Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapasitas RS Menipis karena Corona, Kapan Sebaiknya Seseorang Datang untuk Periksa?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri saat menunggu pasien di ruang isolasi Rumah Sakit Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat, Selasa (14/07)
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Sudah 6 bulan berlalu semenjak kasus pertama Covid-19 di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020. Namun, pandemi virus corona belum kunjung membaik.

Beberapa waktu lalu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit Covid-19 di DKI Jakarta sudah tidak ideal.

Dilansir Kompas.com, Selasa (1/9/2020), Wiku mengatakan keterpakaian tempat tidur rumah sakit di ruang isolasi adalah 69 persen. Sedangkan angka keterpakaian tempat tidur di ICU adalah 77 persen.

Adapun, total rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta adalah 67 buah dan 170 rumah sakit yang menangani pasien Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senada dengan hal itu, Kompas.com memberitakan pada Jumat (4/9/2020), Ola (25) salah satu dokter di rumah sakit rujukan Covid-19 mengatakan situasi di rumah sakit saat ini memang kacau.

"Chaos, sangat, sangat chaos banget karena seperti yang kita lihat di berita itu benar. Ya grafiknya sangat naik, pasien-pasien makin banyak yang datang, tiba-tiba bawa hasil swab positif, sudah dalam keadaan sesak butuh dirawat gitu," ujarnya.

 Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Melonjak, Jakarta Berencana Tambah 11 Rumah Sakit Rujukan

Lalu, kapan sebaiknya seseorang ke rumah sakit?

Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan tempat tidur di rumah sakit rujukan memang sejak awal pandemi seharusnya hanya digunakan untuk yang punya gejala sedang dan berat, baik kasus konfirmasi, probable, maupun suspek.

"Yang bergejala ringan, apalagi yang tanpa gejala, harus di luar RS rujukan, bisa di RS lapangan/darurat, atau isolasi mandiri," katanya pada Kompas.com, Sabtu (5/9/2020).

Dia menjelaskan yang dimaksud gejala ringan virus corona adalah saat muncul gejala tetapi tidak ada gangguan pernapasan seperti sesak napas.

Menurutnya, jika sudah ada sesak napas atau saturasi oksigen perifer yang rendah, maka sudah masuk gejala sedang.

Bahkan bisa jadi gejala berat, jika sudah membutuhkan alat bantu napas seperti ventilator atau HFNC (high flow nasal cannula).

Juga dihubungi terpisah, Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menjelaskan gejala Covid-19 yang ringan contohnya seperti flu.

Sementara itu gejala yang mengarah pada perlunya layanan RS adalah adanya gangguan nafas (sesak), yang juga ditandai penurunan saturasi oksigen dalam darah (hypoxia), atau gejala berat lain seperti gangguan di persyarafan, dan lain-lain.

Sedangkan demam, batuk menurutnya cukup dirawat di RS darurat yang dibuat Pemda. Hal itu termasuk bila hanya keluhan sesak ringan dan perlu bantuan oksigen.

"Ini akan mencegah beban tambahan RS rujukan. Sehingga RS Rujukan dapat lebih fokus pada pasien berat dan kritis," katanya pada Kompas.com, Sabtu (5/9/2020).

Terkait isolasi mandiri, Windhu menjelaskan, bisa dilakukan di rumah apabila memungkinkan dan tidak menyebabkan penularan di keluarga atau tetangga.

"Orang tanpa gejala (OTG) atau kontak erat tanpa gejala bisa isolasi mandiri di rumah kalau memungkinkan. Tapi kebanyakan rumah Indonesia tidak memungkinkan, karena rumahnya tidak luas," kata Windhu.

Lanjutnya, seharusnya ada tempat-tempat yang disediakan pemerintah, seperti Wisma Atlet, hotel-hotel yang khusus disewa untuk isolasi, asrama haji, dan lain-lain.

Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Melonjak, Dokter: Rumah Sakit Chaos Banget

Kosultasi daring

Dihubungi terpisah, Humas Perhimpinan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Anjari Umarjianto menjelaskan masyarakat kini masyarakat bisa memanfaatkan konsultasi daring yang disediakan rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan.

Namun, bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan apalagi dalam situasi gawat darurat, bisa langsung ke fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit.

"Tapi dalam situasi pandemi ini, beberapa rumah sakit menyediakan fasilitas konsultasi daring, masyarakat bisa memanfaatkan itu," kata Anjari kepada Kompas.com, Sabtu (5/9/2020).

Dia mengatakan rumah sakit menerima siapa saja yang menderita sakit. Akan tetapi, yang menentukan tingkat sakit adalah tenaga medis.

Sehingga dia menyarankan, sebaiknya masyarakat melakukan pemeriksaan secara berjenjang, dari puskesmas hingga rumah sakit.

Seperti pasien dengan jaminan JKN/BPJS kesehatan yang berjenjang atau dengan sistem rujukan. Hal itu akan mengurangi pasien yang langsung datang ke rumah sakit.

"Penting nih saya ingatkan, dalam situasi pandemi Covid-19 ini, kita semua mesti mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 termasuk saat berobat ke rumah sakit," ujarnya.

Perlu mekanisme alur pasien

Dihubungi terpisah, Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman mendorong Pemda agar segera membuat dan memperkuat mekanisme alur pasien Covid-19 atau terduga Covid-19 dan sistem rujukannya.

"Sehingga orang yang hanya memiliki gejala ringan atau akan memeriksakan apakah dia terifeksi Covid-19 atau tidak, tidak perlu ke RS. cukup ke layanan khusus semacam RS darurat yang disediakan pemda," ujarnya.

Lanjutnya, nantinya di rumah sakit darurat tersebut akan diputuskan, apakah yang bersangkutan harus dikarantina atau isolasi.

Selain itu, tempat isolasi dan karantinanya harus terpusat, menurutnya bisa juga di RS darurat tersebut.

"RS rujukan sifatnya hanya untuk menerima rujukan dari RS darurat tersebut atau pasien lainnya yang memang berstatus parah dan kritis atau memerlukan ICU dan ventilator serta penanganan lengkap lain," kata Dicky.

Dia juga mengingatkan pada semua daerah untuk mengoptimalkan aspek testing dan tracing agar mampu mengendalikan potensi penyebaran Covid-19 di daerahnya dan layanan RS tidak terbebani kasus Covid-19.

Baca juga: Ganjar Minta Seluruh Rumah Sakit di Jateng Identifikasi Gejala Happy Hipoxia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi