Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Konsumsi Obat Bahayakan Ginjal? Ini Kata Dokter

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi obat
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Beragam produk obat-obatan beredar di masyarakat, mulai dari yang berbahan kimia hingga obat herbal.

Terkait itu, beredar informasi jika terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan akan memiliki dampak tertentu pada organ dalam tubuh, terutama ginjal.

Di sisi lain, terdapat obat yang justru dirancang untuk dikonsumsi terus menerus, bahkan seumur hidup seperti obat untuk hipertensi.

Lalu apa yang membedakan obat tersebut, mengapa ada yang membahayakan dan ada juga yang tidak?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter sekaligus ahli gizi komunitas, dr Tan Shot Yen, menyebut bahaya atau tidaknya sebuah obat ditentukan oleh cara mengonsumsinya.

"Yang namanya obat jika diresepkan dengan benar, oleh ahlinya (dokter), digunakan secara benar, dalam dosis yang benar, dan frekuensi serta durasi benar, tentu hasilnya benar," ujar Tan saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/9/2020).

Baca juga: Cek Fakta Sepekan: Hoaks Vaksin Covid-19 Bikin Mandul hingga Ivermectin Obat Corona

Menurutnya, obat apa pun akan membahayakan tubuh jika dikonsumsi secara asal atau tidak berdasarkan resep dari dokter.

Adapun, untuk obat yang dikonsumsi dalam jangka panjang, Tan menyebut jenis-jenis obat itu memang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga aman untuk konsumennya.

"Obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, sudah melalui uji klinis yang ketat dan semua obat punya istilah "upper limit" dan dosis bahaya/toksisitas yang tentunya tidak akan terjadi jika obat dikonsumsi sesuai aturan," jelas dia.

Namun, hal itu bukan berarti tidak memiliki efek samping sama sekali.

Mengutip pernyataan dokter Jantung RS Harapan Kita, Jakarta, dr Siska S. Danny, obat-obatan jangka panjang seperti obat untuk hipertensi ini tetap memiliki efek samping bagi organ tubuh.

"Namanya obat pasti ada efek sampingnya, tapi risikonya kecil jika dibandingkan dengan tidak mengonsumsi obat," kata Siska mengutip pemberitaan Kompas.com sebelumnya.

Lebih jauh, Tan mengoreksi sebenarnya bukan ginjal yang paling terdampak dari kegiatan konsumsi obat yang dilakukan secara tidak teratur, namun organ hati.

"Semua yang kita makan dan minum, itu diserap. Pembuluh darah dalam usus halus akan mengalirkan dulu lewat vena porta ke hati, buat quality control sebelum disebar oleh darah ke seluruh tubuh," papar Tan.

"Makanya hati disebut organ penawar racun, detoksifikasi. Yang paling menderita itu sebenarnya hati, mulai dari intoksikasi jamur yang tak terlihat hingga konsumsi alkohol," lanjutnya.

Sementara ginjal adalah berperan sebagai jalan pembuangan zat sisa metabolime dalam sel yang larut dalam air.

Ini berlaku tidak hanya untuk zat yang berasal dari konsumsi obat, tetapi juga semua makanan dan minuman yang diasup.

"Microvascular damage pada saringan ginjal menyebabkan Chronic Kidney disease (CKD), dengan tanda kenaikan kreatinin, ureum, dan asam urat," sebutnya.

Baca juga: Jangan Asal Konsumsi Obat Tradisional, Ada 4 Cara Memastikan Keamanannya

Jika ginjal sudah mengalami kerusakan, sehingga pembuluh darahnya tidak bisa berfungsi dengan optimal, maka zat-zat sisa metabolisme yang semestinya dikeluarkan dari tubuh tidak bisa terbuang.

"Numpuk dalam darah sampai pembuangannya perlu dibantu, namanya hemodialisis alias cuci darah," kata Tan.

Dalam kondisi seseorang mengalami CKD, sel darah merah dan protein justru akan lolos dan terbuang lewat air kencing.

Oleh karena itu, penderita CKD kerap mengalami anemia dan kekurangan protein.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi