Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saran IDI dan Sulitnya Mencari Kamar Perawatan Covid-19...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA
Seorang pasien reaktif asal luar daerah di ruang isolasi Covid-19 RSUD Soekardjo Tasikmalaya, meninggal setelah sepekan dirawat, Rabu (19/8/2020).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penyebaran kasus corona di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Korban jiwa akibat virus yang disebut bermula di Wuhan, China tersebut bahkan terus bertambah.

Selain masyarakat biasa, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat setidaknya seratusan dokter turut menjadi korban virus SARS-CoV-2 tersebut.

Hingga Senin (31/8/2020), tercatat ada sebanyak 174.796 orang yang terinfeksi virus corona.

Baca juga: Tanggapan IDI soal Tudingan Kasus Corona merupakan Proyek Memperkaya Dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak luas

Dari jumlah itu, 125.959 orang sembuh, namun 7.417 lainnya meninggal dunia. Sehingga pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan ada 41.420 orang.

Meninggalnya ratusan dokter tersebut, membawa dampak luas.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, dampak meninggalnya seratusan dokter tersebut akan bertambah berat dengan pasien Covid-19 yang semakin hari semakin bertambah.

Hal ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami hal yang sama dan mengakibatkan berkurangnya jumlah kamar perawatan.

"Apalagi pada posisi sekarang ini jumlah pasiennya makin meningkat. Kejadian pagi ini ada kolega saya yang mau cari kamar, tapi katanya penuh semua," kata Zubairi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (1/9/2020).

 

"Ini di Jakarta, rumah sakit penuh, cari bed susah. Jadi makin penuh rumah sakit, makin tinggi juga penularan terhadap tenaga kesehatan," terang Zubairi.

Baca juga: Mengapa 100.000 Kasus Covid-19 di Indonesia Tak Membuat Rumit Rumah Sakit?

Cakupan tes yang belum masif

Menurut dia, sulitnya mencari ruang perawatan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, khususnya yang kini jumlah kasusnya mengalami peningkatan.

"Bukan hanya ruang perawatan, ruang ICU juga penuh. Ini confirm," jelas dia.

Lebih lanjut, Zubairi juga menyoroti soal cakupan tes yang belum masif.

Ia pun menyarankan kepada pemerintah untuk meningkatkan lagi jumlah tes yang dilakukan setiap harinya.

"Saya juga menyoroti soal cakupan tes yang sedikit. Tesnya kok dikit amat. Padahal kalau tesnya bayak akan kelihatan lagi kasusnya," imbuh dia.

Baca juga: Soal Kalung Antivirus Kementan, Ini Tanggapan IDI

Saran dari IDI

Oleh karenanya, IDI memiliki beberapa saran dan masukan kepada pemerintah selaku penanggung jawab keselamatan para dokter.

Berikut di antaranya:

1. Pemerintah bertanggung jawab menjaga keselamatan dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dan pencegahan infekai yang ketat di fasilitas kesehatan.

2. Bagi rumah sakit yang tidak layak atau terstandar pelayanan Covid-19, tidak perlu menjadi rumah sakit Covid-19. Pemerintah harus mengatur rumah sakit Covid-19 dan non Covid-19.

Baca juga: Vaksin Corona dari Oxford Dinilai Aman, Dijanjikan Siap pada September

 

3. Dokter harus memperlakukan semua pasien adalah Covid, jangan lengah, patuhi standar APD.

Selalu pakai APD level 3 di rawat jalan atau rawat pasien biasa. Lebih baik mencegah daripada sakit dan jangan lalai sedikit pun dari hal-hal yang dapat membuat dokter terpapar.

4. Dokter untuk sementara, sebaiknya tidak kontak langsung dengan keluarga, sejawat lain atau teman-teman. Lebih baik menggunakan WhatsApp atau video call untuk sosialisasi atau silaturahminya.

5. Keluarga inti yang tinggal bersama dokter untuk tidak bergaul bebas dengan orang lain karena anak atau istri bisa menjadi penular.

Baca juga: Studi: Virus Corona Terdeteksi pada Anak-Anak Selama Berminggu-minggu

6. Dokter berusaha cukup istirahat, olahraga dan makan makanan yang bergizi. Karena itu, batasi jumlah tempat praktik, lama praktik, dan jumlah pasien.

7. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan harus mengatur jam maksimal seorang dokter yang memberikan pelayanan Covid-19. Harus ada istirahat minimal sehari setelah bekerja selama sehari penuh.

8. Kemenkes dan asosiasi rumah sakit harus memantau rumah sakit yang paksakan dokter untuk kerja seperti biasa karena untuk kejar pendapatan rumah sakit. Dokter dapat menyampaikan kepada IDI jika ada rumah sakit seperti ini.

Baca juga: Berikut 4 RS yang Sempat Ditutup karena Tenaga Medisnya Terpapar Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Tingkat Risiko Kegiatan pada Masa Pandemi Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi