Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Anak yang Susah Belajar di Tengah Pandemi Corona, Bagaimana Sebaiknya Sikap Orangtua?

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi anak belajar
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Media sosial baru-baru ini diramaikan mengenai seorang ibu yang berulang kali mencambuki anaknya dengan selang.

Diketahui, sang ibu melakukan kekerasan tersebut karena anaknya tak kunjung paham saat diajari pelajaran Matematika olehnya.

Berdasarkan keterangan kepolisian, kejadian tersebut berlokasi di Dusun Masyorenggo, Desa Talok, Malang pada Selasa (1/9/2020).

Kasat Reskrim Polres Malang AKP Tiksnarto Andari Rahutomo mengungkapkan, penganiayaan berhenti setelah ayah korban datang menghampiri dan menenangkan sang istri.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Viral, Video Ibu di Malang Cambuki Anaknya karena Tak Kunjung Paham Saat Diajari Matematika

Berangkat dari hal ini, bagaimana sebaiknya orangtua membantu menemani anaknya saat belajar?

Psikolog anak dan keluarga, Astrid WEN mengatakan bahwa orangtua sebaiknya melihat apa saja yang membuat anaknya susah belajar.

"Jika orangtua melihat anaknya susah belajar, hal yang dapat dilakukan adalah melihat apa-apa saja yang membuat anaknya susah belajar, apakah hanya pada mata pelajaran tertentu ia kesusahan, apakah dalam memahami soal, apakah ia belajar dalam keadaan lelah/sudah mengantuk, atau secara spesifik apa yang membuat anak susah belajar," ujar Astrid saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/9/2020).

Baca juga: Selain PJJ, Adakah Metode Pembelajaran Lain yang Bisa Diterapkan?

Menurutnya, jika orangtua dapat melihat kesulitan anak secara tepat, maka orangtua dapat memberikan bantuan yang tepat bagi sang buah hati.

"Apabila kita melihat, oh dia kesulitan soal matematika, lalu kita berulangkali mengajarkan kepadanya soal tersebut tapi ia tidak bisa-bisa, kita perlu menyadari bahwa ia memang kesulitan dalam memahami soal matematika dan mungkin cara pengajaran kita kurang tepat," lanjut dia.

Astrid menambahkan, ada banyak metode pengajaran yang bisa dipilih mana yang lebih tepat bagi anak-anak.

Pada anak SD biasanya contoh konkret, alat peraga atau alat bantu, dan soal cerita akan banyak memudahkan anak memahami konsep-konsep matematika.

Baca juga: Curhatan Seorang Guru di Tengah Pandemi Corona...

Sikap marah-marah

Sementara itu, jika sebagai orangtua dalam mengajar anak, tetapi dengan proses mengajari lebih sering marah-marah, bentak-bentak, bahkan hingga kita melakukan kekerasan fisik ke anak-anak, maka orangtua perlu menyadari bahwa mungkin orangtua bukan pengajar yang tepat bagi anak.

"Sudah jelas, ia menemukan jalan buntu dalam memahami soal matematika dan pengajaran dari kita juga tidak membuat ia lebih mengerti," kata dia.

"Ia memerlukan metode pengajaran yang lain atau kita orangtua perlu mengambil waktu untuk belajar dari orang lain cara mengajari yang lebih tepat untuk anaknya," lanjut dia.

Baca juga: Tutup Usia, Berikut Sekilas tentang Sosok Guru Besar Fisipol UGM Cornelis Lay

Sementara itu, sikap orangtua jika ingin bertindak sebagai guru perlu aktif mencari bantuan dari guru-guru sekolah atau orangtua lain, bertanya apa yang dapat ia lakukan agar anaknya mengerti.

Orangtua juga dapat meminta bantuan orang lain atau seorang kakak mentor yang dapat mengajari anaknya.

Astrid menjelaskan, tindakan marah dan memukul orangtua tersebut dimungkinkan karena frustasi dan tidak sabar melihat anaknya tidak bisa-bisa, padahal orangtua pikir soalnya cukup mudah untuk diselesaikan.

Baca juga: Ramai soal Polemik Pembukaan Sekolah dan Pembelajaran Jarak Jauh, Bagaimana Sebaiknya?

Oleh karena itu, ada keraguan yang besar apakah sang anak tidak pintar atau pihak orangtua yang tidak pintar dalam memecahkan soal matematika.

Menurut dia, dalam mengajari anak belajar adalah sebenarnya bagaimana agar ia tidak kehilangan motivasi belajarnya, bagaimana agar motivasi belajarnya tumbuh secara mandiri, bukan karena ketakutan/diancam oleh orang dewasa di sampingnya.

"Dalam proses belajar kita juga ingin menanamkan kepercayaan diri pada anak bahwa ia bisa menyelesaikan soal-soalnya," imbuh dia.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning, Sudah Siap dengan Risiko dan Bahayanya?

Penyebab anak tidak mood belajar

Di sisi lain, penyebab sang anak tidak mood belajar yakni karena situasi belajar yang tidak positif, tidak menyenangkan, atau tidak ada penghargaan bagi yang sudah berusaha mengerjakan soalnya.

Astrid mengungkapkan, anak termotivasi belajar saat ia merasa bisa memahami dan mengerjakan soal, ia juga mendapatkan perhatian dan pujian dari guru atau orangtuanya, dan ia juga mendapatkan pengetahuan yang menarik dan sesuai minatnya.

Baca juga: Lolos Kartu Prakerja, Ini Tips Memilih Pelatihan di Situs Prakerja

Kendati demikian, ia membagikan sejumlah tips apa saja tindakan yang sesuai dalam membangkitkan keinginan anak untuk belajar:

  • Mulai dari apa yang disukai anak terlebih dulu. Pelajaran apa yang anak sukai?
  • Pujilah kekuatan-kekuatannya, puji saat anak bisa mengerjakan soal yang sesuai minatnya. Perasaan kompeten, bahwa anak bisa ini, akan membantu menguatkan ia untuk mengerjakan soal yang kurang anak sukai.
  • Pada soal yang lemah, berikan soal yang lebih mudah dahulu. Cari baseline-nya di mana anak bisa dan sering-seringlah melakukan latihan soal. Latihan soal akan membantu anak familiar terhadap cara menjawab soalnya.
  • Untuk membuat kondisi belajar menarik, sesekali diberikan reward atau dibuat situasi kuis, atau dibuat situasi belajar bersama dengan saudara-saudaranya atau tetangganya akan menyenangkan.

Baca juga: Berikut Syarat Pembukaan Kembali Sekolah di Tengah Pandemi

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pandemi Covid-19. Arti Zona Merah, Oranye, Kuning, dan Hijau

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi