Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lubang Misterius Sedalam 50 Meter di Siberia, Benarkah Bekas Meteor?

Baca di App
Lihat Foto
Twitter Massimo @Rainmaker1973
Lubang besar di Siberia
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah lubang misterius dengan lebar mencapai 20 meter ditemukan di tundra Siberia, Rusia.

Peneliti belum dapat memastikan bagaimana lubang besar ini dapat terbentuk. 

Melansir Science Alert, sebelumnya, ilmuwan juga mengidentifikasi sebuah lubang "kawah" dengan kedalaman 50 meter sebagaimana diberitakan The Siberian Times, 29 Agustus 2020 lalu.

Lubang tersebut bukanlah lubang pertama yang diidentifikasi di wilayah tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak jelas bagaimana lubang tersebut terbentuk dan berbagai teori sempat muncul. 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Meteorit Sikhote-Alin Jatuh di Siberia, Rusia

Dugaan pembentukan 

Teori awal mulai menyebar saat kawah pertama ditemukan di dekat tambang minyak dan gas di semenanjung Yamal, barat laut Siberia.

Termasuk juga disebut sebagai dampak dari meteorit, UFO, hingga ruang penyimpanan bawah tanah.

Meskipun kini para ilmuwan meyakini bahwa lubang besar tersebut berhubungan dengan penumpukan gas metana yang eksplosif, masih ada banyak hal yang belum bisa dipastikan.

"Hingga kini belum ada teori yang dapat menjelaskan bagaimana fenomena kompleks ini terbentuk," kata ilmuwan peneliti di Skolkovo Institute of Science and Technology's Center for Hydrocarbon Recovery yang telah mengunjungi lokasi, Evgeny Chuvilin sebagaimana dikutip CNN, Jumat (4/9/2020).

Menurut Chuvilin, ada kemungkinan bahwa lubang-lubang tersebut telah terbentuk selama bertahun-tahun. Akan tetapi, sulit untuk memperkirakan jumlahnya. 

Baca juga: Bola Cahaya Terlihat di Langit Siberia, Benarkah Kapal Alien?

Penelitian awal

Para ilmuwan mengambil sampel tanah permafrost hingga es dari tepi salah satu lubang yang dikenal sebagai kawah Erkuta pada kunjungan lapangan tahun 2017.

Kemudian, para peneliti melakukan pengamatan kembali melalui drone enam bulan setelahnya 

"Masalah utama dengan kawah-kawah ini adalah bagaimana mereka sangat cepat, secara geologis, terbentuk, dan kemudian berubah menjadi danau," kata Chuvilin.

Hasil penelitian yang dipublikasikan Juni lalu menunjukkan, gas-gas, kebanyakan metan, dapat terakumulasi di lapisan paling atas permafrost dari berbagai sumber.

Akumulasi dari gas-gas ini dapat menciptakan tekanan yang cukup kuat untuk meledakkan lapisan teratas dari tanah yang membeku, menghamburkan bumi dan batu, serta membentuk kawah.

"Kami ingin menekankan bahwa penelitian dari masalah kawah ini mash berada di tahap yang sangat awal dan setiap kawah baru menuntun ke penelitian dan penemuan baru juga," ungkapnya. 

Baca juga: Ledakan Misterius Terjadi di Langit Siberia, Apakah Berasal dari Asteroid?

Pengaruh musim panas yang ekstrem

Para peneliti menemukan karakteristik yang sama pada kawah-kawah tersebut, yaitu adanya gundukan setinggi 2-6 meter yang terbentuk sebelum terjadi ledakan.

Kawah-kawah ini juga berada di lereng yang landai dan memiliki bagian bahwa berbentuk silinder.

Ledakan tersebut semuanya mengeluarkan es tanah, yang dalam beberapa kasus meninggalkan lubang dimana balok-balok es jatuh ke permukaan.

Ahli permafrost di Earth Cryosphere Institute, Russian Academy of Sciences, Marina Leibman meyakini, musim panas yang sangat terik di tahun 2012, 2016, dan tahun ini, mungkin berperan dalam pertumbuhan dan ledakan gundukan tersebut.

Gundukan ini muncul dan meledak dalam waktu 3-5 tahun. 

Pengaruh perubahan iklim

Hanya sedikit orang yang pernah menyaksikan terjadinya ledakan yang membentuk kawah ini. Namun, ada risiko bagi orang-orang yang tinggal di wilayah terpencil ini, termasuk mereka yang berada di tambang minyak dan gas.

Profesor di Institut Penelitian Minyak dan Gas di Russian Academy of Sciences, Vasily Bogoyavlensky mengungkapkan, ia tidak yakin bahwa penyebab utama kawah ini disebabkan karena suhu menghangat yang berhubungan dengan perubahan iklim.

Para warga yang berbicara dengannya menuturkan, ledakan serupa pernah terjadi di masa-masa lampau.

Untuk itu, ia mengatakan, "penyebab utama" adalah gas yang mencoba untuk berpindah ke permukaan dari lapisan dalam bumi.

"Sulit untuk mengecualikan suhu udara yang ekstrem karena kumpulan kawah pertama muncul pada 2012 setelah musim panas yang ekstrem, 2016, dan terbaru 2020," katanya.

Baca juga: Update Corona di Dunia: 26,7 Juta Orang Terinfeksi | Lebih dari 10.000 Kasus Baru di Spanyol

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi