KOMPAS.com - Hasil penelitian terbaru menemukan adanya strain virus corona yang lebih menular di Indonesia.
Strain itu jenis mutasi D614G, mutasi SARS-CoV-2 yang disebut 10 kali lebih menular dibandingkan dengan jenis virus corona yang ditemukan di Wuhan, China.
Jenis mutasi ini menghasilkan lebih banyak salinan virus pada saluran pernapasan dan menyebar lebih cepat.
Sejak Maret 2020
Kelompok Penelitian Virus Corona dan Formulasi Vaksin dan Professor Nidom Foundation (PNF) telah menganalisis data sekuens genom virus secara menyeluruh.
Hasilnya, tim menemukan bahwa penyebaran virus corona jenis D614G sudah ada sejak awal Maret 2020, yaitu laporan pertama kasus Covid-19 di Indonesia.
"Mutasi D614G sudah ada sejak awal virus (corona) itu di Indonesia, sejak Maret 2020. Perkiraan saya, sekarang lebih banyak lagi," kata Prof Chairul Anwar Nidom yang merupakan ketua tim riset, dikutip dari Kompas.com, 29 Agustus 2020.
Senada dengan Nidom, Wakil Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Herawati Sudoyo juga menyebutkan, mutasi virus D614G yang menular ada di Indonesia.
Menurut dia, mutasi virus ini ditemukan dalam data sekuensing genom dari sampel yang dikumpulkan oleh LBM Eijkman.
Dia mengatakan, perlu lebih banyak penelitian untuk menyelidiki apakah mutasi ini berperan dalam peningkatan kasus beberapa waktu terakhir di Indonesia.
Baca juga: Kata Peneliti UGM soal Temuan Mutasi SARS-CoV-2 dan Tingginya Kasus di DIY dan Jateng
Tak pengaruhi keparahan pasien
Sebab, tingkat keparahan kondisi pasien lebih banyak dipengaruhi oleh penyekit penyerta.
"Bukti saat ini menunjukkan bahwa virus D614G belum terlalu penting dibandingkan faktor risiko lainnya, seperti usia dan penyakit penyerta," jelas dia, dilansir dari pemberitaan Kompas.com, 1 September 2020.
Pernyataan tersebut didasarkan atas penelitian yang dilakukan di Inggris.
Dalam riset itu, tutur Wiku, 999 pasien yang terinfeksi oleh mutasi virus D614G tak memiliki perbedaan dengan pasien yang terinfeksi virus corona biasa.
"Dan pengamatan klinis ini didukung oleh dua studi indepenen dari 175 pasien Covid-19 di Seattle, Amerika, dan juga 88 pasien di Chicago, Illinois, Amerika," kata Wiku.
Baca juga: Mutasi Virus Corona Lebih Menular di Indonesia, Apa Pengaruhnya pada Vaksin?
Tak ganggu pembuatan vaksin
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyebut bahwa mutasi D614G tidak mengganggu pengembangan vaksin Covid-19 saat ini.
Dia meyakini, vaksin yang tegah dikembangkan tetap bisa menangkal semua jenis mutasi virus corona.
Pasalnya, mutasi tersebut tak membuat sturktur virus berbeda.
"Mutasi tak mempengaruhi perubahan struktur maupun fungsi dari RBD, reseptor binding domain," kata Bambang dikutip dari Kompas.com, 2 September 2020.
Baca juga: Menristek: Mutasi Virus Corona D614G Tak Ganggu Pengembangan Vaksin
Tiga di antaranya di DIY dan Jateng
Tim Pokja Genetik FK-KMK UGM berhasil mengidentifikasi Whole Genom Sequencing (WGS) empat isolat dari Yogyakarta dan Jawa Tengah.
"Sampel kami baru empat yang berhasil dianalisis full genom-nya. Dari 4 itu 3 di antaranya mengandung mutasi D614G," kata Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM dr Gunadi kepada Kompas.com, 2 September 2020.
Menurutnya, tiga di antara yang mengandung mutasi D614G ditemukan di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Sumber: Kompas.com (Nur Fitriatus Shalihah/Ihsanuddin/Rakhmat Nur Hakim | Editor: Sari Hardiyanto/Icha Rastika/Krisiandi/Gloria Setyvani Putri)
Baca juga: Mutasi Virus Corona yang Lebih Menular Ada di Indonesia, Ini Kata Ahli