kesehatan di Vanderbilt University.
Beban logistik
Bila setiap orang butuh vaksinasi, setidaknya dua kali, maka membuat 548 juta dosis untuk 274 juta orang di Indonesia akan butuh kerja keras.
Bayangkan lagi apabila itu menyangkut dengan sekitar 7,8 miliar penduduk bumi.
"Kita sedang bicara tentang dua kali vaksinasi, yang berarti butuh dua kali lipat jumlah vaksin," kata Nada Sanders, seorang profesor manajemen rantai pasokan di Universitas Northeastern.
Baca juga: Peneliti Sarankan Jangan Terlalu Berharap pada Vaksin, Ini Alasannya
Sanders mengatakan, masalah penggandaan tidak hanya soal vaksinnya, tetapi juga segala sarana pendukungnya.
"Jarum suntiknya, bisakah digandakan? Bisakah botolnya digandakan? Semua orang harus menerima vaksin dua kali, dan mereka semua harus mendapatkannya tepat waktu di berbagai tempat," kata Sanders.
Sanders mengatakan, dia khawatir, mengingat pandemi Covid-19 selama ini penuh dengan masalah logistik, termasuk penundaan tes, dan kesulitan menyediakan alat pelindung bagi petugas kesehatan.
Permasalahan tersebut bahkan dimulai sebelum pandemi, ada kekurangan Shingrix, vaksin untuk herpes zoster.
"Kami berbicara tentang ketepatan seperti itu, dan kami tidak bisa menggunakan APD dengan benar, jadi saya khawatir," kata Sanders.
"Ada banyak kelemahan di seluruh rantai pasokan ini, banyak. Jika kita tidak mengatasi ini sekarang, kemungkinan kegagalannya sangat tinggi," imbuhnya.
Faktor manusia
Menurut jajak pendapat CNN yang dilakukan bulan ini, 40 persen orang Amerika mengatakan mereka tidak akan mendapatkan vaksin, meskipun gratis dan mudah didapat.
Melihat hal itu, sepertinya akan sulit untuk membuat mayoritas orang Amerika untuk mendapatkan vaksin, apalagi dua kali.
Bahkan bagi mereka yang benar-benar menginginkan vaksin, masih merupakan permasalahan besar agar mereka datang dua kali.
Orang-orang harus ingat untuk datang untuk kedua kalinya. Mereka mungkin harus mengambil cuti, dua kali. Mereka mungkin harus menunggu dalam antrean panjang, dua kali. Mereka mungkin mengalami efek samping yang tidak menyenangkan, seperti demam, dua kali.
Direktur Pusat Penelitian Penyakit Menular di Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed Dr. Nelson Michael, mengatakan Ada beberapa cara untuk mengatasi kendala ini.
Misalnya, dengan mengadakan klinik keliling untuk memberikan vaksin kepada orang-orang daripada sebaliknya.
"Ini adalah hal-hal yang menurut saya perlu kita pikirkan, untuk memastikan bahwa kita dapat mendorong orang untuk kembali, untuk membuatnya semudah mungkin bagi mereka untuk mematuhi regimen dua suntikan," kata Michael.
"Saya pikir jika Anda memberikan kemudahan itu, mereka akan menemukan jalan. Namun, usaha untuk mencapai hal itu akan sangat sulit," imbuhnya.
Baca juga: Indonesia Impor 50 Juta Calon Vaksin Corona dari China, Ahli: Perlu Antisipasi Jika Gagal
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.