Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Orang Perancis Gemar Mengeluh?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Masyarakat Perancis dikenal sering mengawali perbincangan dengan keluhan.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Ada ungkapan yang berbunyi "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya."

Artinya setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda; satu aturan di suatu daerah bisa berbeda dengan aturan di daerah lain. Termasuk di Perancis. 

Masyarakat Perancis, terkenal dengan budayanya mengawali suatu obrolan dengan menyampaikan keluhan. Tentang apapun itu.

Melansir pengalaman seorang Amerika yang pindah di Perancis, Emily Monaco yang diangkat dalam artikel BBC, keluhan, gerutuan, atau dengusan tanda kecewa, menjadi hal yang lumrah ditemui dalam setiap awal pembicaraan di tengah masyarakat Perancis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sesederhana, "cuacanya jelek","panen anggur tidak begitu sukses", "politisi itu tidak kompeten", dan lain-lain.

Saking seringnya ia menemui keluhan itu disampaikan dalam tiap perbincangan, Emily sempat merasa gelisah dan berpikir, "apakah masyarakat Perancis selalu dalam suasana hati yang tidak baik?".

Baca juga: Peneliti Temukan Covid-19 Telah Menyebar di Perancis pada Desember 2019

Râleurs

Kegelisahan itu baru terjawab ketika pada akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya pada kawan yang merupakan orang asli negeri itu.

Sang teman menolak bahwa keluhan yang kerap mereka sampaikan berarti mereka adalah tipikal masyarakat yang gemar mengeluh.

Orang-orang itu di Perancis dikenal sebagau râleurs.

Ada beberapa istilah untuk "mengeluh", di antaranya "se plaindre" untuk penggunaan keluhan biasa yang sudah ada sebelumnya; "porter plainte" digunakan di kesempatan yang lebih resmi; dan “râler” sebutan bagi keluhan yang disampaikan hanya untuk bersenang-senang saja.

Seni yang rumit

Hanya saja, mengeluh tentang apa, kepada siapa, dan kapan menjadi seni yang rumit dalam menjalin komunikasi di sana.

Jika di budaya Amerika keluhan atau pembicaraan tentang sesuatu yang negatif dipandang seolah mengakhiri suatu percakapan, lain halnya dengan di Perancis.

Mengeluh merupakan satu cara yang efektif mengundang orang lain untuk turut dalam pembicaraan, dengan cara memberikan pandangannya.

Perbedaan ini bisa jadi berasal dari ketakutan orang Amerika untuk dianggap sebagai seorang pecundang.

Di Perancis, keluhan yang disampaikan di awal pembicaraan bisa menjadi media unjuk kecerdasan.

Dengan menyampaikan keluhan itu dan menanggapinya dengan argumen, seseorang akan terlihat berpikir, kritis, dan tidak naif.

Baca juga: Viral Awan Menyerupai Huruf V di Langit Wonosobo, Ini Penjelasan BMKG

Semakin spesifik suatu keluhan disampaikan, maka semakin ia memiliki kekuatan untuk menggerakkan orang lain berempati atas keluhan yang sama.

Sebenarnya, banyak yang beranggapan sesuatu yang diawali dengan hal negatif maka akan berakhir atau menghasilkan hal yang sama.

Namun keyakinan itu tidak berlaku di sana.

Baik untuk kesehatan

Sifat gemar mengeluh ini disebut-sebut justru disebut baik untuk kesehatan. Benarkah?

Sebuah penelitian dari Biologycal Psychiatri (2013) menyebut kemampuan mengatur emosi negatif berkaitan dengan penyakit kardiovaskular. Sementara pada studi sebelumnya, dari University of Texas (2011) memendam emosi negatif justru membuat seseorang menjadi lebih agresif.

Namun kesimpulan-kesimpulan ini bukan berarti mengartikan mengeluh selalu berkonotasi positif.

Mengeluh jika dilakukan terlalu sering juga dapat membuat otak seseorang fokus pada hal yang negatif.

Baca juga: 15,9 Juta Pendaftar Kartu Prakerja, Ini yang Sudah Menerima Insentif

Pesimistis

Mengutip CNBC, masyarakat Perancis sempat mendapatkan peringkat sebagai warga negara yang paling tidak optimis di dunia.

Peringkat itu mereka dapatkan meski sebagai warga negara Perancis mereka banyak mendapat benefit mulai dari jam kerja yang relatif rendah, 35 jam/minggu, fasilitas pra sekolah, universitas, dan kesehatan, juga manfaat yang lainnya.

Pada jajak pendapat WIN-Gallup 2011 disebutkan masyarakat Perancis lebih pesimis dibanding masyarakat Irak dan Afghanistan yang bahkan tinggal di negara konflik akibat perang.

Politisi sekaligus penulis buku The End of French Unhappiness, Nicolas Tenzer menyebut pesimisme itu datang dari struktur hierarkis masyarakat Perancis yang bersifat keras kepala

Sifat itu menumbuhkan rasa ketidakpercayaan juga iri hati terhadap orang lain.

Oleh karena itu, mereka orang Perancis sering membanding-bandingkan kondisi diri mereka dengan orang lain, untuk urusan apapun itu.

Baca juga: Tanya Jawab soal Bantuan Kuota Internet untuk Mahasiswa dan Dosen

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi