Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Suara Kambing Mengembik di Istana Presiden

Baca di App
Lihat Foto
Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah
Presiden Joko Widodo saat melihat domba garut milik peternak yang ikut dalam Kontes Domba Garut dan Kambing Piala Kemerdekaan, di Kebun Raya Bogor, Sabtu (27/8/2016).
Editor: Amir Sodikin

KOMPAS.com - Hai, apa kabarmu? Semoga kabarmu baik dan diberi rahmat kesehatan.

Selain karena upaya kita merawat, kesehatan adalah rahmat. Syukur atas upaya kita merawat dan diberikannya rahmat kesehatan itu.

September sudah kita jalani seminggu ini dan kita sadar, banyak hal di luar perkiraan dan prediksi. Salah satunya soal prediksi kapan puncak pandemi terjadi. Kita kembali tersadarkan, banyak hal terjadi di luar kendali kita sendiri.  

Kamu pasti masih ingat prediksi sejumlah lembaga di awal-awal pandemi mengenai puncak pandemi. Ada yang menyebut Juni, Juli dan Agustus. September sedang kita jalani dan tampaknya puncak itu belum kita masuki.

Pekan lalu, saat enam bulan kita dalam situasi pandemi karena Covid-19, rekor penambahan kasus harian tertinggi masih terjadi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kamis (3/9/2020) lalu, tercatat 3.622 penambahan kasus baru. Akumulasi kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 184.268 dengan 7.750 pasien meninggal dunia. Kabar baiknya, tercatat 132.055 pasien sembuh.

Kapan puncak pandemi akan terjadi? Melihat melesetnya semua prediksi, banyak ahli dan lembaga tidak obral soal hal ini.

Prediksi puncak pandemi paling aman memang menyebut rentang waktu dan ini dikatakan. Akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021 disebut sebagai prediksi.

Apakah ini benar-benar akan terjadi nanti? Tidak ada yang memastikan juga. Saya melihat itu sebagai harapan, bukan semata-mata prediksi.

Sekali lagi, banyak hal terjadi di luar kendali kita sendiri.

Keseimbangan antara gas dan rem

Dalam situasi seperti ini, saya dan beberapa pemimpin redaksi media massa diundang ke Istana Kepresidenan RI di Bogor untuk bertemu Presiden Joko Widodo. Pertemuan terjadi pada 4 September 2020 selepas shalat Jumat.

Lihat Foto
Istana Kepresidenan
Presiden Joko Widodo berfoto bersama usai bertemu dengan beberapa pemimpin redaksi media massa. Di antaranya adalah Pemimpin Redaksi Kompas.com, CNN dan Trans Corp, Koran Tempo, Republika dan Liputan 6.
Ini bukan petemuan pertama dengan Presiden Jokowi. Namun, ini pertemuan pertama sejak pandemi, 2 Maret 2020. Pertemuan sebelumnya dengan peserta lebih banyak terjadi akhir 2019 di Istana Kepresidenan RI di Jakarta. Lokasinya di Istana Merdeka.

Selain soal tempat yang berbeda, protokol sebelum pertemuan juga berbeda karena pandemi. Sebelum datang ke Istana Bogor, semua harus harus menjalani tes swab. Hanya yang hasilnya negatif yang bisa mengkonfirmasi kehadiran.

Selama pertemuan, masker dan face shield wajib dikenakan. Meja panjang yang biasa dipakai Presiden Jokowi menerima tamu-tamunya diberi mika tebal dan tinggi di atas dahi ketika orang duduk sebagai pembatas.

Jarak antarkursi juga dibuat lebih renggang. Meja yang biasanya bisa menampung hingga 25 orang, hanya diisi 16 orang saja. Tidak ada prasmanan seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Bey Machmudin dan Staf Khusus Bidang Komunikasi dan sekaligus Juru Bicara Presiden Fardjroel Rachman.

Tepat pukul 13.30, Presiden Jokowi tiba di tempat pertemuan. Kecuali masker kain warna hitam dan face shield, tidak ada yang berubah dari Presiden Jokowi.

Rambutnya pendek tersisir rapi. Kemeja putih lengan panjang tanpa asesori kecuali pin merah putih di dada kiri. Celana kain warna hitam terlipat di mata kaki. Sneaker hitam dengan sol putih yang sudah mulai tipis dikenakan sebagai alas kaki.

Sebelum pertemuan dimulai, saya mengamati, face shield yang saya bawa dan sama persis seperti yang dikenakan Presiden Jokowi. Semula, saya merasa tidak pantas dengan face shield yang dibelikan isteri saya di pasar dekat rumah tinggal.

Melihat Presiden Jokowi memakai produk yang sama, perasaan tidak pantas itu sirna. Face shield Presiden Jokowi harganya Rp 12.000 juga. Dalam hati, saya tertawa gembira. 

Tanpa basa-basi menyebut semua peserta dengan jabatannya, pertemuan langsung dimulai. Presiden Jokowi menyebut Covid-19 sebagai musuh bersama dan ajakan untuk mengambil tanggung jawab bersama, terutama media.

Dari semua data yang bisa memunculkan pesimisme, Presiden menekankan optimisme. Dari semua data yang bisa memunculkan kecemasan dan putus asa, Presiden menekankan harapan.

Presiden menggarisbawahi dan berterima kasih atas solidaritas antarwarga yang tinggi. Kesediaan saling membantu antarwarga nyata dalam situasi pandemi. Gotong royong menjadi ciri negeri. Ini salah satu dasar optimisme dan harapan yang dilihat Presiden Jokowi.

Penambahan kasus positif Covid-19 dan tren naiknya tidak ditampik dan disebut pertama-tama yaitu ada 184.268 kasus. Data tidak hendak diratapi dan dijadikan alasan pesimistis meskipun bisa dan sah saja.

Dari data itu, Presiden memperlihatkan bahwa 71,6 persen pasien sembuh meskipun berduka karena 7.750 pasien meninggal atau 4,2 persen. Menaikkan tingkat kesembuhuhan ini yang handak terus dikejar.

Rata-rata tingkat kesembuhan dunia 70 persen sementara tingkat kematian 3,3 persen. Meskipun tingkat kesembuhan di Indonesia di atas rata-rata dunia, tingkat kematian masih lebih tinggi.

Untuk jumlah pasien postif yang meningkat, Jokowi menyebut karena jumlah tes juga meningkat. Jika dibandingkan negara-negara berpenduduk besar di dunia seperti Amerika Serikat, India dan Brasil, Indonesia termasuk kecil jumlahnya.

Menurut Jokowi, hal ini karena Indonesia negara kepulauan yang secara alamiah membatasi pergerakan orang serta penyebaran. Presiden juga menyebut kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan lockdown berbasis lokal lebih efektif.

Presiden mengaku, ketika awal-awal pandemi, 80 persen pembantunya atau menteri di kabinet meminta kebijakan lockdown. Jokowi tidak mengambil keputusan itu dan karenanya tidak merasa membuat monumental mistake dengan PSBB. 

Selama enam bulan pandemi, Jokowi mencermati data ini setiap pagi. Komunikasi dengan kepala negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Uni Emirat Arab dilakukan untuk saling update dan berkoordinasi.

Semua dalam situasi yang tidak mudah, mengelola gas dan rem dalam keseimbangan. Mengelola tegangan antara optimisme dan kehati-hatian. Antara melindungi kesehatan dan menggerakan roda perekonomian.

Begitu kata Presiden Jokowi membuka pertemuan. Bersamaan dengan itu, dihidangkannya jahe hangat. Asap yang mengepul mengundang selera selain aromanya.

Selanjutnya, Presiden memaparkan kondisi makro ekonomi dibandingkan dengan semua negara. Angka-angkanya memang tidak menggemberiakan karena tidak sesuai harapan.

Namun, melihat situasi yang sama terjadi di semua negara dan sejumlah negara lebih terpuruk kondisinya, Presiden optimistis dengan ekonomi Indonesia. Optimistis tetapi realistis juga.

Misalnya, indeks manufaktur Indonesia sudah kembali ke era sebelum Pandemi di angka 50,8. Adanya dan kembalinya produksi membuat optimistis. Tetapi, adakah permintaan, adakah penyerapan pasar ini yang perlu dilihat secara realistis.

Di luar soal keselamatan warga dalam bentuk kesehatan dan keselamatan warga dalam bentuk aktivitas ekonomi, situasi pandemi dirasakan membawa manfaat baik terutama untuk digitalisasi di semua lini.

Manfaat baik dan peluang ini akan dijawab dengan pembangunan infrasturkur digital di semua wilayah Indonesia. Presiden menargetkan, sebelum periode keduanya berakhir, infrastruktur digital ini harus selesai.

Untuk kesehatan, selain menerapkan prototokol dengan disiplin tinggi, pemerintah fokus untuk meningkatkan kapasitas produksi vaksin yang saat ini tengah diujicoba di tahap ketiga.

Tidak hanya dengan Sinovac dari China, Indonesia bekerja sama dengan negara lain seperti Uni Emirat Arab, Inggris, Norwedia dan Korea. Biofarma ada dalam kerja sama ini. Di luar itu, Indonesia juga tengah mengembangkan pembuatan vaksin sendiri dengan perkiraan selesai pertengahan 2021.

Penduduk Indonesia yang besar jumlahnya membuat pemerintah membuat banyak alternatif dan meningkatkan kapasitas produksi vaksin. Jika misalnya alternatif pertama gagal, masih ada beberapa alternatif lain. 

Sejumlah tema menjadi bahan pembicaraan dalam diskusi dan tanya jawab.

Angin semilir yang berembus dari arah utara dan menerobos pintu-pintu besar Istana Bogor mendinginkan hangat minuman jahe. 

Ada pertanyaan soal pemilihan kepala daerah, terutama soal putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka yang maju sebagai calon walikota Solo dan menantunya Bobby Nasution sebagai calon walikota Medan. 

Jokowi memberi kode petugas untuk menutup pintu utama yang mengarah ke kota di mana denyut nadi ekonomi terlihat nyata.

Terhadap pertanyaan pilkada, Jokowi berharap bisa dijalankan dengan baik meskipun situasi tidak normal karena pandemi. Jokowi juga minta agar kandidat tidak memanfaatkan Covid-19 untuk Pilkada. Demokrasi penting, kesehatan dan keselamatan nomor satu.

Pertanyaan tentang keluarganya yang maju pilkada tidak dijawab secara langsung. Jawaban umumnya adalah: demokrasi penting, kesehatan dan keselamatan nomor satu.

Selama pertemuan, selain jahe hangat dan semilir angin sejuk, suasana Istana Bogor semarak dengan suara kambing yang bersaut-sautan mengembik. Kandang kayu didirikan di dekat kolam ke arah makam di Kebun Raya Bogor.

Sejak tinggal di Istana Bogor, Jokowi memang memelihara lima ekor kambing, tiga di antaranya betina dan dua jantan.

Pertengahan 2017, kambing beranak-pinak dan berjumlah 11 ekor. Tiga tahun berselang, jumlahnya lebih banyak. Itu tercermin dari suara kambing mengembik bersaut-sautan.

Beberapa penelitian menyebutkan, kambing lebih sensitif pada perubahan dibanding hewan ternak lainnya. Mengembik adalah ungkapan sensitivitasnya.

Kambing juga peka dan bisa mengenali suara anaknya dengan baik meskipun sudah terpisah jarak cukup lama.

Suara kambing tampaknya mengingatkan Jokowi pada kampung halaman. Solo. Tempat saat ini anaknya akan bertarung dalam pilkada.

Salam peka,

Wisnu Nugroho

 

 

 

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi