KOMPAS.com - Vaksin Covid-19 yang diproduksi Rusia, Sputnik-V, menghasilkan respons antibodi pada semua peserta dalam uji coba tahap awal.
Ilmuwan Rusia menerbitkan laporan pertamanya mengenai vaksin virus corona yang diproduksi negara tersebut pada Jumat (4/9/2020).
Dikabarkan BBC, laporan yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet tersebut menyatakan bahwa peserta mengembangkan antibodi untuk melawan virus dan tidak memiliki efek samping yang serius.
Baca juga: Saat Rusia Mulai Produksi Vaksin Corona Sputnik V Kloter Pertama...
Rusia melisensikan vaksin untuk penggunaan lokal pada Agustus lalu, di mana negara ini menjadi yang pertama kali melakukannya, bahkan sebelum data apa pun dipublikasikan atau uji coba skala besar dimulai.
Para ahli lain menyampaikan bahwa uji coba tersebut terlalu kecil guna membuktikan efektivitas dan keamanan vaksin.
Kendati begitu, Moskow memuji hasil ini sebagai jawaban atas kritik yang ada.
Pada bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putih menjelaskan bahwa vaksin yang diproduksi telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan.
Baca juga: Vaksin Corona dari Oxford Dinilai Aman, Dijanjikan Siap pada September
Ia menambahkan, putrinya sendiri pun telah mendapatkan suntikan vaksin tersebut.
Isi laporan
Dua uji vaksin, Sputnik-V, dilakukan antara Juni hingga Juli 2020. Masing-masing pengujian melibatkan 38 sukarelawan berusia 18-60 tahun.
Seluruhnya diberi vaksin, di mana tiga minggu kemudian diberikan vaksin penguat dan dipantau selama 42 hari.
Pemantauan ini menunjukkan bahwa seluruh peserta uji coba mengembangkan antibodi dalam waktu tiga minggu. Di antara efek samping paling umum yaitu sakit kepala dan nyeri sendi.
Baca juga: Viral Obat Sakit Kepala Untuk Rebus dan Bikin Empuk Daging, Apa Bahayanya?
Tidak ada plasebo dalam uji coba ini. Sukarelawan pun sadar bahwa mereka menerima suntikan vaksin.
"Uji coba jangka panjang yang besar termasuk perbandingan plasebo dan pemantauan lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan keamanan jangka panjang dan efektivitas vaksin untuk mencegah infeksi Covid-19," kata laporan tersebut.
Uji coba fase ketiga akan melibatkan 40.000 sukarelawan dari kelompok usia dan risiko yang berbeda.
Baca juga: Langsung Mandi Saat Cuaca Panas, Apa Reaksi pada Tubuh?
Melansir Reuters, vaksin Rusia diberi nama Sputnik-V sebagai tanda penghormatan satelit pertama di duna yang diluncurkan Uni Soviet.
Beberapa ahli di negara barat telah memperingatkan agar vaksin tidak digunakan hingga semua pengujian disetujui secara internasional.
Tapi, dengan hasil yang diterbitkan pertama kalinya ini dianggap menjawab kritik yang ada.
"Dengan (publikasi) ini kami menjawab semua pertanyaan Barat yang ditanyakan selama tiga minggu terakhir. Terus terang dengan tujuan yang jelas untuk menodai vaksin Rusia," kata Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), dana kekayaan kedaulatan Rusia, yang telah mendukung vaksin tersebut.
Baca juga: [HOAKS] Putin Lepaskan Singa untuk Cegah Warga Keluar Rumah Saat Wabah Corona
Pengembangan vaksin
Dmitriev mengatakan, setidaknya 3.000 orang telah direkrut untuk uji coba skala besar vaksin Sputnik-V yang diluncurkan.
Hasil awal dari uji coba berskala besar ini diharapkan pada Oktober atau November 2020.
Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan, pihaknya akan memulai inokulasi massal pada November atau Desember, dengan fokus pada kelompok berisiko tinggi.
Baca juga: WHO Tegaskan Vaksin Covid-19 Tak Akan Tersedia Sebelum Akhir 2021
Sementara itu, Direktur Institut Gamaleya yang mengembangkan vaksin Alexander Gintsburg menyampaikan bahwa diperlukan waktu sembilan hingga 12 bulan untuk melakukan vaksinasi kepada masyarakat.
Seperti diketahui, pemerintah dari berbagai negara dan perusahaan farmasi besar berlomba untuk mengembangkan vaksin untuk mengakhiri pandemi Covid-19,penyakit yang telah menewaskan lebih dari 850.000 orang di seluruh dunia dan menginfeksi sekitar 26 juta orang.
Lebih dari setengah lusin perusahaan farmasi telah melakukan uji klinis lanjutan, masing-masing dengan puluhan ribu peserta, termasuk AstraZeneca Inggris dan pembuat obat AS Moderna dan Pfizer yang berharap mengetahui hasil vaksinnya aman digunakan pada akhir tahun ini.
Baca juga: Deretan Gedung Kementerian dan Lembaga yang Ditutup karena Corona...
The Lancet mengatakan, uji coba tahap awal menunjukkan vaksin Sputnik-V menghasilkan respons dalam komponen sistem kekebalan yang dikenal sebagai sel T.
Para ilmuwan telah meneliti peran yang dimainkan oleh sel T dalam memerangi infeksi virus corona, dengan temuan terbaru menunjukkan bahwa sel-sel ini dapat memberikan perlindungan jangka panjang dibandingkan antibodi.
Vaksin Sputnik-V diberikan dalam dua dosis, masing-masing berdasarkan pada vektor berbeda yang biasanya menyebabkan flu biasa: adenovirus manusia Ad5 dan Ad26.
Beberapa ahli menuturkan, penerapan mekanisme pengiriman ini dapat membuat vaksin Covid-19 menjadi kurang efektif, karena banyak orang telah terpapar adenovirus Ad5 dan mengembangkan kekebalan terhadapnya.
Rusia telah mengatakan akan memproduksi vaksinnya sebanyak 1,5 juta-2 juta dosis per bulan pada akhir tahun, dan secara bertahap meningkatkan produksi hingga 6 juta dosis per bulan.
Baca juga: Segala Hal yang Perlu Diketahui tentang Vaksin Virus Corona