Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Bocah Albino di Wonogiri, Apa Penyebabnya dan Bisakah Disembuhkan?

Baca di App
Lihat Foto
BBC
Ilustrasi albino
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Keberadaan dua balita albino di Wonogiri, Jawa Tengah baru-baru ini viral di media sosial.

Dilansir Tribun Jateng, Kamis (3/9/2020), dua balita kembar itu merupakan putra dari pasangan suami istri Nunung Kristanto (43) dan Suratmi (36).

Bocah albino berumur 3,5 tahun itu kelahiran Rangkasbitung, Banten. Tapi mereka kini tinggal di Selogiri, Wonogiri.

Baca juga: Viral Unggahan Penambahan Gula Pasir pada Sampo Bikin Kulit Kepala Bersih dan Sehat, Benarkah?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa itu albino, apa penyebabnya dan bisakah disembuhkan?

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Iora Dermatology Clinic, Jakarta, dr Edwin Tanihaha menjelaskan albino adalah suatu mutasi genetik yang ditandai dengan kelainan produksi melanin, sehingga penderitanya kekurangan melanin atau tidak memiliki melanin.

Melanin, imbuhnya adalah pigmen yang memberi warna pada kulit, bola mata, rambut dan bibir, sehingga penderita albino biasanya memiliki kulit, rambut, dan mata yang pucat.

"Albino bukanlah pertanda sakit parah, namun karena penderita albino memiliki melanin yang minimal, biasanya memiliki mata dan kulit yang lebih peka terhadap cahaya UV, karena melanin bermanfaat melindungi mata dan kulit kita dari paparan sinar UV," ujarnya pada Kompas.com, Jumat (4/9/2020).

Baca juga: Viral Video Racikan Pemutih Kulit Pakai Tepung dan Bubuk Kunyit, Ini Bahayanya

Kelainan genetik

Dia juga menambahkan albino merupakan kelainan genetik, sehingga tidak dapat disembuhkan.

Biasanya untuk mencegah timbulnya anak albino, baiknya menghindari perkawinan sedarah yang memiliki gen pembawa.

Edwin mengatakan, karena albino merupakan kelainan genetik autosomal resesif, jadi bila kedua orang tua sama-sama pembawa gen yang bermasalah maka resiko diturunkan ke anak sebesar 50 persen.

Namun di luar risiko dari perkawinan sedarah pembawa gen albino, mutasi atau kerusakan genetik juga dapat terjadi pada diri seseorang karena faktor gaya hidup yang tidak baik atau penyebab yang belum diketahui.

Baca juga: Selain Membuat Kulit Lebih Cantik, Ini Manfaat Tempe bagi Kesehatan

Jamak terjadi

Sementara itu, dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Vivaldy Skin Clinic, Mataram, dr Dedianto Hidajat menjelaskan kejadian anak albino di Wonogiri sudah biasa terjadi.

"Kejadian anak albino tapi ortu (orangtua) normal, bisa saja terjadi karena adanya mutasi genetik bisa saja terjadi spontan, atau orang tua membawa gen resesif pembawa albino," katanya pada Kompas.com, Jumat (4/9/2020).

Dia mengatakan meski albino tidak bisa disembuhkan, tapi harus dirawat supaya tidak terjadi komplikasi akibat albinonya.

Baca juga: Mengenal Risiko dan Bahaya Komplikasi Luka Tusuk

Dedi menambahkan, karena albino merupakan penyakit genetik atau keturunan, maka sebaiknya menghindari perkawinan dengan orang yang keluarganya memiliki riwayat albino. Namun ada yang lebih penting daripada hal tersebut.

"Pencegahan untuk komplikasi terhadap albino lebih penting sebenarnya, karena komplikasi seperti kanker kulit dan bisa sampai kebutaan mengintai," kata Dedi.

Hal yang bisa dilakukan misalnya menghindari terpapar sinar matahari, karena anak albino lebih berisiko terkena kanker kulit dibanding anak lainnya.

Baca juga: Mengenang Sutopo Purwo Nugroho, Informan Kebencanaan yang Meninggal karena Kanker Paru

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi