Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Corona dengan Komorbid: Melihat Risiko hingga Potensi Sembuh

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Virus corona penyebab penyakit Covid-19 diketahui berbahaya apabila menginfeksi pasien dengan usia lanjut atau memiliki penyakit bawaan atau komorbid.

 

Sebab mayoritas kematian pada pasien Covid-19 berhubungan dengan pasien yang memiliki riwayat penyakit penyerta. 

Sebelumnya Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebutkan, 94 persen kasus kematian terjadi pada pasien yang terinfeksi virus, diikuti dengan sejumlah penyakit penyerta atau kondisi kesehatan bawaan (komorbid).

Sementara sisanya, sekitar 6 persen kematian benar-benar disebabkan oleh virus corona SARS-CoV-2.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CDC mencantumkan beberapa penyakit penyerta yang mendasari kematian pasien Covid-19 seperti influenza dan pneumonia, kegagalan bernapas, hipertensi, diabetes, demensia vaskular, gagal jantung dan gagal ginjal. 

Baca juga: Mayoritas Kematian Pasien Covid-19 karena Komorbid, Apa Saja yang Harus Diwaspadai?

Risiko tinggi

Menurut epidemiolog Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman, data global maupun nasional menunjukkan bahwa komorbid yang banyak ditemukan pada pasien Covid-19 tidak jauh berbeda.

Beberapa penyakit penyerta tersebut antara lain obesitas, penyakit jantung, hipertensi, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, hingga penyakit yang menyerang hati.

"Ini menjadi faktor komorbid yang ditemukan pada pasien Covid-19," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/9/2020).

Ia menegaskan, komorbid atau penyakit penyerta dapat berbahaya dan masuk dalam kelompok risiko tinggi.

Misalnya pada orang obesitas atau kegemukan, lanjut Dicky, mempunyai dua risiko sekaligus yakni risiko lebih mudah terinfeksi dan lebih mudah jatuh dalam kondisi berat atau kritis kemudian meninggal dunia.

"Karena ini berkaitan dengan respons tubuhnya," ujar dia.

Baca juga: Smartwatch Bisa Cek Oksigen Darah untuk Deteksi Happy Hipoxia, Akuratkah?

Penurunan distribusi oksigen

Dicky menambahkan, pada kasus Covid-19, terdapat penurunan distribusi oksigen pada organ-organ tubuh orang yang terinfeksi. Kondisi ini akan berdampak buruk pada orang-orang yang memiliki komorbid.

Sementara itu, kasus diabetes dan obesitas di Indonesia termasuk tinggi.

Ini harus diwaspadai karena terdapat potensi ledakan kasus kesakitan yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit, bahkan kasus yang memerlukan bantuan ventilator.

"Ini yang harus dihindari oleh orang-orang yang memiliki komorbiditas atau faktor risiko," ujar Dicky.

Orang dengan komorbid yang bekerja, sebaiknya dari rumah atau work form home (WFH).

"Kalau sebelumnya dia (orang dengan komorbid) di kantor, sekarang sudah tidak ada excuse (alasan) harus kerja di kantor. Kantor harus memberikan izin. Bila tidak, kantor sama saja menempatkan mereka di posisi yang sangat rawan dan akan berkontribusi pada peningkatan kematian," papar Dicky.

Baca juga: CDC: 94 Persen Kematian Covid-19 Terjadi pada Pasien Komorbid, Ini Datanya

Tanpa komorbid

Meski begitu, ada pula kasus kematian akibat Covid-19 yang terjadi pada orang tanpa penyakit penyerta walaupun jumlahnya tidak sebanyak dengan kasus kematian pasien komorbid.

"Tetapi tetap ada, terutama yang meninggal pada orang dewasa muda, yang fenomena terjadinya adalah pengentalan darah yang berakibat pada struk dan kematian. Ini yang masih terus diteliti," jelas Dicky.

Ia mengimbau orang usia muda hingga orang yang tidak merasakan gejala apapun untuk tidak merasa aman-aman saja.

"Potensi terinfeksi dan menjadi parah dan kematian pun ada. Ini yang harus dihindari," tuturnya.

Kasus sembuh orang dengan komorbid

Dicky menambahkan, tidak selalu kasus pasien Covid-19 dengan komorbid berakhir dengan kematian.

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh seperti keberadaan badai sitokin, kualitas penanganan pasien di rumah sakit.

"Orang dengan komorbid ketika terinfeksi, dirawat, ada yang sembuh. Tetap ada yang bisa sembuh," ujar Dicky.

Ia menilai, semakin cepat seseorang yang terinfeksi Covid-19 ditangani, maka potensi kematiannya juga akan semakin mengecil.

"Tapi kalau terlambat terdeteksinya, dan terlambat datang ke rumah sakit, tentu akan memperbesar risiko," ujarnya.

Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk, orang yang mempunyai penyakit penyerta sebisa mungkin tetap di rumah dan meminimalisir kontak dengan lingkungan luar.

"Orang dengan komorbid ini kontrol betul penyakitnya," imbau Dicky.

Baca juga: Gugus Tugas Minta Pegawai yang Memiliki Komorbid Tak Bekerja di Kantor

Pola hidup sehat

Dicky menjelaskan, apabila orang mengalami diabetes, dapat mengontrolnya dengan memastikan menerapkan pola diet penyakitnya.

Selain juga disiplin meminum obat, hingga kontrol atau konsultasi melalui online dengan dokter secara rutin

Dengan terkendalinya penyakit kormobid, lanjut Dicky, akan mengurangi potensi terinfeksi, termasuk jika menderita sakit kondisinya tidak menjadi terlalu parah.

Bagi masyarakat umum yang merasakan gejala, dapat segera berkonsultasi dengan tenaga medis atau dokter.

Dicky menekankan bahwa prinsip yang dianut saat ini bukan hanya masalah kematian akibat Covid-19, namun adanya dampak jangka pendek dan jangka panjang akibat infeksi virus yang sangat serius pada organ-organ tubuh.

"(Dampaknya) bisa menurunkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia di masa depan. Mencegah lebih baik daripada terinfeksi," tutur dia.

Baca juga: Dua Perusahaan BUMN Ini Buka Lowongan Kerja, Tertarik? Ini Link-nya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi