Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan Lebanon Telah Sebulan Berlalu, Pencarian Korban Masih Dilakukan

Baca di App
Lihat Foto
Felipe Dana
A photo rests among broken glass on the floor of the Sursock Palace, heavily damaged after the explosion in the seaport of Beirut, Lebanon, Friday, Aug. 7, 2020. The Sursock palace, built in 1860 in the heart of historical Beirut on top of a hill overlooking the now-obliterated port, is home to beautiful works of arts, Ottoman-era furniture, marble and paintings from Italy ? the result of more than three long-lasting generations of the Sursock family. (AP Photo/Felipe Dana)
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Ledakan hebat mengguncang ibu kota Lebanon, Beirut, sekitar sebulan yang lalu, tepatnya 4 Agustus 2020 pukul sekitar pukul 18.00 waktu setempat.

Hingga saat ini, tercatat ada lebih dari 190 nyawa melayang akibat ledakan itu, sementara sekitar 6.000 orang lainnya mengalami luka-luka.

Meski sudah lebih dari 30 hari berlalu, proses pencarian korban masih terus dilakukan.

Dikutip dari Al Jazeera, Jumat (4/9/2020), sejumlah tim penyelamat dengan berkeliling mengitari jalan-jalan di ibu kota yang sebagian besarnya hancur.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Itu dilakukan untuk memastikan semua sudah aman, sebelum fase rekonstruksi dimulai.

Mereka membawa serta anjing-anjing pelacak, yang salah satunya menuntun mereka untuk menuju salah satu bangunan, karena mendeteksi keberadaan manusia.

Seorang tim penyelamat bernama Chilean mengungkapkan pihaknya mendeteksi adanya tanda-tanda kehidupan.

Baca juga: Militer Lebanon Temukan 4,35 Ton Amonium Nitrat di Dekat Lokasi Ledakan Beirut

Tanda-tanda kehidupan itu terlihat dari bawah reruntuhan bangunan yang ambruk akibat ledakan yang berasal dari gudang penyimpanan bahan kimia di tepi pelabuhan Beirut itu.

Menggunakan alat pemindai, tim menemukan adanya denyut nadi dan napas di sekitar lantai dasar gedung yang runtuh.

Disebutkan, kemungkinan itu adalah seorang anak.

Sementara itu, tim lain dari LSM Live Love Lebanon yang menggunakan sensor mendeteksi adanya 18 siklus napas per menit yang berasal dari bawah tanah.

“Kami berusaha namun tidak banyak berharap. Jika ditemukan masih bernyawa, itu keajaiban,” kata salah satu anggota, Edward Bitar.

Pemilik gedung memastikan tidak ada orang di dalam ketika ledakan terjadi. Namun, orang-orang di sekitar gedung melaporkan adanya bau busuk yang berasal dari gedung tersebut beberapa hari setelah ledakan.

Perlu diketahui, upaya pencarian dan evakuasi resmi sempat dihentikan.

Baca juga: Tim Penyelamat Selidiki Detak Jantung di Lokasi Ledakan Ibu Kota Lebanon

Akan tetapi, para relawan kembali memulai pencarian dan evakuasi kembali pada Kamis (3/9/2020) pagi dengan membersihkan puing-puing bangunan dengan bantuan sejumlah pihak.

Saat proses pencarian, relawan berulang kali meminta kerumunan masyarakat menyingkir dan diam demi mengaktifkan sensor untuk mendeteksi ada atau tidak kehidupan di antara reruntuhan.

Kondisi ini menyebabkan jalanan terasa begitu hening dan senyap.

Namun sayangnya, dari sinyal kehidupan yang sempat terdeteksi, para relawan tidak berhasil menemukan adanya korban hidup di lokasi yang mereka yakini.

Dilansir The Guardian, Sabtu (5/9/2020), hingga hari ketiga pencarian tidak ada satu pun orang yang ditemukan di bawah 95 persen reruntuhan yang telah mereka sisir.

Mereka pun menyebut memang sulit dipercaya jika dalam waktu satu bulan masih ditemukan seseorang yang bertahan hidup di bawah reruntuhan gedung.

Karena tidak lagi melihat adanya harapan, tim penyelamat pun melanjutkan kegiatan dengan membersihkan reruntuhan bangunan yang masih tersisa.

Sejumlah pihak menilai upaya pencarian yang dilakukan para sukarelawan kemarin menjadi contoh kegagalan negara dalam kasus ledakan lalu.

Baca juga: Lebanon Menghadapi Krisis Kesehatan Mental Setelah Ledakan Beirut

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi