Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

18 Fenomena Antariksa pada September 2020, Apa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Vadim Sadovski
Ilustrasi planet di dalam Tata Surya.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sejumlah fenomena antariksa menanti di bulan September 2020. Setidaknya 18 fenomena akan terjadi, mulai dari fase-fase bulan, konjungsi Mars hingga oposisi Neptunus.

Perlu diketahui, setiap planet mengitari Matahari di orbitnya masing-masing.

Orbit planet itu tidak ada yang benar-benar bulat sempurna, namun semua orbit planet di tata surya disebutkan berbentuk elips.

Baca juga: NASA Tawarkan Rp 502,3 Juta untuk Desain Toilet di Bulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari orbit planet tersebut memuncukan peristiwa langit yakni konjungis dan oposisi.

Kapan planet-planet itu mengalami konjungsi dan oposisi, semua bergantung pada letak planet tersebut.

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antarikas (Lapan) Andi Pangerang mengatakan, akan ada banyak fenomena antariksa yang menarik.

"September ini ada beraneka ragam fenomena antariksa, mulai dari fase-fase Bulan sampai dengan Oposisi Neptunus," kata Andi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (2/8/2020).

Baca juga: Mitos Seputar Gerhana, Dulu Ditakuti Kini Justru Dinanti...

Baca juga: Berikut Foto Komet Neowise di Indonesia dan Analisis Lapan Terkait Penampakannya...

Berikut fenomena astronomi yang akan terjadi pada September 2020:

Rabu, 2 September: Fase Bulan Purnama

Andi mengungkapkan, puncak purnama kali ini akan terjadi pada pukul 12.21 WIB dengan jarak geosentris 399.200 kilometer dan diameter sudut 29,5 menit busur.

Pengamat di wilayah Indonesia bagian Barat dapat menikmati purnama selama dua hari berturut-turut yakni pada malam hari tanggal 1 dan 2 September karena puncak purnama berdekatan dengan tengah hari.

"Bulan purnama dapat diamati pada arah Timur-Menenggara hingga BaratBarat Daya dan terletak pada konstelasi Akuarius," jelas Andi.

Ia menambahkan purnama ini dapat disebut juga sebagai Bulan Jagung Penuh (Full Corn Moon) dan Bulan Jelai Penuh (Full Barley Moon) karena pada saat itu tanaman jagung dan jelai sedang dipanen.

Baca juga: Panduan Lengkap Mengamati Komet Neowise yang Puncaknya Petang Ini

Sabtu-Minggu, 5-6 September: Konjungsi Bulan-Mars

Puncak Konjungsi Bulan-Mars di Indonesia terjadi pada 6 September 2020 dengan waktu puncak bervariasi antara pukul 13.42 WIT (Jayapura) hingga 11.43 WIB (Sabang).

Bahkan, lanjut Andi, Mars mengalami okultasi dengan Bulan yakni ketika Mars melintas di belakang Bulan.

"Akan tetapi, baik Mars maupun Bulan berada di bawah ufuk," ungkap Andi.

Oleh karena itu, di Indonesia hanya dapat menyaksikan fenomena konjungsi Bulan-Mars yang terjadi pada 5 September pukul 21.00 WIB (ketika Mars di atas ufuk) hingga keesokan harinya pukul 05.30 WIB dari arah Timur hingga Barat-Barat Laut.

Baca juga: Melihat Fenomena 10 Juta Kasus Covid-19 di Dunia...

Sementara, pada 6 September, konjungsi Bulan-Mars dapat disaksikan mulai pukul 21.15 WIB (ketika Bulan di atas ufuk) hingga keesokan harinya pukul 05.30 WIB dari arah Timur hingga
Barat-Barat Laut.

"Sudut elongasi antara Bulan dan Mars pada 5 September malam hari bervariasi antara 7,23 derajat hingga 3,06 derajat," papar Andi.

Sementara, pada 6 September sudut elongasi bervariasi antara 4,66 derajat hingga 8,71 derajat.

Bulan dan Mars terletak di konstelasi Pisces dekat manzilah Alrescha.

Baca juga: Catat, Asteroid Berukuran 2,5 Kali Besar Monas Akan Dekati Bumi Petang Ini

Minggu, 6 September: Okultasi Mars oleh Bulan

Andi mengatakan, Okultasi Mars oleh Bulan adalah fenomena astronomis ketika Mars melintas di belakang Bulan sehingga tampak tertutupi oleh Bulan.

Hal ini dapat terjadi karena jarak Mars ke Bumi lebih jauh dibandingkan dengan jarak Bulan ke Bumi.

"Secara global, Okultasi Mars oleh Bulan terjadi pada tanggal 6 September 2020
mulai pukul 02.25 Universal Time (09.25 WIB) hingga 07.03 Universal Time (14.03 WIB)," jelas Andi.

Adapun wilayah yang dapat menyaksikan okultasi Mars antara lain:

Sedangkan negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara mengalami okultasi Mars ketika Bulan dan Mars sudah berada di bawah ufuk, sehingga tidak dapat menyaksikan fenomena ini.

"Okultasi Mars oleh Bulan pernah dialami oleh Indonesia pada 6 Desember 2015 dan 3 Januari 2017, dan akan dialami pada 17 April 2021 dan 5 Mei 2024.

Baca juga: 3 Asteroid Seluas Lapangan Sepak Bola Baru Saja Mendekati Bumi, Apa Dampaknya?

Minggu, 6 September: Apogee Bulan

Bulan akan berada pada titik terjauh Bumi (apogee) pada pukul 13.21 WIB dengan jarak geosentris 405.579 km, iluminasi 85,44 persen (fase benjol akhir) dan lebar sudut 25,2 menit busur.

"Bulan terletak di konstelasi Pisces ketika apogee akan tetap baru dapat disaksikan mulai pukul 21.00 WIB di arah Timur dan terbenam keesokan harinya pada pukul 09.00 WIB," jelas dia.

Kamis, 10 September: Fase Perbani Akhir

Andi melanjutkan, pada 10 September akan terjaddi puncak fase perbani akhir akan terjadi pada 10 September 2020 pukul 16.25 WIB.

Bulan berjarak 396.196 kilometer dari Bumi (geosentris) dan terletak pada konstelasi Taurus dekat manzilah Aldebaran.

"Bulan akan terbit di sekitar tengah malam dari arah Timur-Timur Laut, kemudian berkulminasi di arah Utara menjelang terbit Matahari dan terbenam dari arah Barat-Barat Laut menjelang tengah hari," katanya.

Baca juga: Sebuah Asteroid Terpantau Mendekati Bumi Jelang Lebaran, Ini Penjelasan Lapan

Kamis, 10 September: Retrograde Mars

Retrograde adalah gerak semu planet yang tampak berlawanan arah (dari Timur ke Barat) dibandingkan dengan gerak normalnya (dari Barat ke Timur) jika diamati dari Bumi.

Retrograde Mars, kata dia, dimulai pada 10 September 2020 pukul 05.23 WIB dan berakhir pada 14 November 2020 pukul 07.36 WIB, sehingga retrograde Mars berlangsung selama 65 hari.

Puncak dari retrograde Mars adalah Oposisi Mars, yakni ketika seluruh permukaan Mars yang menghadap Bumi terkena sinar Matahari sehingga akan tampak lebih terang.

Oposisi Mars tahun ini terjadi pada tanggal 14 Oktober 2020. Retrograde Mars dapat diamati pada konstelasi Pisces.

"Retrograde Mars berikutnya akan terjadi 2 tahun mendatang pada 30 Oktober 2022," katanya lagi.

Baca juga: Risma dan Fenomena Penghinaan terhadap Pejabat...

Sabtu, 12 September: Deklinasi Maksimum Utara Bulan

Bulan akan berada pada deklinasi maksimum Utara pada pukul 12.25 WIB dengan jarak geosentris 386.421 kilometer, iluminasi 31,88 persen dan lebar sudut 9,9 menit busur.

Deklinasi maksimum Utara memiliki makna Bulan terletak pada posisi paling utara dari ekuator langit (sebagaimana solstis Juni pada Matahari).

"Deklinasi Bulan ketika mencapai maksimum bervariasi antara 18,3 derajat hingga 28,6 derajat," kata Andi.

Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang memiliki kemiringan 5,15 derajat terhadap ekliptika dan sumbu rotasi Bumi yang memiliki kemiringan 23,45 derajat.

Deklinasi Maksimum Utara Bulan kali ini adalah 24,35 derajat dengan ketinggian Bulan di Indonesia ketika kulminasi bervariasi antara 54,7 derajat (Pulau Rote) hingga 71,7 derajat (Pulau Weh).

"Bulan berada di arah Utara ketika kulminasi yang terjadi satu jam setelah terbit Matahari (sekitar pukul 07.00 WIB)," ucap Andi.

Bulan terletak di konstelasi Gemini dekat manzilah Alhena dan berada di atas ufuk sejak pukul 01.15 WIB hingga pukul 12.45 WIB dari arah Timur-Timur Laut hingga Barat-Barat Laut.

Baca juga: Catat, Ini Daftar 10 Asteroid Besar yang Dekati Bumi Sepanjang 2020

Sabtu, 12 September: Oposisi Neptunus

Fenomena ini terjadi pada 12 September 2020 pukul 03.10 WIB.

Sebagaimana pada planet-planet lainnya di Tata Surya, oposisi Neptunus adalah konfigurasi ketika Matahari, Bumi dan Neptunus tampak segaris lurus dan Neptunus terletak pada posisi berlawanan arah terhadap Matahari.

Jarak Neptunus ketika Oposisi kali ini sebesar 28,92 SA atau 4,33 miliar kilometer.

"Sehingga, akan nampak seperti cakram berwarna biru pucat dengan sudut diameter 0,04 menit busur dan magnitudo tampak +7,8," papar dia.

Neptunus dapat diamati dengan teleskop berdiameter kecil (kurang dari 50 centimeter).

Neptunus akan berada di atas ufuk mulai pukul 19.00 WIB hingga 04.30 WIB keesokan harinya, dan berkulminasi menjelang tengah malam di dekat Zenit.

Neptunus dapat ditemukan di konstelasi Aquarius dekat manzilah Sadachbia (al-Akhbiyah).

"Pastikan cuaca cerah dan bebas dari polusi cahaya ataupun penghalang lainnya agar dapat menyaksikan titik biru pucat ini," jelas Andi.

Baca juga: Malam Ini Asteroid Berukuran Besar Kembali Dekati Bumi, Berbahayakah?

Senin, 14 September: Tripel Konjungsi BulanVenus-Beehive

Andi mengungkapkan, fenomena ini dapat diamati sejak pukul 03.30 WIB hingga 05.30 WIB dari arah Timur-Timur Laut.

Gugus Beehive (sarang lebah) adalah gugus bintang terbuka yang terletak di konstelasi Cancer.

Gugus bintang ini terdiri dari 50-100 bintang dan dikenal juga dengan nama Praesepe atau Manger.

Dalam sistem manzilah Arab, Beehive disebut sebagai manzilah an-Natsrah yang berarti "hidung singa".

"Gugus Beehive memiliki magnitudo visual +3 sehingga dapat terlihat dengan mata telanjang jika kondisi langit cerah dan bebas polusi cahaya," katanya.

Sudut elongasi antara Bulan dan Venus bervariasi antara 6,8 derajat hingga 6 derajat sedangkan sudut elongasi antara Gugus Beehive dengan Venus bervariasi antara 2,3 derajat hingga 2,4 derajat.

Baca juga: [HOAKS] Asteroid Akan Tabrak Bumi pada 8 Mei 2020

Rabu, 16 September: Ketampakan Terakhir Bulan Sabit Tua

Bulan sabit tua dapat disaksikan terakhir kali dengan mata telanjang pada 16 September 2020 sejak pukul 04.45 WIB hingga terbit Matahari (05.45 WIB).

"Dengan jarak toposentris 363.544 kilo meter, iluminasi 3,49 persen dan lebar sudut 1,1 menit busur," jelasnya.

Bulan sabit tua kali ini berumur 27 hari 20 jam, elongasi 21,5 derajat dan terbit dari arah
Timur-Timur Laut di konstelasi Leo dekat manzilah Algieba.

Kamis, 17 September: Fase Bulan Baru

Bulan memasuki fase konjungsi atau Bulan Baru pada 17 September 2020 pukul 17.59 WIB dengan jarak geometris 360.212 kilo meter dan diameter sudut 33,2 menit busur.

Bulan terletak di konstelasi Leo dekat manzilah Zosma (az-Zubrah)

Ketinggian Bulan di Indonesia pada petang hari 17 September bervariasi antara -1,63 derajat (Merauke) hingga 1,04 derajat (Sabang), sedangkan sudut elongasi Bulan-Matahari bervariasi antara 3,68 derajat (Sabang) hingga 4,16 derajat (Merauke), sehingga Bulan mustahil dapat terlihat bahkan dengan alat optik sekalipun.

"Ketika senja, kalian dapat menyaksikan Merkurius di ufuk Barat, sementara Saturnus dan Jupiter bertengger di dekat ufuk dan terbenam setelah tengah malam," jelas Andi.

Sementara itu, Mars dapat disaksikan sejak pukul 20.00 WIB dan Venus terbit keesokan harinya pada 03.30 WIB dan dapat terlihat hingga terbit Matahari.

Baca juga: Bisa Diamati di Seluruh Indonesia, Catat Jadwal Saksikan Komet Neowise

Jumat, 18 September: Ketampakan Pertama Bulan Sabit Muda

Bulan sabit muda dapat disaksikan pertama kali dengan mata telanjang pada 18 September 2020 sejak terbenam Matahari (17.45 WIB) hingga 18.45 WIB ketika Bulan terbenam, dengan jarak toposentris 357.621 kilo meter, iluminasi 1,66 persen dan lebar sudut 0,55 menit busur.

Bulan sabit muda kali ini berumur 23,75 jam, elongasi 14,8 derajat dan terbenam dari arah Barat di konstelasi Virgo dekat manzilah Auva.

 Jumat, 18 September: Perigee Bulan

Bulan akan berada pada titik terdekat Bumi (perigee) pada pukul 20.41.12 WIB dengan jarak 359.093 kilo meter, iluminasi 2,04 persen (fase sabit awal) dan lebar sudut 0,68 menit busur.

Bulan terletak di konstelasi Virgo ketika perigee akan tetap baru dapat disaksikan mulai pukul 17.45 WIB di arah Timur dan terbenam pada pukul 18.45 WIB.

Selasa, 22 September: Konjungsi Merkurius Spica

Puncak konjungsi Merkurius-Spica terjadi pada pukul 18.26 WIB dengan sudut pisah 0,27 derajat.

"Fenomena ini dapat disaksikan dengan mata telanjang dari arah Barat dengan ketinggian 10,7 derajat selama kondisi langit cerah, bebas dari polusi cahaya maupun bebas dari penghalang di sekitar medan pandang," ungkap Andi.

Ketika berkonjungsi, magnitudo Spica sebesar +0,95 sedangkan magnitudo visual Merkurius sebesar -0,05.

Andi menambahkan, Spica merupakan bintang paling terang di antara bintang lainnya yang terletak di konstelasi Virgo.

Spica digolongkan sebagai bintang variabel berganda.

Dalam sistem manzilah Arab, Spica dikenal sebagai asSimak, sementara dalam sistem manzilah India, Spica disebut Caitra yang bermakna "yang paling terang".

Baca juga: Menengok 18 Fenomena Astronomi yang Akan Terjadi pada Agustus 2020, Apa Saja?

Selasa, 22 September: Ekuinoks September

Ekuinoks September merupakan salah satu dari dua ekuinoks yang selalu terjadi setiap tahunnya.

Ekuinoks September merupakan titik perpotongan ekliptika dan ekuator langit yang dilewati Matahari dalam perjalanan semu tahunan Matahari dari langit belahan Utara menuju ke langit belahan Selatan.

"Ekuinoks September dikenal juga sebagai Ekuinoks Musim Gugur (autumnal equinox) di belahan Utara dan Ekuinoks Musim Semi (vernal equinox) di belahan Selatan," terang dia.

Jika ditinjau dari pengamat Tata Surya di luar Bumi, posisi sumbu rotasi Bumi tegak lurus terhadap arah sinar Matahari ke Bumi.

Hal ini mengakibatkan batas siang-malam berimpit dengan garis bujur di setiap
permukaan Bumi, sehingga panjang siang dan malam nyaris sama (walau kenyataannya tidak tepat 12 jam karena dipengaruhi oleh refraksi atmosfer).

"Tahun ini, Ekuinoks September terjadi pada tanggal 22 September 2020 pukul 20.30 WIB. Bagi pengamat yang berada di garis katulistiwa, kalian akan mendapat Matahari akan tepat di atas kepala ketika tengah hari," jelas dia.

Sedangkan untuk tempat yang lain, Matahari akan condong ke Utara atau Selatan sejauh lintang tempat kalian berada.

Tidak hanya itu, ketika ekuinoks, Matahari akan terbit nyaris tepat di arah Timur dan terbenam nyaris tepat di arah Barat.

"Hal ini karena perpotongan ekuator langit dengan horizon (ufuk) adalah titik Barat dan Timur tempat kalian mengamati Matahari," katanya.

Baca juga: Hari Tanpa Bayangan dan Ekuinoks, Sama atau Beda? Ini Penjelasannya

Kamis, 24 September: Fase Perbani Awal

Puncak fase perbani awal akan terjadi pada 24 September 2020 pukul 08.54 WIB. Bulan berjarak 378.549 kilo meter dari Bumi (geosentris) dan terletak pada konstelasi Sagitarius dekat manzilah Na’aim atau Teapot.

Bulan akan terbit di sekitar tengah hari dari arah Timur Menenggara, kemudian berkulminasi di arah Selatan setelah terbenam Matahari dan Bulan terbenam dari arah Barat-Barat Daya setelah tengah malam.

Jumat, 25 September 2020: Deklinasi Maksimum Selatan Bulan

Andi memaparkan, Bulan akan berada pada deklinasi maksimum Selatan pada pukul 02.10 WIB dengan jarak geosentris 382.215 kilo meter, iluminasi 57,72 persen dan lebar sudut 18 menit busur.

Deklinasi maksimum Selatan bermakna Bulan terletak pada posisi paling Selatan dari ekuator langit (sebagaimana solstis Desember pada Matahari).

"Deklinasi Bulan ketika mencapai maksimum bervariasi antara 18,3° hingga 28,6 derajat," jelas Andi.

Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang memiliki kemiringan 5,15 derajat terhadap ekliptika dan sumbu rotasi Bumi yang memiliki kemiringan 23,45 derajat Deklinasi Maksimum Selatan Bulan kali ini adalah 24,46 derajat dengan ketinggian Bulan di Indonesia ketika kulminasi bervariasi antara 59,5 derajat (Pulau Weh) hingga 76,5 derajat (Pulau Rote).

Bulan berada di arah Selatan ketika kulminasi yang terjadi sekitar 40 menit setelah terbenam Matahari (pukul 18.20 WIB).

"Bulan terletak di konstelasi Sagitarius dekat manzilah Na’aim (Teapot) dan berada di atas ufuk sejak pukul 11.50 WIB hingga pukul 01.15 WIB dari arah Timur Menenggara hingga Barat-Barat Daya," ungkap Andi.

Baca juga: Studi: 710 Juta Ton Sampah Plastik Akan Menumpuk di Bumi pada 2040

Kamis-Sabtu, 24-26 September: Tripel Konjungsi Bulan-Jupiter-Saturnus

Selama tiga hari berturut-turut sejak tanggal 24 hingga 26 September malam hari, Andi melanjutkan, Bulan akan berkonjungsi tripel dengan Jupiter dan Saturnus.

Mula-mula, Bulan berada di arah Selatan Menenggara (SM) dekat Manzilah Na’aim ketika senja.

Bulan terletak di sebelah Selatan Jupiter dan Saturnus yang terletak di arah Tenggara (TG) dekat Manzilah Albaldah.

Kedua manzilah ini berada di konstelasi Sagitarius.

"Setelah tergelincir ke arah Barat, ketiga benda langit ini mulai terbenam di arah Barat-Barat Daya (BBD) setelah tengah malam," kata dia.

Keesokan harinya, Bulan berada di arah Tenggara (TG) bersama-sama Jupiter dan Saturnus yang masih berada dekat manzilah Albaldah ketika senja. Setelah tergelincir ke arah Barat, ketiga benda langit ini mulai terbenam di arah Barat-Barat Daya (BBD) setelah tengah malam.

"Keesokan harinya, Bulan sudah bergeser di arah Timur Menenggara (TM) dekat Manzilah Dabih yang terletak di Konstelasi Capricornus ketika senja," ucap dia.

Sementara itu, Jupiter dan Saturnus masih berada dekat manzilah Albaldah. Setelah tergelincir ke arah Barat, ketiga benda langit ini mulai terbenam di arah BaratBarat Daya (BBD) setelah tengah malam.

Baca juga: Hari Ini Asteroid Berukuran Besar Dekati Bumi, Perlukah Khawatir?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi